AS Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel Lantaran Khawatir Akan Dipakai Serang Rafah

Israel belum sepenuhnya merespons kekhawatiran AS mengenai kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 08 Mei 2024, 13:02 WIB
Asap mengepul di Rafah setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023. (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Rafah - Amerika Serikat pekan lalu menghentikan pengiriman bom ke Israel karena kekhawatiran akan dilakukannya operasi darat besar-besaran di Rafah, Gaza selatan, kata seorang pejabat senior pemerintah.

Pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon, kata pejabat tersebut kepada CBS News.

Israel belum sepenuhnya merespons kekhawatiran AS mengenai kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah, kata pejabat itu.

Israel tidak segera memberikan komentar.

“Posisi AS adalah bahwa Israel tidak boleh melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah, di mana lebih dari satu juta orang mengungsi tanpa punya tempat lain untuk pergi,” kata pejabat pemerintahan Gedung Putih, dikutip dari laman BBC, Rabu (8/5/2024).

"Kami telah terlibat dalam dialog dengan Israel dalam format Kelompok Konsultatif Strategis tentang bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah, dan bagaimana melakukan tindakan yang berbeda terhadap Hamas di sana dibandingkan dengan yang mereka lakukan di tempat lain di Gaza."

"Diskusi tersebut sedang berlangsung dan belum sepenuhnya menjawab kekhawatiran kami."

"Ketika para pemimpin Israel tampaknya mendekati titik pengambilan keputusan mengenai operasi semacam itu, kami mulai dengan hati-hati meninjau usulan transfer senjata ke Israel yang mungkin digunakan di Rafah."

 


Sudah Dihentikan Sejak Minggu Lalu

Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza terlihat di tenda-tenda di Kota Khan Younis, Rabu (13/12/2023). Serangan Israel mulai menargetkan kota utama di selatan Gaza, yaitu Khan Younis dan Rafah. (AP Photo/Mohammed Dahman)

"Sebagai hasil dari peninjauan tersebut, kami telah menghentikan satu pengiriman senjata pada minggu lalu. Pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon. Kami secara khusus berfokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon dan dampak yang dapat ditimbulkannya."

Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan bahwa untuk kasus-kasus tertentu lainnya di Departemen Luar Negeri, termasuk peralatan JDAM [Joint Direct Attack Munition], maka mereka akan terus melakukan peninjauan. Tak satu pun dari kasus-kasus ini melibatkan transfer dalam waktu dekat.

Pejabat tersebut juga menekankan bahwa tidak satu pun dari pengiriman senjata yang ada hubungannya dengan alokasi tambahan Israel. Namun ini diambil dari dana yang sebelumnya telah dialokasikan, beberapa tahun yang lalu.

Infografis Bocah Palestina Sekarat dan Mati Kelaparan di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya