Diusir dari Rafah, Pengungsi Palestina di Kamp Muwasi Hadapi Kondisi Sulit

Para pengungsi di wilayah Muwasi mengeluh karena tidak ada tenda untuk bernaung, serta kekurangan makanan, air minum dan layanan bantuan sehingga semakin menyulitkan hidup mereka.

oleh Tim Global diperbarui 09 Mei 2024, 16:08 WIB
Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Liputan6.com, Muwasi - Ribuan orang yang mengungsi dari Rafah ke Muwasi -- wilayah yang relatif aman -- mengalami kondisi yang sulit dan kurangnya bantuan.

Para pengungsi mengeluh karena tidak ada tenda untuk bernaung, serta kekurangan makanan, air minum dan layanan bantuan sehingga semakin menyulitkan hidup mereka.

Padahal, mereka sudah dengan terpaksa meninggalkan rumah sesuai perintah militer Israel untuk mengungsi dari bagian timur Rafah, di sepanjang perbatasan dengan Mesir.

Nasser Balaawi, salah seorang pengungsi di Muwasi, mengatakan; "tidak menemukan apapun untuk bertahan hidup di kota itu."

"Saya ada di jalan, tidak ada tempat untuk tinggal, tidak ada apapun. Saya hanya menggantungkan hidup pada pertolongan Allah SWT," ujarnya dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (9/5/2024).

Hal senada disampaikan Ahmad Balaawi, ia adalah pengungsi lain yang harus pindah ke Muwasi.

"Kami mendirikan tenda untuk hampir 70 orang. Mereka (Israel) mengancam kami dan menjatuhkan selebaran agar kami keluar dari Rafah. Hal yang kami inginkan hanyalah tempat berlindung dan sarana hidup, di sini tidak ada toilet, atau air, atau apapun. Kami hanya ingin berlindung," ujarnya.

Warga di bagian timur Rafah terpaksa mengungsi ke bagian utara saat pasukan Israel menguasai jalur penyeberangan perbatasan Rafah yang vital di Gaza pada Selasa (7/5), dalam apa yang digambarkan Gedung Putih sebagai operasi terbatas.

Meskipun demikian kekhawatiran meningkat bahwa Israel akan melakukan invasi berskala penuh ke kota di bagian selatan Gaza itu seiring belum tercapainya kesepakatan dengan Hamas mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera.


PBB Sebut Ada Potensi Gangguan Penyaluran Bantuan untuk Rakyat Gaza

Keluarga-keluarga Palestina yang melarikan diri dari Khan Younis mengendarai traktor bersama barang-barang mereka menuju Rafah, Gaza, Palestina, Kamis (25/1/2024). Ribuan warga Palestina mengungsi dari Kota Khan Younis untuk menghindari pertempuran sengit antara tentara Israel dan pejuang Hamas yang kian intens. (AFP)

PBB memperingatkan potensi terhentinya aliran bantuan bagi warga Palestina akibat penutupan perbatasan Rafah dan Kerem Shalom –penyeberangan utama lainnya menuju Gaza. Para pejabat PBB memperingatkan bahwa Gaza Utara akan mengalami “bencana kelaparan.”

Serangan Israel Selasa malam terjadi selama berjam-jam, menjadi bagian dari pertempuran sengit dalam perang Israel-Hamas yang telah berlangsung selama tujuh bulan. Beberapa jam sebelum serangan itu Hamas mengatakan menerima proposal gencatan senjata, yang menurut Israel tidak sesuai dengan tuntutan inti mereka.

Pergerakan diplomatik berisiko tinggi dan sikap keras militer menyisakan secercah harapan– meskipun sedikit sekali – untuk mencapai kesepakatan yang dapat membawa setidaknya jeda dalam perang yang menurut pejabat Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza telah menewaskan lebih dari 34.700 orang Palestina.

Dengan merebut penyeberangan Rafah, Israel mendapatkan kontrol penuh atas keluar masuknya orang dan barang untuk pertama kalinya sejak menarik tentara dan pemukim dari Gaza pada tahun 2005, meskipun telah sejak lama mempertahankan blokade di daerah kantung pantai tersebut lewat kerja sama dengan Mesir.


Peringatan Joe Biden untuk Netanyahu

Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023. (Dok. Evan Vucci/AP)

Joe Biden pada Senin (6/5) kembali memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tidak melancarkan invasi ke Rafah setelah Israel memerintahkan 100.000 warga Palestina untuk mengungsi dari beberapa bagian Rafah.

Namun mitra koalisi sayap kanan Netanyahu telah mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya jika dia membatalkan serangan atau membuat terlalu banyak konsesi dalam perundingan gencatan senjata.

Menurut catatan rumah sakit di Rafah, serangan dan pengeboman Israel di Rafah semalam menewaskan sedikitnya 23 warga Palestina, termasuk sedikitnya enam perempuan dan lima anak-anak.

Infografis DK PBB Loloskan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya