Liputan6.com, Jakarta Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, melalui juru bicaranya, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyatakan ada ide untuk membentuk presidential club atau klub presiden.
Menurut Dahnil, ide Prabowo berkaca dari Amerika Serikat (AS) yang dinilai sudah lebih matang dalam hal berdemokrasi.
Advertisement
"Presidential club ini istilah saja untuk menggambarkan silaturahmi yang rutin dilakukan oleh para mantan presiden dan presiden yang sedang memerintah. Itu merujuk dengan apa yang ada di Amerika Serikat, misalnya, ada presidential club secara informal," kata Dahnil melalui siaran video diterima, Sabtu (4/5/2025).
Dahnil memastikan presiden klub bukan menjadi sebuah institusi baru. Hanya saja, kehadirannya diharapkan dapat mewadahi para presiden pendahulu seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Jokowi saat Prabowo sudah dilantik dan resmi menjabat sebagai presiden kedelapan Republik Indonesia.
"Presidensial club yang saya maksudkan bukan mendirikan institusi baru atau Pak Prabowo mendirikan lembaga baru, bukan sama sekali. Presidential club ini merupakan wadah perkumpulan presiden yang akan diisi oleh mantan presiden RI," jelas Dahnil.
Dahnil memastikan semangat Prabowo adalah keberlanjutan dengan watak politik yang mempersatukan. Maka dari itu, api semangat harus terus dinyalakan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
"Semangat keberlanjutan, persatuan itu disimbolisasi dengan bentuk silaturahmi dengan sharing secara terus menerus, nantinya Pak Prabowo perlu berdiskusi dengan presiden Jokowi terus menerus. Pun demikian perlu berdiskusi dengan Pak SBY, Ibu Megawati," dia menandasi.
Jokowi Dukung Ide Prabowo Membuat Presidential Club
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi keinginan Prabowo Subianto untuk membentuk Klub Presiden atau presidential club saat pemerintahannya nanti. Jokowi pun menyambut positif keinginan Prabowo itu. Jokowi bahkan menyebut usulan itu bagus.
"Bagus, bagus, bagus," jawab Jokowi saat ditanya soal rencana Prabowo membentuk klub presiden, Jumat (3/5/2024).
Bahkan, Jokowi sendiri siap menghadiri pertemuan dalam forum klub presiden, jika jadi dibentuk oleh Prabowo. Jokowi mengaku kapan saja siap menghadiri pertemuan yang dijadwalkan klub presiden.
"Ya dua hari sekali ya enggak apa-apa," kata Jokowi.
Advertisement
Ide Bentuk Klub Presiden Dinilai Habiskan Energi dan Terlalu Dipaksakan
Peneliti Senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, menilai langkah Prabowo tersebut merupakan upaya rekonsiliasi. Namun, ia pesimistis klub presiden RI bakal terwujud.
"Agak susah ya, karena melihat egoisme politik dari presiden-presiden sebelumnya," kata Usep kepada Liputan6.com, Kamis (2/5/2024).
Usep mengatakan, cara berpikir Prabowo adalah mengutamakan rekonsiliasi, harmoni, dan tidak ada oposisi. Di satu sisi, kata Usep, hal itu baik. Namun di sisi lain, kurang memberikan semangat oposisi.
"Menurut saya dibiarkan saja dalam konteks membangun oposisi dan kritik terhadap pemerintah. Jadi, tidak kooptasi semacam itu. Itu kan bentuk kooptasi agar menghilangkan kritik dan semangat oposisi," kata Usep.
Usep mengatakan, mungkin Prabowo ingin meniru Amerika Serikat yang memiliki presidential club. Namun, di Negeri Paman Sam, setelah lengser para presiden tidak lagi memiliki jabatan politis.
"Kalau di kita, mantan-mantan presiden memiliki jabatan politik penting di partainya (ketua umum, ketua majelis tinggi). Ini berpotensi memunculkan konflik kepentingan satu sama lain, dan di antara agenda partai dengan agenda-agenda kenegaraan," kata Usep.
"Jadi, saya kira terlalu dipaksakan dengan kondisi politik saat ini. Membuat klub presiden itu menghabiskan energi saja. Lebih baik sistem kenegaraan saja yang berlaku. Misalnya pada acara-acara yang sudah berjalan, saya kira juga sudah cukup. Kita tahu ketika acara kenegaraan, sikap politik bisa terlihat. Banyak yang tidak datang, kalau tidak sejalan," pungkas Usep.