Misteri 'Lubang Biru' yang Terbentuk Ribuan Tahun, Miliki Kedalaman 420 Meter

Terbentuk selama ribuan tahun, 'Lubang Biru yang terletak di teluk Chetumal di lepas Semenanjung Yucatan, sampai saat ini belum mampu dicapai oleh siapapun hingga ke dasarnya.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 05 Mei 2024, 13:30 WIB
Terbentuk selama ribuan tahun, 'Lubang Biru yang terletak di teluk Chetumal di lepas Semenanjung Yucatan, sampai saat ini belum mampu dicapai oleh siapapun hingga ke dasarnya. Sumber: Nypost

Liputan6.com, Jakarta Lubang biru adalah formasi geologis bawah laut yang terbentuk oleh proses alami selama ribuan tahun. Tempat ini memiliki celah vertikal dalam dasar laut, di mana memiliki kedalaman yang sangat besar dan mencapai ratusan hingga ribuan kaki di bawah permukaan laut.

Melansir dari laman NYpost, penemuan ini bahkan telah disampaikan dalam penelitian terbaru, yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Marine Science. Memiliki kedalam 1,3 ribu kaki atau setara 420 meter, lubang biru di Teluk Chetumal jadi tempat yang berbahaya bagi manusia.

Bukan tanpa sebab, kedalaman gua bawah air yang terlalu besar membuat oksigen menjadi berkurang, serta adanya gas beracun seperti hidrogen sulfida. Porses geologis ini membuat sejumlah ilmuwan berusaha untuk membuat penelitian, tentang akses ke kedalaman laut yang belum terjamah.

Berikut ini misteri gua bawah air "Blue Hole" yang Liputan6.com rangkum, Minggu (5/5/2024). 

 


Misteri 'Lubang Biru' yang memiliki kedalaman kira-kira 420 meter

Terbentuk selama ribuan tahun, 'Lubang Biru yang terletak di teluk Chetumal di lepas Semenanjung Yucatan, sampai saat ini belum mampu dicapai oleh siapapun hingga ke dasarnya. Sumber: Nypost

 Lubang Biru Taam Ja' (TJBH) yang berlokasi di Teluk Chetumal, lepas Semenanjung Yucatan, telah menarik perhatian para peneliti karena kedalamannya yang mencengangkan. Dengan kedalaman setidaknya 1.380 kaki (420 meter) di bawah permukaan laut, lubang ini hampir setinggi Menara Trump di Chicago.

Angka ini mengungguli rekor sebelumnya yang dipegang oleh Lubang Naga di Laut Cina Selatan, yang mencapai kedalaman 990 kaki. Lubang biru, yang secara ilmiah dikenal sebagai formasi Karst, adalah hasil dari proses alami yang berlangsung ribuan tahun, terbentuk oleh pengikisan laut dan proses geologis lainnya.

Meskipun tampaknya hanya menjadi celah vertikal dalam lautan yang gelap, lubang biru sebenarnya meluas hingga ratusan kaki ke bawah, membuka jalan bagi penjelajahan yang mendalam dan misterius. Namun, penelitian tentang lubang biru sering kali terbatas, karena kondisi yang tidak ramah bagi kehidupan manusia. Kekurangan oksigen dan keberadaan gas hidrogen sulfida, membuat lubang biru menjadi tempat yang berbahaya bagi manusia tanpa peralatan yang sesuai.

 


Keterbatasan teknologi, tempat ini cukup berbahaya bagi manusia

Terbentuk selama ribuan tahun, 'Lubang Biru yang terletak di teluk Chetumal di lepas Semenanjung Yucatan, sampai saat ini belum mampu dicapai oleh siapapun hingga ke dasarnya. Sumber: Nypost

Meskipun TBJH pertama kali ditemukan pada tahun 2021, pengukuran kedalaman hanya mencapai 900 kaki, karena keterbatasan teknologi pada saat itu. Namun dalam ekspedisi terbaru, para ilmuwan menggunakan teknologi yang lebih canggih untuk memperoleh data yang lebih akurat. Melalui penggunaan profil konduktivitas, suhu dan kedalaman (CTD), mereka berhasil mengukur kedalaman TBJH dengan lebih tepat.

Meskipun belum berhasil mencapai kedalaman maksimum lubang, para ilmuwan tidak kehilangan harapan. Mereka percaya bahwa penemuan ini dapat membuka jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan di bawah laut, bahkan menyediakan akses ke ruang dan waktu yang mungkin tersembunyi dalam kedalaman laut yang gelap.

Sebagai contoh, penjelajahan lubang biru di Bahama pada tahun 2012 mengungkapkan keberadaan bakteri unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Temuan ini menyoroti potensi lubang biru untuk menjadi jendela ke dunia yang belum dijelajahi, serta menawarkan wawasan baru tentang kehidupan di planet kita dan mungkin di tempat-tempat lain di alam semesta. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya