Demokrat Dukung Rencana Prabowo untuk Kumpulkan SBY, Jokowi dan Megawati Lewat Ini

Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto disebut membentuk semacam klub presiden atau Presidential Club untuk menjalin komunikasi dan berdiskusi.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 03 Mei 2024, 16:15 WIB
Sejumlah pejabat negara dan mantan presiden serta wakil presiden Indonesia turut hadir dalam acara ini. Salah satunya, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). (Foto: akun twitter politikus Jansen Sitindaon @jansen_jsp).

Liputan6.com, Jakarta Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto disebut membentuk semacam klub presiden atau Presidential Club untuk menjalin komunikasi dan berdiskusi.

Rencananya, klub presiden ini akan mempertemukan dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) untuk berdiskusi.

Terkait hal itu, Anggota Majelis Tinggi DPP Demokrat Syarief Hasan menilai rencanan tersebut sangat baik.

“Ide tersebut baik sekali, di mana pemimpin atau Presiden RI bisa memberikan masukan pada Presiden yang baru atsupun sebaliknya,” kata Syarifudin saat dikonfirmasi, Jumat (3/5/2024).

Menurut dia, adanya klub presiden akan menjadi sarana saling tukar pengalaman dan pikiran antar pemimpin.

“Prabowo menyampaikan kebijakan-kebijakannya pada Presiden sebelumnya, bisa saling tukar pikiran untuk membangun bangsa dan rakyat,” pungkasnya.

Sebelumnya, Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi keinginan Prabowo Subianto membentuk semacam klub presiden atau Presidential Club.'

Menurutnya, generasi pemegang jabatan estafet presiden sudah sepatutnya menjaga silaturahmi.

“Ada atau tidak adanya Presidential Club, Presiden dan semua mantan presiden sangat penting untuk bersilaturahmi,” tutur Ari kepada wartawan, Jumat (3/5/2024).

Dia menyebut, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun terus memelihara hubungan baik dan bersilaturahmi ke seluruh tokoh bangsa, termasuk para presiden terdahulu.

“Itu pula yang dilakukan Presiden Jokowi selama ini, selalu menjaga silaturahmi dengan para mantan presiden, mantan wapres dan tokoh-tokoh bangsa, yang pastinya akan bermanfaat untuk kemajuan bangsa dan negara,” jelas Ari.

 


Rencana Prabowo

Sebelumnya, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dilantik sebagai Presiden-Wakil Presiden Terpilih periode 2024-2029 pada 20 Oktober 2024. Selain mempersiapkan susunan kabinet pemerintahan mendatang, ternyata ada keinginan Prabowo.

Ketua Umum Partai Gerindra yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin membentuk semacam klub presiden.

Terutama mempertemukan dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) untuk berdiskusi. Keinginan Prabowo itu seperti diungkapkan juru bicaranya, Dahnil Anzar Simanjuntak.

"Pak Prabowo secara berulang menyebutkan beliau ingin sekali duduk bareng, diskusi panjang dengan para mantan presiden nantinya, sehingga ada presidential club," ujar Dahnil dalam suatu wawancara virtual dengan salah satu TV swasta nasional di Jakarta, Senin 29 April 2024.

Melalui pertemuan itulah, menurut Dahnil, Prabowo ingin para presiden terdahulu berdiskusi mengenai pengalaman masing-masing memimpin negara.

"Walaupun punya perspektif politik yang berbeda, sikap politik yang berbeda, tapi mereka bisa duduk bersama, bisa sharing pengalamannya,” ungkapnya.

 


Dinilai Sulit

Menurut Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, langkah Prabowo tersebut merupakan upaya rekonsiliasi. Tapi, ia mengaku pesimistis Klub Presiden RI bakal terwujud.

"Agak susah ya, karena melihat egoisme politik dari Presiden-Presiden sebelumnya," kata Usep kepada Liputan6.com, Kamis (2/5/2024).

Usep mengatakan, cara berpikir Prabowo adalah mengutamakan rekonsiliasi, harmoni, dan tidak ada oposisi. Di satu sisi, kata Usep, hal itu baik. Namun di sisi lain, kurang memberikan semangat oposisi.

"Menurut saya dibiarkan saja dalam konteks membangun oposisi dan kritik terhadap pemerintah. Jadi, tidak kooptasi semacam itu. Itu kan bentuk kooptasi agar menghilangkan kritik dan semangat oposisi."

Usep mengatakan, mungkin Prabowo ingin meniru Amerika Serikat yang memiliki Klub Presiden. Namun, di Negeri Paman Sam, setelah lengser para Presiden tidak lagi memiliki jabatan politis.

"Kalau di kita, mantan-mantan presiden memiliki jabatan politik penting di partainya (Ketua Umum, Ketua Majelis Tinggi). Ini berpotensi memunculkan konflik kepentingan satu sama lain, dan di antara agenda partai dengan agenda-agenda kenegaraan."

"Jadi, saya kira terlalu dipaksakan dengan kondisi politik saat ini. Membuat klub presiden itu menghabiskan energi saja. Lebih baik sistem kenegaraan saja yang berlaku. Misalnya pada acara-acara yang sudah berjalan, saya kira juga sudah cukup. Kita tahu ketika acara kenegaraan, sikap politik bisa terlihat. Banyak yang tidak datang, kalau tidak sejalan," pungkas Usep.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya