Riwayat Sepatu Bata yang Tutup Pabrik di Purwakarta, Sudah Eksis Sebelum Indonesia Merdeka

Penghentian aktivitas pabrik Sepatu Bata itu telah diputuskan direksi pada Selasa, 30 April 2024, dan sebelumnya telah disetujui dewan komisaris pada Senin, 29 April 2024.

oleh Asnida Riani diperbarui 04 Mei 2024, 20:30 WIB
Produk sepatu Bats. (dok. Instagram @bataindonesia/https://www.instagram.com/p/CwrfgMnvEop/)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menghentikan aktivitas produksi pabrik perseroannya di Purwakarta, Jawa Barat. Penghentian aktivitas pabrik Sepatu Bata itu telah diputuskan direksi pada Selasa, 30 April 2024, dan sebelumnya telah disetujui dewan komisaris pada Senin, 29 April 2024.

"PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat," tulis Direktur Sepatu Bata Hatta Tutuko dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dirangkum kanal Saham Liputan6.com, Sabtu (4/5/2024).

Merek asal Czechoslovakia, yang kini sudah terpecah jadi Republik Ceko dan Slovakia, ini telah mencatat sejarah panjang di Indonesia, bahkan sebelum era kemerdekaan. Melansir situs webnya, Sabtu, Perusahaan Sepatu T. & A. Baťa didirikan pada 21 September 1894 oleh kakak adik Tomas, Anna dan Antonin Bata di kota pedesaan Zlin, Czechoslovakia.

Generasi ke-8 pembuat sepatu dari keluarga Bata ini disebut sebagai "inovator sejak awal." Mereka menyulap bengkel tradisional yang semula hanya mempekerjakan satu orang jadi perusahaan dengan 10 karyawan yang kemudian berkembang cepat dengan mempekerjakan 50 staf.

Pada 1899, Toko Bata pertama dibuka di Zlin. Kemudian tahun 1905, produksinya meningkat hingga 2,2 ribu pasang sepatu setiap hari, menjadikan Bata sebagai perusahaan alas kaki terbesar di Eropa saat itu. Keberhasilannya membuat Bata menjalin kerja sama, termasuk dengan Netherlandsch-Indisch yang membawanya ke Indonesia.

 


Masuk ke Indonesia

Pabrik sepatu Bata di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta tampak sepi karena sudah tak lagi beroperasi. foto (Liputan6.com/Asep Mulyana)

Tepatnya, Bata masuk ke Indonesia pada 1931, 14 tahun sebelum tahun negara ini merdeka. Saat itu, merek alas kaki ini bekerja sama dengan Netherlandsch-Indisch sebagai importir sepatu yang beroperasi di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Enam tahun kemudian, Tomas Bata mendirikan pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, tepatnya beralamat di Jl. Kalibata Raya Jakarta Selatan. Produksi sepatu kemudian mulai bergulir tahun 1940.

 PT. Sepatu Bata, TBK terdaftar di Jakarta Stock Exchange tertanggal 24 Maret 1982. Kemudian tahun 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta rampung. "Sebagai salah satu pabrik terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi produk sepatu injeksi untuk konsumsi dalam dan luar negeri," kata pihaknya.

Saat ini Bata Indonesia menempati gedung enam lantai di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. "Hingga saat ini," mereka menambahkan. "Merek Bata di Indonesia benar-benar mempunyai perjalanan panjang. (Jenama) yang dahulu disebut sepatu sekolah dengan tagline 'Back to School' telah melayani berbagai segmen pasar yang berbeda."

 


Hadirkan Toko Ritel yang Berbeda

Produk sepatu Bata (Daniel Kampua/Fimela.com)

 

Perusahaan itu menyambung, "Sepatu Bata sebagai alas kaki dan pemasar di Indonesia telah mengoperasikan rantai ritel 435 toko di seluruh negeri yang terdiri dari Family and City Stores. Masing-masing toko ritel Bata berbeda dari yang lain dalam hal variasi produk."

Bata Indonesia, kata mereka, juga mengoperasikan Wholesale Departemen yang melayani Ritel Dealer independen. "Berbekal lebih dari 125 tahun sejarah dalam bisnis sepatu, Bata menawarkan berbagai koleksi sepatu yang melayani semua tingkat kelompok pendapatan dan usia, mulai dari balita hingga anak-anak, wanita, serta pria," sebutnya.

"Kombinasi produk kami terdiri dari beragam koleksi yang modis dan trendi untuk segala suasana. Dengan terus mengembangkan teknologi sepatu yang modern, Bata telah menguasai seni memproduksi alas kaki yang mengawinkan gaya dan kenyamanan, menawarkan sepasang alas kaki yang sempurna untuk semua lapisan masyarakat," tandasnya.

Sayangnya, di keterangan terbaru, Hatta mengungkap bahwa Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di sana terus menurun. Kapasitas produksi pabrik juga jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.

 


Catat Kenaikan Penjualan, tapi Ruginya Membengkak

Produk Sepatu Bata. (Daniel Kampua/Fimela.com)

"Dengan adanya keputusan ini, Perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta," tulis Hatta. Ia menyambung, keputusan ini merupakan hal terbaik yang dapat diambil berdasarkan evaluasi menyeluruh dan kesepakatan pihak-pihak terkait, dan bertujuan mengefektifkan operasional Perseroan. 

"Perseroan berkomitmen memastikan kelancaran transisi bagi seluruh karyawan dan mitra kami yang terdampak perubahan ini," kata dia. Pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Mei 2024, harga saham BATA naik 1,06 persen ke posisi Rp95 per saham. 

Sebelumnya, PT Sepatu Bata Tbk (BATA) mencatat kinerja keuangan beragam pada 2022. Produsen Sepatu Bata ini membukukan kenaikan penjualan, tapi mencatat rugi yang membengkak.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), 9 April 2023, PT Sepatu Bata Tbk meraup penjualan Rp 643,45 miliar hingga 2022. Penjualan naik 46,74 persen dari periode 2021 sebesar Rp 438,48 miliar. Namun, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk melonjak sekitar 106,8 persen jadi Rp 105,91 miliar pada 2022dari periode 2021 sebesar Rp51,20 miliar.

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya