Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Sebut Puncak Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

IDF atau militer Israel mengklaim menargetkan sasaran teror Hamas di Rafah timur di Gaza selatan, demikian menurut pernyataan mereka.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Mei 2024, 12:02 WIB
Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berkumpul di sebuah kamp tenda di Rafah, Jalur Gaza selatan. (AP Photo/Fatima Shbair)

Liputan6.com, Jakarta - Israel melakukan serangan ke Rafah. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan pihaknya melakukan serangan terbatas di timur Rafah, kota yang terletak di paling selatan Jalur Gaza.

IDF mengklaim menargetkan sasaran teror Hamas di Rafah timur di Gaza selatan, demikian menurut pernyataan mereka.

Kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan serangan udara Israel menghantam jalan, lahan pertanian, rumah-rumah, dan peternakan di tiga lingkungan di Rafah timur. Kantor berita Turki, Anadolu, menyebutkan bahwa Israel mengintensifkan penembakan.

Indonesia merespons keras serangan tersebut, mengecam tindakan Israel.

"Indonesia mengecam keras serangan militer Israel atas Kota Rafah di Gaza serta penguasaan atas Perbatasan Rafah di sisi Palestina," kata Kementerian Luar Negeri melalui akun X @Kemlu_RI, yang dikutip Rabu (8/5/2024).

Serangan tersebut dilakukan kurang dari 24 jam setelah IDF mengeluarkan pernyataan yang memerintahkan 100.000 warga Palestina di area tersebut menyingkir.

"Setiap upaya pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina, termasuk dari Rafah, tidak dapat diterima karena tindakan tersebut merupakan puncak kejahatan terhadap kemanusiaan," jelas Kemlu RI.

Dalam pernyataannya, pihak Kemlu RI juga menyerukan agar disegerakan gencatan senjatan di Gaza. Mengingat Israel menolak usulan perjanjian damai dari mediator krisis yaitu Qatar dan Mesir. Sementara Hamas justru menerima upaya tersebut demi mengakhiri perang tujuh bulan itu.

"Indonesia menegaskan kembali seruan untuk segera mewujudkan gencatan senjata permanen di Gaza dan menghapuskan semua hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan," tutur Kemlu RI.

Kemlu RI kemudian mendesak sejumlah pihak agar gencatan senjata yang disetujui kedua belah pihak bisa segera dilakukan, demi mencegah terjadinya bencana kemanusiaan.

"Komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, harus segera menghentikan kejahatan brutal Israel dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar," tegas Kemlu RI dalam pesan tertulisnya di akun resmi X.


Militan Jihad Islam Palestina Serang Israel

Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal. (SAID KHATIB/AFP)

Melansir BBC, Selasa (7/5/2024), kelompok militan Jihad Islam Palestina menuturkan pihaknya meluncurkan roket dari Jalur Gaza menuju Israel selatan pada Senin (6/5) sebagai respons atas serangan Udara Israel.

"Kami telah menargetkan Sderot, Nir Am, dan permukiman di wilayah Gaza dengan serangan roket," ujar kelompok tersebut.

Jihad Islam Palestina merupakan faksi bersenjata terbesar kedua di Jalur Gaza.

Menyusul serangan roket Jihad Islam Palestina, sirene berbunyi di Israel selatan. Gambar-gambar yang beredar menunjukkan sistem pertahanan rudal Iron Dome mencegat proyektil yang menuju Israel. 

Segera setelah militer Israel menyatakan melakukan serangan terbatas terhadap Hamas di Rafah timur, kantor berita AP dengan mengutip seorang pejabat keamanan Palestina dan seorang pejabat Mesir melaporkan bahwa tank-tank Israel memasuki Rafah, mencapai jarak 200 meter dari persimpangan Rafah dengan Mesir.

Menurut pejabat Mesir operasi Israel terbatas cakupannya. Israel disebut telah memberi tahu Mesir bahwa pasukannya akan mundur setelah operasi selesai. Bagaimanapun, cakupan operasi belum diketahui.


Tanda Tanya soal Gencatan Senjata

Seorang gadis muda Palestina menjual permen kepada anak-anak di sebuah kamp di Rafah, Jalur Gaza selatan pada 7 Maret 2024. Perang dan pembatasan oleh Israel membuat warga Gaza dihantui sejumlah krisis akibat kelangkaan makanan, air, obat-obatan serta potensi penyebaran penyakit imbas lemahnya layanan medis. (MOHAMMED ABED / AFP)

Sementara itu, dalam perkembangan lainnya, pada Senin Hamas mengumumkan menerima proposal gencatan senjata yang dirundingkan di Kairo, Mesir. Namun, Israel mengatakan kesepakatan itu tidak memenuhi tuntutan inti.

Meski demikian, Israel menyatakan akan melanjutkan perundingan.

"Meskipun proposal Hamas masih jauh dari memenuhi tuntutan inti Israel, Israel akan mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Mesir dalam upaya memaksimalkan kemungkinan mencapai kesepakatan mengenai persyaratan yang dapat diterima oleh Israel," sebut kantor perdana Menteri Israel via X.

Para pejabat Mesir mengatakan bahwa proposal menyerukan gencatan senjata dalam beberapa tahap, yang dimulai dengan pembebasan sandera dalam jumlah terbatas dan penarikan sebagian pasukan Israel di Jalur Gaza. Kedua belah pihak juga akan merundingkan "ketenangan permanen" yang akan mengarah pada pembebasan sandera sepenuhnya dan penarikan lebih besar pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di bawah banyak tekanan. Mitra garis keras dalam koalisinya menuntut serangan segera terhadap Rafah dan mengancam meruntuhkan pemerintahannya jika dia menyepakati gencatan senjata. Adapun pihak keluarga sandera menginginkan kesepakatan gencatan senjata segera tercapai.

Ribuan warga Israel berunjuk rasa di seluruh negeri pada Senin malam menyerukan kesepakatan segera. Sekitar 1.000 pengunjuk rasa memadati dekat markas pertahanan di Tel Aviv. Di Yerusalem, sekitar seratus pengunjuk rasa berbaris menuju kediaman Netanyahu dengan membawa spanduk bertuliskan "Darah ada di tangan Anda".

Israel mengklaim Rafah adalah benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza dan Netanyahu mengatakan pada hari Senin bahwa serangan terhadap kota tersebut sangat penting untuk memastikan para militan tidak dapat membangun kembali kemampuan militer mereka.

Penolakan keras atas serangan ke Rafah juga datang dari Amerika Serikat (AS), yang merupakan sekutu utama Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller pada Senin menuturkan bahwa AS belum melihat rencana yang kredibel untuk melindungi warga sipil Palestina.

"Kami tidak dapat mendukung operasi di Rafah seperti yang dibayangkan saat ini," ujar Miller.

Badan-badan bantuan telah memperingatkan bahwa serangan terhadap Rafah akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil Palestina. Hal ini juga dapat menghancurkan operasi bantuan kemanusiaan yang berbasis di Rafah yang menjaga kelangsungan hidup warga Palestina di Jalur Gaza.

Selebaran, pesan teks, dan siaran radio Israel memerintahkan warga Palestina mengungsi dari lingkungan timur Rafah, memperingatkan serangan akan segera terjadi dan siapa pun yang tetap tinggal menempatkan diri mereka sendiri dan anggota keluarga mereka dalam bahaya.

Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk pindah ke zona kemanusiaan yang dinyatakan Israel bernama Muwasi, sebuah kamp sementara di pantai. Mereka mengklaim pula telah memperluas ukuran zona tersebut dan mencakup tenda, makanan, air, dan rumah sakit lapangan.

Belum jelas apakah hal tersebut benar sudah ada.

 


Serangan Israel ke Rafah Tewaskan 27 Orang, Termasuk 6 Wanita dan 9 Anak

Keluarga-keluarga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis mengendarai traktor bersama barang-barang mereka menuju Rafah, Gaza, Palestina, Kamis (25/1/2024). Ribuan warga Palestina mengungsi dari Kota Khan Younis untuk menghindari pertempuran sengit antara tentara Israel dan pejuang Hamas yang kian intens. (AFP)

Adapun aktivitas militer Israel di Rafah terjadi di saat proses negosiasi gencatan senjata dengan Hamas masih berada di ujung tanduk.

CNN yang dilansir Rabu (8/5/2024) kemudian mengkonfirmasi melalui sumber-sumber rumah sakit di Rafah mengenai kematian 27 orang sejak Senin (8/5) malam, termasuk enam wanita dan sembilan anak-anak.

"Jelas, setiap kematian warga sipil, terutama anak-anak, adalah sebuah tragedi baik di Rafah atau di mana pun di Gaza, dan kami telah memperjelasnya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller seraya mengatakan aksi Israel di penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza seperti "awal" dari operasi militer besar-besaran.

Tank-tank milik Israel kemudian dilaporkan menguasai wilayah penyeberangan di perbatasan Rafah, Gaza pada Selasa (7/5).

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya