Investor Ritel Berbondong-bondong Jual Aset Kripto, Ada Apa?

Investor ritel tampaknya telah menjual simpanan atau dana di kripto dan ekuitas mereka. Ada beberapa proksi dari dorongan ritel terhadap ekuitas telah mengalami penurunan selama sebulan terakhir.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 04 Mei 2024, 15:30 WIB
Penurunan Bitcoin baru-baru ini di bawah USD 60.000 atau setara Rp 971,2 juta (asumsi kurs Rp 16.187 per dolar AS) bisa menjadi awal dari kerugian yang lebih signifikan dalam waktu dekat. Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - JPMorgan menyoroti peningkatan signifikan dalam arus jual dan pengambilan keuntungan di pasar kripto sebagian besar didorong oleh investor ritel. Bank investasi global ini juga mengamati pedagang momentum institusional dan dana kuantitatif mengurangi posisi, terutama pada saham, bitcoin, dan emas.

Direktur pelaksana yang berspesialisasi dalam Strategi Pasar Global, JPMorgan, Nikolaos Panigirtzogloul mengatakan bahwa investor ritel tampaknya telah menjual simpanan atau dana di kripto dan ekuitas mereka. Ada beberapa proksi dari dorongan ritel terhadap ekuitas telah mengalami penurunan selama sebulan terakhir.

“Dalam hal investor institusional, sebagian besar pedagang momentum seperti CTA atau dana kuantitatif lainnya tampaknya telah mengambil keuntungan dari posisi beli ekstrim sebelumnya di ekuitas, bitcoin, dan emas,” kata Panigirtzogloul, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (4/5/2024).

Awal bulan ini, Panigirtzoglou juga menyatakan ekspektasi penurunan harga bitcoin dalam jangka pendek setelah halving, dengan alasan kondisi overbought. Dia juga menyoroti lemahnya tingkat pendanaan modal ventura untuk proyek kripto.

“Kami tidak memperkirakan kenaikan harga bitcoin pasca halving karena sudah diperhitungkan. Faktanya, kami melihat penurunan harga bitcoin pasca halving karena beberapa alasan,” jelasnya.

Perbankan lainnya yang turut mengomentari pergerakan dan potensi pasar kripto adalah Standard Chartered Bank.

Bank tersebut memperingatkan penurunan Bitcoin baru-baru ini di bawah USD 60.000 atau setara Rp 971,2 juta (asumsi kurs Rp 16.187 per dolar AS) bisa menjadi awal dari kerugian yang lebih signifikan dalam waktu dekat.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Nilai Transaksi Kripto Tanah Air pada Maret 2024 Sentuh Rp 103,58 Triliun

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi kripto di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada Maret 2024. Angkanya mencapai Rp 103,58 triliun, melonjak 207,5% dibandingkan Februari 2024 yang sebesar Rp 33,69 triliun. 

Bersamaan dengan melonjaknya nilai transaksi, jumlah investor kripto di Indonesia juga mengalami peningkatan. Hingga Maret 2024, tercatat terdapat 19,75 juta investor kripto, bertambah sekitar 570.000 orang atau naik 2,97% dibandingkan Februari 2024 yang sebanyak 19,18 juta orang. 

Mengomentari hal ini, CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, mengungkapkan kenaikan nilai transaksi dan jumlah investor kripto di Indonesia didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kenaikan harga Bitcoin dan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset kripto. 

"Salah satu alasan kuatnya kinerja pasar kripto pada bulan Maret lalu adalah pemulihan harga Bitcoin yang mencapai harga tertinggi baru sepanjang masa. BTC melonjak ke rekor tertinggi hampir USD 74.000,” kata Yudhono dalam siaran pers, dikutip Jumat (3/5/2024)

Sementara itu, minat institusional terhadap ETF Bitcoin di Amerika Serikat masih tetap kuat, sehingga mendorong harga BTC dan meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke pasar dan investasi di kripto," kata Yudho. 

Selain itu, Yudho juga memperhatikan lonjakan harga aset kripto pada Maret lalu masih mencerminkan tingginya optimisme pasar terhadap kebijakan The Fed yang berencana menurunkan suku bunga tiga kali pada tahun ini, meskipun inflasi lebih tinggi. 

Risiko inflasi yang lebih tinggi pada gilirannya dapat mendorong permintaan terhadap penyimpanan nilai alternatif, seperti emas fisik dan Bitcoin. Dari perspektif sektor kripto, segmen pasar dengan kinerja terbaik selama Maret adalah memecoin yang meraih keuntungan tinggi. 


Transaksi Memecoin

Aset kripto memecoin bertema Donald Trump (TRUMP). (Foto: By AI)

Meskipun token terkait memecoin terutama diperdagangkan untuk hiburan dan belum memiliki kasus penggunaan yang jelas, mereka masih dianggap sebagai investasi dengan risiko sangat tinggi. 

"Sepanjang bulan Maret lalu, memecoin berfungsi sebagai katalis pendorong utama pertumbuhan pasar kripto,” jelas Yudhono.

Dalam 100 token teratas berdasarkan kapitalisasi pasar, semua memecoin telah memperoleh keuntungan yang luar biasa, dengan proyek seperti FLOKI dan WIF memimpin, masing-masing tumbuh sebesar 298,71% dan 250,76%. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya