Bandung Mendidih, BMKG Prediksi Suhu Terpanas Capai 33 Derajat, Kapan?

Menurut BMKG, suhu panas di Bandung dinilai dipengaruhi fenomena gerak semu matahari, pun terkait cuaca ekstrem saat memasuki musim pancaroba.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 05 Mei 2024, 15:00 WIB
Wajah Kota Bandung terlihat dari wilayah perbukitan Bandung Utara, 2022. (Dikdik Ripaldi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, suhu di wilayah Jawa Barat, termasuk juga Kota Bandung, terasa lebih panas dari biasanya. Suhu panas ini dinilai dipengaruhi fenomena gerak semu matahari, pun terkait cuaca ekstrem saat memasuki musim pancaroba.

Melalui laporan tertulis, diterima Jumat (3/5/2024), Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu, menyampaikan bahwa posisi matahari saat ini tak jauh dari ekuator, berada di Belahan Bumi Utara (BBU).

Kondisi tersebut menyebabkan wilayah ekuator mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum.

"Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara karakteristik suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia disebabkan karena fenomena gerak semu matahari, suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Terlebih potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," dikutip dalam laporan tersebut.

Bulan Mei ini merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Hal tersebut terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

"Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," kutip laporan BMKG.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:


Riwayat Suhu Sepekan Terakhir

Laporan BMKG menyebutkan, terkait pantauan suhu maksimum di Stageof Bandung untuk 1 pekan ke belakang yakni sebagai berikut:

- 26 April 2024 : 29.6 °C

- 27 April 2024 : 29.4 °C

- 28 April 2024 : 30.4 °C

- 29 April 2024 : 30.2 °C

- 30 April 2024 : 30.6 °C

- 1 Mei 2024 : 30.0 °C

Sementara itu, hasil analisis suhu maksimum dilakukan BMKG di Bandung pada siang hari pukul 12.00 wib hingga 15.00 WIB antara 29.0 °C hingga 31.0°C.

"Hal ini disebabkan penyinaran matahari maksimum, dan pertumbuhan awan awan konvektif. Suhu Udara tersebut masih dalam katagori Normal untuk Kota Bandung. Suhu Maksimum tertinggi di Bandung yang pernah terjadi 35,8 °C pada tanggal 8 Oktober 2023," jelasnya.

"Prediksi suhu tertinggi di Jawa Barat berkisar antara 35 – 37 derajat celsius Prediksi suhu tertinggi di Kota Bandung berkisar antara 30 - 33 derajat celsius," imbuhnya.

 


Imbauan BMKG

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.

Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es.

"Saat ini wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya berada pada awal musim kemarau dan masa peralihan (pancaroba) dari musim hujan ke musim kemarau," tulis BMKG.

BMKG mengimbau, masyarakat agar waspada terhadap terjadinya potensi dampak cuaca buruk yang terjadi pada masa peralihan seperti hujan intensitas lebat yang disertai petir/kilat dan angin kencang.

Selain itu, potensi angin puting beliung dan potensi hujan es yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologis berupa genangan, banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta dampak kerusakan lainnya.

"Masyarakat diharapkan selalu mengupdate informasi cuaca dan iklim melalui web dan media sosial resmi BMKG," jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya