Serangan Israel ke Rafah Tewaskan 27 Orang, Termasuk 6 Wanita dan 9 Anak

Tank-tank milik Israel kemudian dilaporkan menguasai wilayah penyeberangan di perbatasan Rafah, Gaza pada Selasa (7/5).

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Mei 2024, 07:07 WIB
Warga Palestina yang melarikan diri dari pemboman Israel. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Rafah - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pihaknya melakukan serangan terbatas di timur Rafah, kota yang terletak di paling selatan Jalur Gaza.

Kurang dari 24 jam setelah mereka memerintahkan 100.000 warga Palestina di area tersebut menyingkir, Senin 6 Mei 2024, IDF melakukan serangan yang ditargetkan terhadap sasaran teror Hamas di Rafah timur di Gaza selatan.

Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan serangan udara Israel menghantam jalan, lahan pertanian, rumah-rumah, dan peternakan di tiga lingkungan di Rafah timur. Kantor berita Turki, Anadolu, menyebutkan bahwa Israel mengintensifkan penembakan.

Aktivitas militer Israel di Rafah terjadi di saat proses negosiasi gencatan senjata dengan Hamas masih berada di ujung tanduk.

CNN yang dilansir Rabu (8/5/2024) kemudian mengkonfirmasi melalui sumber-sumber rumah sakit di Rafah mengenai kematian 27 orang sejak Senin (8/5) malam, termasuk enam wanita dan sembilan anak-anak.

"Jelas, setiap kematian warga sipil, terutama anak-anak, adalah sebuah tragedi baik di Rafah atau di mana pun di Gaza, dan kami telah memperjelasnya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller seraya mengatakan aksi Israel di penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza seperti "awal" dari operasi militer besar-besaran.

Tank-tank milik Israel kemudian dilaporkan menguasai wilayah penyeberangan di perbatasan Rafah, Gaza pada Selasa (7/5).

 


RS Lapangan Kurang Bisa Melayani

Bola api meletus selama pemboman Israel di Rafah, di Jalur Gaza selatan. (AFP)

CNN melaporkan bahwa rumah sakit lapangan yang tersisa di wilayah rumah sakit Rafah timur yang dievakuasi pada hari Senin (6/5) hanya akan mampu memberikan kurang dari sepertiga layanan yang ditawarkan, menurut direktur medis rumah sakit tersebut.

Evakuasi ke Kareem "terjadi di luar keinginan kami" setelah Pasukan Pertahanan Israel mengatakan kepada orang-orang di Rafah timur bahwa mereka harus meninggalkan daerah tersebut, menurut direktur medis Rumah Sakit Abu Yusuf Najjar Marwan Al-Homss.

Al Homss membenarkan bahwa rumah sakit tersebut kini tidak dapat lagi melayani termasuk merawat hampir 400 pasien dialisis ginjal. Dia mengatakan setelah ditutup, mulai terjadi vandalisme yang berujung pada pencurian bahan bakar untuk menjalankan genset.

Kru rumah sakit tidak pergi sampai semua pasien dievakuasi, kata Al Homss.

“Mereka takut akan nyawa mereka, dan takut dibunuh karena kejadian sebelumnya di mana Israel menganiaya pasien dan petugas medis,” kata Al-Homss. "Sekarang, dengan tidak berfungsinya rumah sakit ini, rumah sakit lapangan yang tersisa tidak akan mampu memberikan 30% layanan yang diberikan Abu Yusuf Najjar." Al-Homss mengatakan bahwa selama 48 jam terakhir, lebih dari 56 orang di wilayah tersebut telah terbunuh, 40% di antaranya adalah anak-anak.


Serangan Jihad Islam Palestina ke Israel

Ilustrasi asap mengepul di Rafah setelah serangan udara Israel. (SAID KHATIB/AFP)

Melansir BBC, Selasa (7/5/2024), kelompok militan Jihad Islam Palestina menuturkan pihaknya meluncurkan roket dari Jalur  Gaza menuju Israel selatan pada Senin (6/5) sebagai respons atas serangan Udara Israel.

"Kami telah menargetkan Sderot, Nir Am, dan permukiman di wilayah  Gaza dengan serangan roket," ujar kelompok tersebut.

Jihad Islam Palestina merupakan faksi bersenjata terbesar kedua di Jalur Gaza.

Menyusul serangan roket Jihad Islam Palestina, sirene berbunyi di Israel selatan. Gambar-gambar yang beredar menunjukkan sistem pertahanan rudal Iron Dome mencegat proyektil yang menuju Israel. 

Segera setelah militer Israel menyatakan melakukan serangan terbatas terhadap Hamas di Rafah timur, kantor berita AP dengan mengutip seorang pejabat keamanan Palestina dan seorang pejabat Mesir melaporkan bahwa tank-tank Israel memasuki Rafah, mencapai jarak 200 meter dari persimpangan Rafah dengan Mesir.

Menurut pejabat Mesir operasi Israel terbatas cakupannya. Israel disebut telah memberi tahu Mesir bahwa pasukannya akan mundur setelah operasi selesai. Bagaimanapun, cakupan operasi belum diketahui.


Tanda Tanya soal Gencatan Senjata

Seorang anak berjalan pergi dengan barang-barang yang diselamatkan dari reruntuhan bangunan yang terkena serangan Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)

Sementara itu, dalam perkembangan lainnya, pada Senin Hamas mengumumkan menerima proposal gencatan senjata yang dirundingkan di Kairo, Mesir. Namun, Israel mengatakan kesepakatan itu tidak memenuhi tuntutan inti.

Meski demikian, Israel menyatakan akan melanjutkan perundingan.

"Meskipun proposal Hamas masih jauh dari memenuhi tuntutan inti Israel, Israel akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Mesir dalam upaya memaksimalkan kemungkinan mencapai kesepakatan mengenai persyaratan yang dapat diterima oleh Israel," sebut kantor perdana Menteri Israel via X.

Para pejabat Mesir mengatakan bahwa proposal menyerukan gencatan senjata dalam beberapa tahap, yang dimulai dengan pembebasan sandera dalam jumlah terbatas dan penarikan sebagian pasukan Israel di Jalur Gaza. Kedua belah pihak juga akan merundingkan "ketenangan permanen" yang akan mengarah pada pembebasan sandera sepenuhnya dan penarikan lebih besar pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di bawah banyak tekanan. Mitra garis keras dalam koalisinya menuntut serangan segera terhadap Rafah dan mengancam meruntuhkan pemerintahannya jika dia menyepakati gencatan senjata. Adapun pihak keluarga sandera menginginkan kesepakatan gencatan senjata segera tercapai.

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di seluruh negeri pada Senin malam menyerukan kesepakatan segera. Sekitar 1.000 pengunjuk rasa memadati dekat markas pertahanan di Tel Aviv. Di Yerusalem, sekitar seratus pengunjuk rasa berbaris menuju kediaman Netanyahu dengan membawa spanduk bertuliskan "Darah ada di tangan Anda".

Israel mengklaim Rafah adalah benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza dan Netanyahu mengatakan pada hari Senin bahwa serangan terhadap kota tersebut sangat penting untuk memastikan para militan tidak dapat membangun kembali kemampuan militer mereka.

Penolakan keras atas serangan ke Rafah juga datang dari Amerika Serikat (AS), yang merupakan sekutu utama Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller pada Senin menuturkan bahwa AS belum melihat rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil Palestina.

"Kami tidak dapat mendukung operasi di Rafah seperti yang dibayangkan saat ini," ujar Miller.

Badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa serangan terhadap Rafah akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil Palestina. Hal ini juga dapat menghancurkan operasi bantuan kemanusiaan yang berbasis di Rafah yang menjaga kelangsungan hidup warga Palestina di Jalur Gaza.

Selebaran, pesan teks, dan siaran radio Israel memerintahkan warga Palestina mengungsi dari lingkungan timur Rafah, memperingatkan serangan akan segera terjadi dan siapa pun yang tetap tinggal menempatkan diri mereka sendiri dan anggota keluarga mereka dalam bahaya.

Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk pindah ke zona kemanusiaan yang dinyatakan Israel bernama Muwasi, sebuah kamp sementara di pantai. Mereka mengklaim pula telah memperluas ukuran zona tersebut dan mencakup tenda, makanan, air, dan rumah sakit lapangan.

Belum jelas apakah hal tersebut benar sudah ada.

 

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya