Vladimir Putin Memulai Masa Jabatan Kelima Sebagai Presiden Rusia, Memimpin Tanpa Oposisi

Putin menjabat sebagai presiden Rusia sejak tahun 1999, setelah Boris Yeltsin mengundurkan diri.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Mei 2024, 08:02 WIB
Dalam pidatonya, Putin berterima kasih kepada bangsa karena telah menunjukkan persatuan patriotik sambil mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa pilot Rusia tewas menentang pawai kelompok milisi Wagner di Moskwa. (Gavriil GRIGOROV / SPUTNIK / AFP)

Liputan6.com, Moskow - Vladimir Putin kembali dilantik sebagai pemimpin Rusia pada hari Selasa (7/5/2024), setelah menyingkirkan lawan-lawan politiknya dan memusatkan seluruh kekuasaan di tangannya.

Dalam upacara di Istana Grand Kremlin yang berlapis emas, Putin meletakkan tangannya di atas Konstitusi Rusia dan bersumpah mempertahankannya dengan disaksikan kerumunan pejabat terpilih.

"Kita adalah bangsa yang bersatu dan hebat dan bersama-sama kita akan mengatasi semua rintangan, mewujudkan semua rencana kita, bersama-sama kita akan menang," kata Putin usai dilantik, seperti dilansir kantor berita AP, Rabu (8/5)

Sejak menggantikan Presiden Boris Yeltsin pada saat-saat terakhir tahun 1999, Putin telah mengubah Rusia dari negara yang bangkit dari keruntuhan ekonomi menjadi negara yang dicap Barat mengancam keamanan global. Menyusul invasi ke Ukraina pada tahun 2022 yang menjadi konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, Rusia mendapat sanksi berat dari Barat dan merapat ke rezim lain seperti China, Iran, dan Korea Utara untuk mendapatkan dukungan.

Sudah menjabat selama hampir seperempat abad dan menjadi pemimpin Kremlin yang paling lama menjabat sejak Joseph Stalin, masa jabatan baru Putin baru akan berakhir pada tahun 2030, di mana dia secara konstitusional memenuhi syarat untuk mencalonkan diri kembali.

Putin menggunakan momen-momen pertama masa jabatannya yang kelima untuk berterima kasih kepada "pahlawan" perangnya di Ukraina dan menentang Barat.

"Rusia tidak menolak dialog dengan negara-negara Barat," ujar Putin. "Sebaliknya, pilihan ada di tangan mereka: apakah mereka berniat untuk terus berusaha membendung Rusia, melanjutkan kebijakan agresi, terus memberikan tekanan terhadap negara kita selama bertahun-tahun atau mencari jalan menuju kerja sama dan perdamaian."

Di antara lebih dari 2.500 tamu undangan yang menghadiri pelantikannya, termasuk selebritas Amerika Serikat (AS) Steven Seagal dan duta besar Prancis.

Baik duta besar AS, Inggris, maupun Jerman tidak hadir. Kedutaan Besar AS mengatakan Duta Besar Lynne Tracy berada di luar negeri untuk perjalanan pribadi yang telah dijadwalkan sebelumnya.

Sejumlah utusan Uni Eropa hadir meskipun Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kepada mereka bahwa hal yang benar untuk dilakukan adalah tidak menghadiri pelantikan tersebut mengingat Putin adalah subjek dari surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan perang, yang menuduhnya bertanggung jawab secara pribadi atas penculikan anak-anak dari Ukraina.


Kata Analis

Presiden Rusia Vladimir Putin. (AFP/NATALIA KOLESNIKOVA)

Putin pada hari Selasa sekali lagi menjanjikan masa depan yang sejahtera bagi rakyat Rusia, namun sejak invasi ke Ukraina, banyak orang yang melihat biaya hidup meningkat. Dia memulai masa jabatannya pada tahun 2018 dengan berjanji untuk memasukkan Rusia ke dalam lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dan berjanji bahwa negara tersebut harus modern dan dinamis.

Sebaliknya, yang terjadi saat ini, perekonomian Rusia telah beralih ke kondisi perang dan pihak berwenang menghabiskan banyak uang untuk pertahanan.

Para analis mengatakan, setelah Putin kembali berkuasa selama enam tahun, pemerintah bisa mengambil langkah tidak populer, yaitu menaikkan pajak untuk mendanai perang dan menekan lebih banyak orang untuk bergabung dengan militer.

Yang tidak kalah penting, Putin memasuki masa jabatan kelimanya tanpa ada oposisi di dalam negeri.

Undang-undang telah diberlakukan yang mengancam hukuman penjara lama bagi siapa pun yang mendiskreditkan militer. Kremlin juga menargetkan media independen, kelompok hak asasi manusia, aktivis LGBTQ+, dan pihak lain yang tidak mematuhi apa yang ditekankan Putin sebagai "nilai-nilai keluarga tradisional" Rusia.

Musuh politik terbesar Putin, pemimpin oposisi Alexei Navalny, meninggal di koloni hukuman Arktik pada Februari. Kritikus terkemuka lainnya telah dipenjara atau telah meninggalkan negara tersebut, dan beberapa lawannya di luar negeri mengkhawatirkan keamanan mereka.

Janda Navalny, Yulia Navalnaya, merilis video menjelang pelantikan Putin.

"Janji-janji Putin tidak hanya kosong, tapi juga palsu," tutur Navalnaya.

Rusia, katanya, diperintah oleh pembohong, pencuri, dan pembunuh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya