Liputan6.com, Jakarta - Ingatkah ketika tetangga menebang pohon kesayangan Anda sembarangan? Atau ketika atasan mendapat pujian untuk proyek yang sudah Anda kerjakan dengan susah payah?
Jika Anda sudah merasakan emosi naik, sebaiknya tarik napas dalam-dalam, karena sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Amerika Serikat telah menunjukkan bagaimana lapisan pembuluh darah menjadi tertekan bahkan hanya karena provokasi kemarahan yang singkat.
Advertisement
Dilansir dari Science News, Jumat (28/6/2024), disebutkan bahwa stres semacam ini sebelumnya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Intinya amarah yang meletup-letup benar-benar bisa membahayakan nyawa seseorang.
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi hubungan potensial antara kemarahan dan kesehatan jantung, tetapi alasan hubungan tersebut tidak jelas. Apa yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah bahwa ketika kita tetap rileks, pembuluh darah kita juga tetap rileks.
Tim dibalik penelitian ini menemukan bahwa perasaan cemas dan sedih tidak memicu perubahan pada lapisan pembuluh darah dengan cara yang sama - meskipun emosi ini juga dikaitkan dengan masalah jantung dalam penelitian lain.
"Kami melihat bahwa membangkitkan kondisi marah menyebabkan disfungsi pembuluh darah, meskipun kami belum memahami apa yang dapat menyebabkan perubahan ini," kata Daichi Shimbo, seorang profesor kedokteran di Columbia University, Amerika Serikat.
Survei Kepada 280 Orang
Adapun sebanyak 280 partisipan yang sehat secara acak ditugaskan untuk melakukan salah satu dari tiga tugas dan aktivitas kontrol, masing-masing berlangsung selama delapan menit. Sebelum dan sesudah tugas, lapisan sel para sukarelawan dianalisis melalui sampel darah.
Tugas-tugas tersebut meliputi mengingat memori pribadi yang memicu kemarahan, mengingat memori pribadi yang memicu kecemasan, membaca serangkaian kalimat menyedihkan untuk memicu kesedihan, atau berulang kali menghitung sampai 100 (untuk menjaga netralitas emosi).
Dengan tugas memancing amarah: penurunan pelebaran pembuluh darah - pengencangan pembuluh darah yang menghambat aliran darah ke seluruh tubuh - terlihat tiga menit setelah tugas tersebut selesai, tetapi memudar pada menit ke-40.
Meskipun merasakan dan mengekspresikan kemarahan dapat bermanfaat bagi kesehatan, penelitian ini menunjukkan bahwa hal tersebut juga dapat meningkatkan risiko masalah jantung dengan membatasi aliran darah, terutama ketika emosi tersebut dialami secara konsisten atau kronis pada mereka yang sudah memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskular (Jantung dan pembuluh darah).
Advertisement
Manfaat Penelitian
Langkah selanjutnya adalah melihat lebih dekat bagaimana emosi dan konsekuensi biologis terhubung.
"Investigasi terhadap hubungan yang mendasari antara kemarahan dan disfungsi pembuluh darah dapat membantu mengidentifikasi target intervensi yang efektif untuk orang-orang yang berisiko tinggi mengalami kejadian kardiovaskular," kata Shimbo.
Penelitian di masa depan dapat melihat hubungan ini pada kelompok orang yang lebih tua, dan mereka yang sedang menjalani pengobatan yang berkaitan dengan masalah jantung. Seperti yang dicatat oleh para peneliti, hal ini juga dapat menginformasikan pendekatan untuk membantu orang mengelola kemarahan mereka.
Penelitian ini menambah apa yang telah kita ketahui tentang hubungan antara emosi dan tubuh kita - dan mengetahui perasaan mana yang memicu perubahan pada tubuh dapat membantu meningkatkan pemahaman kita tentang kesehatan mental dan fisik. Di sini, kemarahan menyebabkan perubahan pembuluh darah yang tidak terlihat pada kecemasan dan kesedihan.
"Oleh karena itu, semua emosi negatif tidak boleh dikelompokkan sebagai hal yang sama ketika melihat melalui lensa patofisiologi penyakit kardiovaskular," tulis para peneliti dalam makalah yang mereka terbitkan.
Meningkatkan Risiko Terkena Serangan Jantung
Marah merupakan sifat alamiah bagi manusia. Namun, jika terlalu sering menghabiskan waktu untuk marah-marah bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan fisik dan mental diri sendiri.
Menurut American Psychological Association (APA), kemarahan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan antagonisme terhadap seseorang atau sesuatu yang dirasa menganggu dan membuat seseorang tidak nyaman.
Direktur Program Kardiologi Olahraga di Yale Medicine di New Haven, Rachel Lampert, MD, menjelaskan kemarahan juga berdampak buruk pada orang dengan aritmia (detak jantung tidak teratur).
"Kami telah menunjukkan bahwa orang yang rentan mengalami aritmia ventrikel (detak jantung tidak normal yang berasal dari bilik jantung bagian bawah), atau yang rentan mengalami fibrilasi atrium (ritme tidak normal pada bilik atas), kemungkinan berisiko lebih tinggi pada saat marah atau stres," ujar Lampert. Hal ini dikarenakan adrenalin yang meningkat saat marah dapat menyebabkan perubahan elektrik pada jantung.
Selain itu, kemarahan juga meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Dalam sebuah tinjauan sistematis dengan total hampir 4.000 partisipan dari lebih dari lima puluh pusat kesehatan di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan peningkatan serangan jantung lebih dari dua kali lipat dalam waktu dua jam setelah ledakan kemarahan. Ini menunjukkan bahwa kemarahan yang intens memang lebih buruk untuk jantung Anda, kata para peneliti.
Advertisement