6 Fakta Menarik Gunung Lompobattang di Sulawesi yang Bersebelahan dengan Gunung Bawakaraeng

Seperti Gunung Bawakaraweng, Gunung Lompobattang ini juga menjadi objek pendakian melalui Dusun Lembang Bune di Kelurahan Cikoro, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 10 Jul 2024, 11:11 WIB
Gunung Lompobattang di Sulawesi memiliki ketinggian 2.874 mdpl . (Dok: https://www.instagram.com/p/BKCqtdXBzUR/?igsh=MnlkdngydDlleHY4)

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Lompobattang merupakan sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Gunung ini berdekatan dengan Gunung Bawakaraeng.

Gunung Lompobattang termasuk gunung api tidak aktif tipe stratovolcano atau kerucut. Kerucut Gunung Lompobattang ini tersusun oleh batuan gunung api berumur Plistosen.

Seperti Gunung Bawakaraweng, gunung ini juga menjadi objek pendakian melalui Dusun Lembang Bune di Kelurahan Cikoro, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa. Gunung ini juga menjadi sasaran penganut singkritisme yang melakukan ibadah haji di puncak gunung ini pada musim haji bulan Zulhijjah. 

Dari puncak Gunung Lompobattang dapat melihat puncak Gunung Bawakaraeng. Gunung Lampobattang memiliki ketinggian 2.874 mdpl dan suhu minimum di Gunung Lompobattang adalah sekitar 14° Celcius hingga maksimum 16° Celcius. 

Masih banyak hal mengenai Gunung Lampobattang selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Lampobattang yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Pertama Didaki 1840

Mengutip dari laman Gunung Bagging, Selasa (7/5/2024), Gunung Lompobattang merupakan puncak paling menonjol kedua di Sulawesi, setelah Rantemario milik Latimojong. Gunung ini pertama kali didaki pada 1840 oleh James Brooke, seorang Inggris yang kemudian menjadi Raja Sarawak.

Pastinya pendakian ini merupakan ekspedisi besar untuk mencapai puncak puncak pada masa itu. Sekarang gunung ini menjadi gunung yang populer dan sering didaki yang bahkan secara teori dapat dilakukan sebagai pendakian sepanjang hari.


2. Bersebelahan dengan Gunung Bawakaraeng

Gunung Lompobattang salah satu puncak populer di Sulawesi. (Dok: Instagram @ahrianto_iksan https://www.instagram.com/p/CBftmyzH18U/?igsh=MTNuN2I0ZnFhcTV2dg==)

Pegunungan ini sebenarnya terdiri dari dua gunung besar Lompobatang (2.886 mdpl) dan Bawakaraeng yang lebih utara dan sedikit lebih rendah (2.840 mdpl). Karena kedekatan pegunungan dengan kota Makassar yang ramai, kedua puncak tersebut didaki oleh para pelajar pendaki hampir setiap akhir pekan.

Beberapa pendaki yang sangat suka berpetualang sebenarnya mendaki keduanya dalam satu perjalanan, meskipun hal ini memerlukan waktu minimal empat hari dan biasanya lima hari. Menurut legenda setempat, Lompobatang mempunyai ciri-ciri perempuan dan Bawakaraeng mempunyai ciri-ciri laki-laki, dan Bawakaraeng lebih kejam dibandingkan Bawakaraeng dalam hal berapa banyak pendaki yang tewas di lerengnya.

3. Akses ke Titik Pendakian Awal

Ada dua rute akses utama ke kawasan Gunung Lompobattang. Pendekatan selatan yang digunakan untuk Lompobatang dimulai dari desa Lembang Bu'ne dekat Malakaji ke arah barat daya gunung.

Akses lain dari Lembanna dekat kota perbukitan Malino yang populer, yang terletak di sebelah utara gunung dan digunakan oleh para pendaki yang ingin mendaki Bawakaraeng. Karena Malino hanya berjarak 2 jam dari Makassar, gunung ini jauh lebih populer daripada Lompobatang, namun kedua gunung tersebut sangat menakjubkan.

Jika Anda memiliki cukup waktu, melintasi pegunungan tersebut akan memberikan pengalaman yang benar-benar mengesankan. Titik awal untuk kedua gunung tersebut relatif tinggi namun kedua jalur tersebut cukup besar dan terkadang melibatkan medan yang sulit.

Sangat jarang bagi pendaki untuk mendaki dan menuruni kedua gunung tersebut dalam satu hari. Misalnya, Lompobatang memerlukan waktu 11 atau 12 jam dari pendaki yang cukup kuat untuk perjalanan pulang pergi.

Untuk mencapai Malakaji dari Makassar, kini ada dua pilihan. Dulu, mengikuti jalan utama ke selatan menuju Jeneponto dekat pantai selatan merupakan hal yang standar. Ini membutuhkan sekitar 4 jam. Dari Jeneponto belok kiri ke jalan sempit yang berkelok-kelok sejauh 40 km melewati desa-desa di barat daya gunung. Akhirnya Anda akan mencapai Malakaji. 


4. Rute Pendakian

Pendaki di Gunung Lompobattang. (Dok: IG @daengjourney https://www.instagram.com/p/BRLoe9ihv6x/?igsh=MWo4bGRnZXpzazRlZg==)

Dari basecamp yang juga merupakan tempat memarkirkan kendaraan, ikuti jalan berbatu ke atas bukit sejauh beberapa ratus meter sebelum mengikuti jalan kecil ke kiri (1.660 mdpl). Jalan setapak mengarah ke beberapa dinding batu yang memisahkan lahan pertanian.

Pos 1 (1.657 mdpl) ditandai dengan sungai dan banyak tenda. Ini adalah sumber air paling andal sebelum sampai ke Pos 9.

Dari Pos 1 dibutuhkan waktu sekitar 30 menit menyusuri jalan setapak yang agak banyak ditumbuhi pohon menuju Pos 2 (1.847 mdpl) yang melewati aliran sungai kecil di pegunungan. Setelah Pos 2, ada lagi penyeberangan sungai kecil (1862 mdpl) jalur memasuki hutan lebat.

Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai Pos 3 (2.018 mdpl) dan 30 menit lagi untuk mencapai Pos 4 (2.251 mdpl) yang merupakan bukaan bagus yang cukup besar untuk 2 atau 3 tenda. Pos 5 (2.398 mdpl) merupakan tempat terbaik untuk berkemah di dalam hutan.

Lalu Pos 6 (2.531 mdpl) merupakan pos hutan terakhir dan juga bisa dijadikan tempat berkemah dengan beberapa pemandangan yang bagus juga. Pos 7 (2.679 mdpl) merupakan puncak kecil (Moncong Assumpolong menurut Open Street Map) dan juga merupakan tempat perkemahan yang masuk akal. 

Tepat setelah Pos 7, jalur menurun cukup terjal sebelum naik lagi ke Pos 8 (2.727 mdpl). Pos 9 (2.754 mdpl) yang merupakan sebuah batu besar dengan beberapa emperan yang menjadi tempat berteduh. 


5. Hati-Hati Babi Hutan

Pemandangan di Gunung Lompobattang. (Dok Instagram @muhfaqihs_ https://www.instagram.com/p/BeIq4fiHUwI/?igsh=YXk2a3gwamlrazJp)

Di luar Pos 5 terdapat kawasan yang dihuni oleh 'babi hutan' (babi hutan) dan meskipun Anda mungkin akan mendengarnya jika berkemah di sini, Anda mungkin tidak akan melihatnya. Ada beberapa tempat yang bagus untuk dilihat, terutama pada ketinggian sekitar 2.452 mdpl.

Dekat dari sini setelah melewati Pos 6 saat cuaca cerah, Anda akan dapat melihat punggung bukit sempit menakjubkan di depan yang ditutupi semak-semak rendah dan sesekali bunga Edelweis. Banyak pohon yang tumbuh rendah ditutupi lumut yang direbus oleh masyarakat setempat untuk pengobatan asma. 

6. Puncak Gunung Lompobattang

Puncak pertama yang dicapai setelah Pos 10 terdapat bongkahan batu di atasnya dan berdasarkan pembacaan GPS pada tahun 2020 merupakan puncak tertinggi sekitar 2.886m. Kurang dari 20 menit dari Pos 10 ke titik ini.

Namun, jika Anda ingin memastikan bahwa Anda telah mencapai titik tertinggi, sangat penting untuk melanjutkan sekitar 3 menit atau lebih ke puncak berumput lain yang menurut GPS tingginya sekitar 2.885 mdpl. Sebut saja ini Pos 11.

 

 

Infografis Sederet Bahaya Langsung dan Susulan dari Letusan Gunung Api. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya