Sidang Dugaan Korupsi Harvey Moies, Saksi Klaim PT Timah Biaya Operasional Smelternya Lebih Murah

PT Timah menklaim biaya operasional smelter miliknya lebih murah jika dibandingkan dengan smelter perusahaan swasta dalam sidang kasus dugaan korupsi timah dengan terdakwa Harvey Moeis.

oleh Tim News diperbarui 02 Okt 2024, 22:50 WIB
PT Timah menklaim biaya operasional smelter miliknya lebih murah jika dibandingkan dengan smelter perusahaan swasta dalam sidang kasus dugaan korupsi timah dengan terdakwa Harvey Moeis. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah menklaim biaya operasional smelter miliknya lebih murah jika dibandingkan dengan smelter perusahaan swasta. Namun saksi yang dihadirkan dalam sidang kasus dugaan korupsi timah dengan terdakwa Harvey Moeis memberikan bukti yang menunjukan smelter swasta lebih murah.

Hal tersebut diungkapkan saksi yaitu penyerta modal CV Venus Inti Perkasa (VIP) Tamron Tansil alias Aon dan General Manajer PT Tinindo Inter Nusa (TIN) Rosalina dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) pada Senin 30 September 2024.

Menurut Tamron, biaya smelter miliknya untuk memproduksi logam timah memakan biaya US$2000 sampai US$2500 per tonnya yang sudah masuk biaya pegawai.

"Sedangkan PT Timah memerlukan memakan biaya US$1000 per ton tanpa biaya pegawai, sehingga Harga Pokok Penjualan (HPP) PT Timah lebih tinggi," ujar Tamron dalam sidang, Senin 30 September 2024.

"Menurut perhitungan saya, PT Timah tidak akan mampu menghasilkan nilai serendah itu secara perhitungan, secara HPP. Sedangkan selek PT Timah sendiri, PT Timah tidak sanggup melebur sendiri. Dan seleknya sendiri dia lebur ke tempat lain," sambung dia.

Tamron menambahkan, di CV VIP hanya memiliki pegawai sebanyak 300 orang yang bekerja di smelternya, sedangkan PT Timah memiliki kurang lebih 6.000 pegawai.

"Biaya karyawan juga untuk PT Timah terlalu besar. Jauh dibandingkan kita," tandas dia.

Senada, Rosalina juga membernarkan bahwa biaya produksi logam timah di PT Timah tidak masuk akal jika hanya US$1000.

"Pernyataan PT Timah seribu (US$1000) itu sudah sampai saya konfrontasi pada saat saya disebagai terdakwa. Jadi angka seribu itu sangat tidak masuk akal kalau bagi hitungan saya," kata Rosalina.

 


Masih Gunakan Teknologi Tradisional

Sidang kasus dugaan korupsi pengelolaan tata niaga komoditas timah dengan terdakwa Harvey Moeis akan dilanjutkan dengan agenda pembuktian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rosalina menyebut, smelter PT Timah masih menggunakan teknologi yang tradisional, sehingga memakan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan smelter smelter milik perusahannya.

"Karena Tinindo (PT TIN) sendiri yang tadinya memakai tanur (smelter) refraktori, itu saja kita ganti menggunakan tanur listrik yang lebih efisien. Bagaimana dengan tanur listrik yang lebih efisien, biayanya bisa lebih tinggi daripada yang tradisional (milik PT Timah)," kata dia.

Hakim pun sempat menanyakan kepada Rosalina terkait dengan analisis yang didapatkan darimana sehingga bisa mendapatkan hitung-hitungan seperti itu.

"Apakah selama ini Saksi sering menganalisa, menghitung-hitung begitu? Mengenai biaya untuk pengolahan PT Timah," tanya Hakim kepada Rosalina.

"Saya GM (PT TIN)yang mulia, jadi saya mengontrol itu semua," jawab Rosalina.

Sebelumnya, dalam persidangan dugaan kasus korupsi timah yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) pada Senin (30/9/2024), Harvey Moeis menyebut orang-orang yang telah mempercayainya untuk menyalurkan dana CSR kepada masyarakat.

 


Dalam Sidang, Harvey Moeis Sebut Nama Orang-Orang yang Beri Dana CSR untuk Masyarakat: Selamatkan Nyawa

Usai menyimak pembacaan dakwaan, Harvey Moeis mengaku memahami poin-poin dakwaannya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harvey Moeis menyebut, Suwito Gunawan, Tamron, Robert Indarto, dan Rosalina telah berpartisipasi membantu banyak masyarakat Bangka Belitung melalui CSR perusahaannya yang melakukan kerja sama smelter dengan PT Timah.

"Terima kasih sebesar-besarnya atas partisipasi dan kepercayaannya kepada saya. Dana yang dipercayakan kepada saya membantu sangat banyak orang, terutama ketika Covid-19, saya rasa bukan hanya membantu tapi menyelamatkan nyawa banyak orang itu Yang pertama," kata Harvey, Senin (30/9/2024).

Harvey juga menilai Tamron sebagai tokoh masyarakat yang dermawan di Bangka Belitung melalui bantuan yang diberikan kepada masyarakat.

"Pak Aon (Tamron) ini kan tokoh masyarakat. Terkenal sangat dermawan di daerahnya, saya tidak mau menyanggah bahwa bapak ini banyak membantu lewat bapak sendiri atau melalui saya," ucap dia.

Selain itu, lanjut Harvey, saat harga logam timah dunia sedang turun, Tamron sempat merugi demi bisa menyalurkan dana CSR kepada masyarakat di daerahnya.

"Harga sewa smelter itu turun terus sampai US$2500 per ton. Modal bapak saja US$2500 kalau dikurangi US$500 lagi, bangkrut Pak (Tamron). Ini juga saya tidak tega," jelas Harvey.

Tamron juga membantah bawa dana yang diberikan kepada Harvey tersebut sebagai fee karena sudah melakukan kerja sama smelter dengan PT Timah.

"Tidak (bukan fee), setahu saya Pak Harvey mengajukan dana CSR jadi saya kasih," jawab Tamron.

Tamron juga selalu memberikan CSR secara langsung kepada masyarakat di daerahnya untuk kesejahteraan hidup dan fasilitas umum.

"Kita selalu melakukan CSR untuk di daerah. Bantu sumbangan-sumbangan ke daerah, masyarakat, pembangunan, dan lainnya," jelas Tamron.

Infografis Babak Baru Kasus Korupsi Timah Harvey Moeis dan Helena Lim. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya