Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat bakal menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR), setidaknya satu kali pada 2024 ini.
Ramalan itu muncul lantaran Bank Indonesia melihat kondisi global saat ini lebih baik dari yang diperkirakan pada saat rapat dewan gubernur (RDG) bulanan pada April 2024 lalu.
Advertisement
"Ingat, ketika kita buat putusan waktu itu, arah Fed Fund Rate baseline-nya hanya satu kali turun di sekitar bulan Desember. Pada waktu itu, pernyataan sejumlah The Fed hawkish semuanya," ujar Perry, Rabu (8/5/2024).
"Sehingga, kami membuat potential risk, Fed Fund Rate enggak turun tahun ini. Turunnya tahun depan, dua kali. Itu yang kami addressed," dia menambahkan.
Adapun gelagat pejabat The Fed yang bersikap hawkish kala itu membuat BI mempertimbangkan potential risk. Kalau itu, The Fed sempat memberi sinyal suku bunga acuan tidak akan bergerak ke bawah 2024, dan baru turun sebanyak dua kali di tahun depan.
Namun, kini pejabat The Fed tampak bersikap less hawkish, meskipun belum dovish. Sehingga Bank Indonesia memandang potential risk sudah mengarah pada baseline.
"Ini memang kemungkinan-kemungkinannya kita melihat semoga potential risk-nya tidak terjadi, mengarah kepada baseline. Tapi kami belum konklusif," kata Perry.
"Tapi kayaknya kalau ini terjadi seperti itu, kemungkinan potential risk-nya tidak terjadi. Artinya apa, mungkin Fed Fund Rate turun sekali di bulan Desember," tegas dia.
BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25% di April 2024
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mekan suku bunga di kisaran 6,25% pada bulan April 2024. Keputusan itu dibuat usai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilaksanakan pada 23 dan 24 April 2024.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis point menjadi 6,25%, Suku Bunga Deposit Facility naik sebesar 25 basis poin 5,5% dan Suku Bunga Lending Facility naik sebesar 25 basis poin menjadi 7%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG April 2024, disiarkan Rabu (23/4/2024).
Gubernur BI mengatakan, kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari kemungkinan memburuknya resiko global, serta sebagai langkah preventif dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam 2,5+-1% pada tahun 2024 dan 2025, sejalan dengan stand kebijakan moneter yang pro stability.
"Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro growth, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," sambungnya.
Advertisement
Industri Sistem Pembayaran
Selain itu, kebijakan makroprudensial longgar juga terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, jelas Perry Warjiyo.
"Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk tetap memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," bebernya.
Ia melnambahkan, "untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makropruensial dan sistem pemabayaran".