Bagaimana Kondisi Cuaca di Surga, Apakah Mirip di Dunia?

Apakah penduduk surga masih merasakan cuaca yang sangat panas atau sangat dingin sebagaimana di dunia?

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Mei 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi Telaga Kautsar (sumber : Pixabay)

Liputan6.com, Cilacap - Barangkali pernah terbersit di dalam hati kita perihal kondisi cuaca di surga. Apakah cuaca di surga cuacanya mirip dengan di dunia?

Pertanyaan ini wajar karena sepanjang hidupnya di dunia, manusia mengenal berbagai cuaca. Panas terik matahari, atau dingin menggigil di musim hujan.

Terdapat keterangan tentang kondisi surga yang begitu menyenangkan dan penuh kenikmatan di dalamnya. Penduduknya tidak lagi merasakan sakit dan kondisi-kondisi yang menyiksa lainnya.

Surga sebagai balasan bagi hamba-hamba Allah SWT yang beriman dan melakukan amal kebajikan saat hidup di dunia. Hal ini diterangkan dalam firman Allah SWT:

تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ وَذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

“Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (QS. An-Nisa : 13).

 

Simak Video Pilihan Ini:


Tidak Merasakan Panas Terik dan Dingin Sekali

Ilustrasi Pantai Surga Lombok (Sumber: Pinterest.com)

Menukil eramuslim.com, di surga tidak ada terik matahari yang menyengat dan salju yang sangat dingin. Cuacanya cerah menerangi penghuninya, dengan suasana yang sangat menghanyutkan perasaan dan tiada bandingannya.

Cuacanya senantiasa sesuai dengan fisik dan jiwa manusia, dengan ukuran yang pas, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah berkaitan dengan kesenangan kesenangan di Surga.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Insan ayat : 11-14, yang artinya sebagai berikut:

“Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan. Dan dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya berupa surga dan pakaian sutera. Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan. Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah mudahnya untuk memetik buahnya.” (QS Al Insan 11-14)

Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ayat “ La yaraunaa fiha syamsan wala zamharina,” berarti mereka tidak merasakan panas yang terik atau dingin yang menyengat.


Seperti Saat Menjelang Fajar dan Matahari akan Terbenam

Ilustrasi surga indah (sumber: Freepik)

Menurut kebanyakan mufasir, suasana di surga seperti saat menjelang fajar atau saat matahari akan terbenam. Pendapat ini sangat jelas, Allah SWT menyebutkan, “ La yarauna fiha syamsan wala zamharina,” juga firman Allah “Wadaniyatan alaihim zhilaluha.” Naungan di sini memiliki tingkat ketebalan yang mengandung udara sehingga menjadikan iklim di surga menjadi sangat menyenangkan.

Demikian halnya berdasarkan keterangan Ibnul Jauzi sebagaimana dikutip dari laman konsultasisyariah.com, ketika menafsirkan ayat di atas menerangkan demikian:

قوله تعالى : { لاَ يرَوْنَ فيها شمساً } فيُؤذيهم حَرُّها { ولا زمهريراً } وهو البرد الشديد . والمعنى : لا يجدون فيها الحَرَّ والبرد . وحكي عن ثعلب أنه قال : الزمهرير : القمر، أي : لم يطلع القمر .

Firman Allah, (yang artinya) “di dalamnya mereka tidak merasakan matahari” sehingga mereka terganggu dengan teriknya matahari. Dan tidak merasakan zamharir, yaitu cuaca dingin yang kuat. Maknanya, mereka tidak merasakan panas dan dingin. Sementara Ibnu Tsa’lab menyebutkan bahwa Zamharir maknanya adalah bulan. Sehingga maksud ayat, tidak terlihat bulan. (Tafsir Zadul Masir, Ibnul Jauzi, 6/104).

Senada dengan Ibnul Jauzi, Ibnu Katsir juga menerangkan demikian,

أي: ليس عندهم حَرّ مزعج، ولا برد مؤلم، بل هي مزاج واحد دائم سَرْمَدْيّ

Artinya mereka tidak mengalami kepanasan yang terik dan dingin yang berat. Namun tergabung menjadi satu, teru seperti itu selamanya. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/290).

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya