Perempuan Lebih Sering Alami Kondisi Kesehatan Buruk Dibanding Laki-Laki, Ini Kata Studi Terbaru

Studi menemukan bahwa wanita lebih rentan terkena penyakit jika dibandingkan dengan pria. Berikut penjelasannya.

oleh Santi Rahayu diperbarui 10 Mei 2024, 18:35 WIB
Sumber: Freepik

Liputan6.com, Washington - Analisis kesenjangan kesehatan gender secara global telah menemukan bahwa perempuan mengalami kondisi kesehatan yang buruk lebih sering daripada laki-laki.  

Peneliti menemukan bahwa kondisi seperti masalah muskuloskeletal (berhubungan dengan otot dan tulang), masalah kesehatan mental, dan gangguan sakit kepala, khususnya memengaruhi perempuan. Temuan penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Lancet Public Health.

Dilansir dari WION, Jumat (10/5/2024), studi tersebut mengevaluasi dampak dari 20 penyakit utama di dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun telah ada beberapa kemajuan dalam mengurangi kesenjangan kesehatan selama tiga dekade terakhir, kemajuannya masih terbatas secara global.

Laki-laki lebih rentan terkena kondisi yang menyebabkan kematian Dini

Studi menemukan bahwa laki-laki lebih banyak terkena kondisi yang menyebabkan kematian dini seperti penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan hati, COVID, dan cedera kecelakaan jalan raya.

Tapi bukankah wanita hidup lebih lama daripada laki-laki?

Ya, itu benar. Wanita rata-rata hidup sekitar tujuh tahun lebih lama dari laki-laki. Tetapi sebagian besar dari mereka hidup dengan tingkat penyakit dan cacat yang lebih tinggi sepanjang hidup mereka.

Perbedaan kesehatan, demikian ditemukan dalam studi ini, antara wanita dan pria terus bertambah seiring bertambahnya usia.

Penulis senior studi, Dr. Luisa Sorio Flor di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, Amerika Serikat mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Laporan ini dengan jelas menunjukkan bahwa selama 30 tahun terakhir, kemajuan kesehatan global tidak merata."


Diperlukan Tindak Lanjut

Olahraga menjadi salah satu pola hidup sehat untuk membantu tampak awet muda(Foto: Freepik/tirachardz)

Dr. Luisa Sorio Flor juga menjelaskan "Wanita memang memiliki umur yang lebih panjang, namun beberapa tahun (hidupnya) berada dalam kondisi kesehatan yang buruk. Dengan kemajuan yang terbatas dalam mengurangi beban kondisi yang menyebabkan penyakit dan cacat, hal ini menegaskan perlunya perhatian lebih pada konsekuensi non-fatal yang membatasi fungsi fisik dan mental wanita, terutama pada usia lanjut. Demikian pula, laki-laki mengalami beban penyakit yang jauh lebih tinggi dan terus meningkat dengan konsekuensi fatal."

Studi ini juga merupakan sebuah pengingat bagi banyak negara untuk memperluas data kesehatan yang diklasifikasikan berdasarkan data jenis kelamin dan gender, kata Sorio Flor. "Waktunya tepat untuk studi ini dan panggilan untuk tindakan lebih lanjut, bukan hanya karena bukti sekarang, tetapi karena COVID-19 secara tajam mengingatkan kita bahwa perbedaan jenis kelamin dapat secara mendalam memengaruhi hasil kesehatan."

"Satu poin kunci yang ditekankan oleh studi ini adalah bagaimana perempuan dan laki-laki berbeda dalam banyak faktor biologis dan sosial yang fluktuatif dan, terkadang, bertambah seiring waktu, sehingga mereka mengalami kesehatan dan penyakit secara berbeda di setiap tahap kehidupan dan di berbagai wilayah dunia," jelas Dr. Luisa Sorio Flor.


Tantantangan untuk Mencegah Penyakit

Petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Matraman melakukan vaksinasi COVID-19 di SD Negeri 25 Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022). Vaksin yang digunakan adalah vaksin AstraZeneca untuk dosis pertama, kedua, dan ketiga (booster). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dr. Luisa Sorio Flor juga menjelaskan tantangan yang sedang dialami oleh kita sekarang guna mencegah penyakit dan kematian dini "tantangannya sekarang adalah merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi cara-cara yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan gender untuk mencegah dan mengobati penyebab utama morbiditas dan kematian prematur sejak usia dini dan di berbagai populasi," jelasnya.

Diantara kondisi-kondisi yang diteliti, temuan tersebut menunjukkan bahwa perempuan berada dalam kelemahan akibat kondisi seperti nyeri punggung, gangguan depresi, gangguan sakit kepala, gangguan kecemasan, gangguan tulang dan otot, penyakit Alzheimer dan demensia lainnya, serta HIV dan AIDS.

Studi ini menemukan bahwa kondisi-kondisi ini berkontribusi pada penyakit dan cacat sepanjang hidup daripada menyebabkan kematian dini.


Migrain dan 5 Penyakit yang Rentan Diidap Perempuan

ilustrasi dokter (Foto: Unsplash.com/Arvin Chingcuangco)

Kesenjangan gender sering kali dibicarakan saat menyangkut hal pekerjaan, pendidikan, atau juga norma sosial. Namun, tahukah Anda bahwa nyatanya ada pula kesenjangan gender lainnya dalam masalah kesehatan dan kesejahteraan hidup?

Penyakit yang rentan dialami para perempuan bukan hanya tentang kanker payudara, endometriosis, dan sindrom ovarium polikistik. Ternyata, perempuan juga lebih berisiko mengalami beberapa kondisi kesehatan umum, seperti depresi, insomnia, dan migrain, dibandingkan pria.

Pertanyaannya adalah mengapa dan apa yang dapat Anda lakukan jika mengalaminya? Berikut adalah beberapa informasi yang perlu Anda ketahui tentang enam masalah kesehatan yang lebih berisiko hanya karena Anda seorang perempuan, mengutip The Singapore Women’s Weekly via AsiaOne:

Migrain

Penelitian oleh Duke-NUS Medical School dan Novartis menemukan bahwa migrain cenderung lebih sering terjadi pada perempuan dewasa daripada pria. Menurut Migraine Research Foundation di New York, perempuan cenderung menderita migrain tiga kali lebih sering daripada pria.

Insomnia

Survei 2018 oleh Wakefield Research menempatkan Singapura sebagai negara dengan warga yang paling membutuhkan tidur ke-2 dari 12 negara. Banyak penelitian internasional juga menunjukkan bahwa insomnia lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pria.

Stroke

Statistik menunjukkan satu dari lima perempuan mengalami stroke dalam hidup mereka dibandingkan dengan satu dari enam pria. Menurut Singapore Heart Foundation, gabungan penyakit jantung dan stroke adalah penyebab utama kematian di kalangan perempuan di Singapura.

Depresi

Studi Kesehatan Mental Singapura pada tahun 2017 menemukan bahwa prevalensi gangguan depresi mayor (MDD) seumur hidup lebih tinggi pada perempuan, yaitu 7,2 persen, dibandingkan pria pada angka 4,3 persen. Hal ini karena berbagai peristiwa tertentu dalam kehidupan perempuan dapat meningkatkan risiko depresi, termasuk melahirkan atau mengalami menopause dini.

Artritis Reumatoid

Artritis reumatoid (RA) adalah sejenis penyakit autoimun, sekelompok penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan daripada pria. Statistik menunjukkan bahwa ini terjadi pada perempuan tiga kali lebih banyak daripada pria. Alasan pastinya masih belum jelas, tetapi kombinasi kromosom X dan gen yang berhubungan dengan kekebalan, serta hormon, dan faktor lingkungan, kemungkinan berperan di dalamnya.

Penyakit Alzheimer

Menurut laporan Fakta dan Angka Penyakit Alzheimer 2014 oleh Alzheimer's Association di AS, satu dari enam perempuan di atas usia 65 tahun akan mengalami Alzheimer, dibandingkan dengan satu dari 11 pria. Ini disebabkan otak perempuan cenderung menumpuk lebih banyak amiloid, yaitu protein yang membentuk plak yang berperan dalam perkembangan Alzheimer. Para peneliti masih belum yakin mengapa, tetapi satu teori menyatakan bahwa membawa dua kromosom X meningkatkan risiko mewarisi gen yang meningkatkan risiko penyakit.

Fakta Olahraga Dapat Membantu Gangguan Kesehatan Mental (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya