Liputan6.com, Jakarta - "Norak di negara orang! Kok bisa ya mereka begitu?" begitu keterangan unggahan yang dibubuhkan di akun TikTok @coach.tria, pekan lalu. Review singkat tentang kunjungannya ke Malaysia telah berubah jadi sensasi online.
Di video, ia berkata, "Nyesel banget gue datang ke negara ini. Bayangin aja deh, masa banyak banget playground gratis? Kalau bahasa anak Jaksel mah lagi culture shock ini gue." Ruang bermain gratis, sebut pria itu, membuat anaknya enggan pulang.
Advertisement
"Di negara ini juga enggak ada yang nerobos lampu merah," ia melanjutkan. "Coba bayangin, lampu merah nih, kosong di perempatan, tapi enggak ada yang nerobos kan aneh."
Yang paling "parah," sarkasnya, "Ada dua orang antre toilet, pintu di depan dia terbuka duluan, tapi dia nyuruh gue masuk duluan. Itu kan aneh ya. Biarpun yang dateng duluan emang gue sih, tapi di depan dia udah kebuka mah dia aja yang masuk, ngapain nyuruh gue?"
"Emang aneh dah nih negara, masa bisa kayak gitu kelakuan orang-orangnya ya?" tandasnya. Tidak butuh waktu lama bagi konten itu jadi pusat perhatian, yang mana rekaman tersebut sudah mencatat 1,2 juta penayangan saat artikel ini ditulis.
Di kolom komentar, tidak sedikit yang menyoroti bahwa ruang bermain di Indoensia "berbayar." "Sebetulnya ada juga outdoor playground, tapi sedikit. Kebanyakan indoor di mal-mal itu kan harus bayar," seorang pengguna menjelaskan.
Ada juga yang menulis, "Emang playground anak di Indo harus bayar?😳 tapi terobos lampu merah kalo di tengah kota memang jarang, ga kaya di Indo hehe gua orang Malaysia tinggal di Bandung, tapi sayang banget dong gua sama Bandung."
Ragam Komentar Warganet
Setelah diberi tahu bahwa ruang bermain terbuka jumlahnya sedikit, pengguna itu berkomentar, "Iya sih...di Malaysia bisa dibilang setiap perumahan pasti ada playground. Juga banyak tempat untuk senam jogging. Di Bandung susah nyarinya." Ungkapan itu pun dibenarkan si pengunggah video.
"Saya langsung bisa tebak pas dibilang ada playground di mana-mana. Iya Malaysia, di setiap pojok taman dan padang--adang Playground ada, tapi sayang di sini anak-anak terkurung dalam rumah karena hrus belajar," warganet lain menimpali.
Ada juga yang mengatakan bahwa fasilitas ruang bermain anak pun tidak merata di Malaysia. "KL (Kuala Lumpur) emang banyak, tapi abang kan belum tau tempat lain," menurut seorang TikToker.
"Hahaha part toilet tu memang tersangat betul. Walaupun pintu depan kita keluar dulu, tapi kita akan bagi orang yang sampai dulu untuk masuk," pengguna berbeda menimpali. "Pentingnya emang moral di manapun kita berada. Orang Indo kalo keluar (negeri) bisa padahal ikut aturan," warganet lain menyepakati.
Advertisement
Ulasan Turis Malaysia
Saling berbagi ulasan kunjungan antar dua negara memang sudah terjadi konten umum di media sosial. Ulasan buruk turis Malaysia bernama Intan Nurlina yang liburan ke Jakarta sempat viral pada Maret 2024. Setelah menuai pro kontra, muncul banyak konten yang menunjukan sisi lain Jakarta yang dianggap menarik bagi wisatawan Negeri Jiran.
Unggahan tersebut salah satunya dibagikan akun TikTok @mimelcollection yang secara mendadak mewawancarai seorang turis Malaysia. Pertanyaan pertama yang diajukan, yakni seputar gaya orang Malaysia mengenakan kerudung jenis turban yang ia sebut sebagai "tudung people."
"Kalau saya cakap bahasa Kuala Lumpur (Melayu) is fine?" tanya turis tersebut yang tampaknya kurang memahami Bahasa Indonesia dalam video yang diunggah pada 20 Maret 2024. Setelahnya, ia bercerita kunjungan ke kawasan SCBD dan main-main di sebuah mal premium dekat area perkantoran tersebut.
"Lunch dulu di Pagi Sore (restoran masakan padang)," jawabnya sambil mengatakan bahwa rasa makannya luar biasa. "Apa yang kamu suka dan tidak suka dari Indonesia?" pewawancara bertanya lagi ke turis tersebut.
Jangan Baper
"Actually it's my first time in Jakarta. It's very modern city, nothing to hate actually ... oh macet (Sebenarnya ini pertama kali saya ke Jakarta. Ini kota yang sangat modern, sebenarnya tidak ada hal yang tidak disukai, (kecuali) oh macet)," kata turis tersebut.
Ia lalu bercerita bahwa saat mau pergi makan siang ke restoran masakan padang, jalanannya macet. Alhasil, jarak hanya sekitar lima kilometer ditempuh selama 45 menit.
Terkait ulasan buruk wisata Jakarta, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa kita harus menghargai setiap masukan. "Kita jangan bawa perasaan. Jangan baper," katanya saat weekly press briefing secara hybrid, 13 Maret 2024. "Ini dijadikan kritik membangun dan konstruktif."
"Ini kesempatan kita untuk meningkatkan dan memperbaiki layanan pariwisata kita," imbuhnya. "Jangan terpicu untuk saling ejek dan lain sebagainya, jangan sampai warganet terprovokasi. Kita harus imbau masyarakat untuk menyikapinya dengan santun, positif, dan konstruktif."
Advertisement