Suhu Udara Meningkat, BRIN Sebut Bakal Pengaruhi Produktivitas Tanaman Pangan

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yushistira Nugraha kenaikan suhu dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Mei 2024, 18:03 WIB
Peningkatan suhu udara terjadi di sejumlah negara di Asia dan menyebabkan kerusakan terhadap lahan-lahan pertanian. Lalu bagaimana dampaknya di Indonesia? (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena gelombang panas atau heatwave tengah melanda beberapa negara di kawasan Asia antara lain Filipina, Thailand, India hingga Bangladesh. Peningkatan suhu udara terjadi di sejumlah negara di Asia dan menyebabkan kerusakan terhadap lahan-lahan pertanian. Lalu bagaimana dampaknya di Indonesia?

Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yushistira Nugraha  menuturkan, hal itu belum ada laporan dampak fenomena itu ke Indonesia.

"Mungkin karena Indonesia agak lebih ke selatan garis ekuator (efek panas berkurang)," ujar dia seperti dikutip dari Antara, Jumat (3/5/2024).

Namun, Yudhistira mengingatkan kenaikan suhu dapat mempengaruhi produktivitas tanaman pangan.

"Laju evaporasi lebih tinggi, sehingga air lebih banyak hilang dan laju transpirasi juga meningkatkan yang membuat tanaman lebih banyak membutuhkan air," tutur dia saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Yudhistira menuturkan, saat malam hari jika suhu meningkat akan ada kompensasi hasil fotosintesis yang akan dibuang melalui transpirasi, sehingga hasil panen menurun.

Pada tanaman tertentu seperti padi, ia menuturkan, fase yang paling sensitif suhu tinggi lebih dari 35 derajat Celcius adalah saat primodial - pembungaan. Suhu tinggi dapat menyebabkan keguguran polen atau serbuk sari, sehingga tanaman menjadi hampa.

Mitigasi

Bentuk mitigasi yang dapat dilakukan petani adalah menanam varietas yang tahan terhadap suhu tinggi. 

Saat ini belum banyak dilakukan pemuliaan padi yang toleran suhu tinggi, tetapi ada beberapa varietas yang sudah dilepas dari program penelitian cekaman suhu tinggi, yaitu Inpari Digdaya (tetuanya varietas dular yang tahan suhu tinggi).

 

 

 


Fenomena Gelombang Panas

Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash/Xurzon)

"Karena di Indonesia tidak ada cekaman suhu tinggi untuk saat ini --tidak seperti di negara-negara tropis yang lebih dari 11 derajat lintang utara— maka belum terbukti adaptasinya," ujar Yudhistira.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, gelombang panas atau heatwave tengah melanda beberapa negara di kawasan Asia, seperti Filipina, Thailand, India, hingga Bangladesh.

Fenomena gelombang panas merupakan siklus rutin yang terjadi setiap tahun saat matahari bergerak ke belahan bumi. Radiasi matahari menyebabkan pemanasan di permukaan bumi, sehingga menimbulkan gelombang panas di wilayah daratan.


Bangladesh dan India Disengat Gelombang Panas

Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash)

Sebelumnya, Gelombang panas yang parah melanda Distrik Rajshahi, Pabna, Khulna, Bagerhat, Jessore, Chuadanga, dan Kushtia di Bangladesh dan kemungkinan akan terus berlanjut sehingga semakin meningkatkan suhu.

Sementara itu, menurut buletin Departemen Meteorologi Bangladesh (BMD) pada hari Selasa (23/4/2024), gelombang panas ringan hingga sedang menyapu wilayah Dhaka, Rangpur, dan Barisal serta seluruh wilayah Rajshahi dan Khulna serta Distrik Mymensingh, Moulvibazar, dan Rangamati. Fenomena ini diperkirakan akan terus berlanjut. Demikian seperti dilansir Dhaka Tribune, Rabu (24/4).

BMD kembali mengeluarkan peringatan panas selama tiga hari karena gelombang panas yang sedang berlangsung diperkirakan akan terus berlanjut selama 72 jam ke depan mulai hari Senin (22/4).

Mengutip laporan DD News, gelombang panas parah selama sepekan yang melanda Bangladesh menyebabkan suhu panas meningkat hingga 43 derajat Celcius. Untuk itu, pihak berwenang menutup sementara sekolah selama sepekan dan meminta masyarakat menghindari paparan sinar Matahari demi menghindari sengatan panas.

Pemerintah dilaporkan telah mengerahkan semua rumah sakit agar siaga menghadapi serangan panas dan dehidrasi yang berpotensi merajalela.

 


Suhu Panas di India Melampaui 43 Derajat Celcius

Ilustrasi gelombang panas. (Unsplash)

Di negara tetangga Bangladesh, gelombang panas yang melanda sebagian besar India timur terus berlanjut dan menyebar ke bagian selatan negara itu pada hari Selasa. Demikian diungkapkan Departemen Meteorologi India (IMD).

Suhu maksimum mencapai dua hingga tujuh derajat Celcius di atas normal di beberapa bagian Odisha, Benggala Barat, Andhra Pradesh, dan Tamil Nadu.

Di Anantapur, suhu melonjak hingga 43,5 derajat Celcius. Kurnool di Andhra Pradesh mencatat suhu 43,2 derajat Celcius, Salem 42,3 derajat Celcius, dan Erode di Tamil Nadu mengalami suhu 42 derajat Celcius. Demikian dilansir Indian Express.

Gelombang panas yang sedang berlangsung ini adalah yang kedua pada bulan ini.

Kondisi gelombang panas di Odisha dilaporkan telah terjadi sejak 15 April dan Benggala Barat sejak 17 April.

Dalam pernyataannya, IMD menyebutkan gelombang panas hingga kondisi gelombang panas yang parah diperkirakan terjadi di India timur dan semenanjung selatan India selama lima hari ke depan.

Di tengah kondisi El Nino yang terjadi namun melemah, IMD sebelumnya telah memperingatkan akan terjadinya panas ekstrem selama periode April-Juni ketika sekitar satu miliar orang berpartisipasi dalam pemilu India, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai kerentanan terhadap gelombang panas.

Pemungutan suara untuk pemilu tahap pertama dilakukan pada 19 April. Pemungutan suara tahap kedua dijadwalkan pada 26 April.

 

 

 


Bebani Jaringan Listrik

Kantor Met menyebutkan empat hingga delapan hari gelombang panas diperkirakan akan terjadi di berbagai bagian negara pada bulan April saja dibandingkan biasanya satu hingga tiga hari. Adapun gelombang panas diperkirakan terjadi selama 10 hingga 20 hari dibandingkan dengan rata-rata empat hingga delapan hari di seluruh periode April-Juni.

Wilayah yang diperkirakan akan mengalami gelombang panas lebih tinggi adalah Madhya Pradesh, Gujarat, Odisha, Andhra Pradesh, Madhya Maharashtra, Vidarbha, Marathwada, Bihar dan Jharkhand. Beberapa tempat mungkin mencatat lebih dari 20 hari gelombang panas.

Panas yang hebat dapat membebani jaringan listrik dan mengakibatkan kekurangan air di beberapa bagian India.

Dalam laporan terbaru pada pertengahan April, IMD menyatakan India akan mengalami curah hujan kumulatif di atas normal pada musim hujan tahun 2024 dengan kondisi La Nina, yang diperkirakan akan terjadi pada Agustus-September, sebagai faktor dominannya.

Musim hujan sangat penting bagi lanskap pertanian India, di mana 52 persen dari total lahan pertanian bergantung padanya. Hal ini juga penting untuk mengisi kembali waduk-waduk yang penting untuk air minum selain untuk pembangkit listrik di seluruh negeri.

Infografis Petaka El Nino di Planet Bumi Picu Gelombang Panas Ekstrem (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya