Kisah Karomah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Tahu Muridnya yang Junub

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani mengetahui kesucian muridnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2024, 13:46 WIB
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama termasyhur, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani memiliki banyak sekali karomah atau kemuliaan. Karomah yang dimilikinya tergolong sangat menakjubkan dan susah dicerna oleh akal.

Salah satu karomah beliau yang akan diulas dalam tulisan ini ialah perihal dirinya mengetahui kalau muridnya dalam keadaan masih menanggung hadas.

Sebagai informasi, hadas adalah keadaan tidak suci pada seseorang yang telah baligh dan berakal sehat. Hadas  dibedakan menjadi dua yaitu hadas kecil dan hadas besar.

Hadas besar bisa disebabkan berbagai hal. Di antaranya haid, nifas, dan junub.

Selain tersohor sebagai sulthanul awliya (rajanya para wali), Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani ialah salah seorang ahli fiqih yang berfaham sunni.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ada Santri yang dalam Kondisi Junub

Ilustrasi – Santri. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sebagaimana dikisahkan oleh Abu Najjar bahwa pada suatu hari pernah ada orang dari Jilan, yang nyantri di Madrasah Syekh Abdul Qadir, anak ini datang kepada Syekh untuk belajar fiqih.

Ketika berkumandang azan Dzuhur, seluruh santri berebut tempat di barisan paling depan untuk mengaji kepada Syekh Abdul Qodir. Masing-masing santri akan meletakkan kitabnya di dekat sajadah Syekh Abdul Qadir. 

Santri yang meletakkan kitabnya di dekat sajadah itu akan mendapat giliran pertama untuk mengaji dengan Syekh Abdul Qadir selepas salat Dzuhur.

Sebelum waktu Dzuhur tiba, santri yang berasal dari Jilan itu tertidur hingga dirinya bermimpi basah. Ia bangun saat azan Dzuhur berkumandang. Karenanya ia tidak sempat mandi besar, karena seandainya ia mandi terlebih dahulu, maka ia tidak akan mendapat giliran pertama untuk membaca kitab di hadapan Syekh Abdul Qadir. 

Sehingga, ia memutuskan untuk langsung mengikuti pengajian tanpa mandi junub terlebih dahulu, santri itu langsung menghamburkan diri ke masjid dan meletakkan kitabnya di dekat sajadah Syekh Abdul Qadir.


Syaikh Abdul Qadir Menyuruh Mandi Terlebih Dahulu

Pertanyaan tersebut mungkin sering ditanyakan. Namun bagaimana hukumnya?

Setelah shalat Dzuhur selesai, pengajian pun dimulai. Santri dari Jilan itu langsung duduk paling depan sambil membuka kitab untuk dibaca di hadapan Syekh Abdul Qadir. 

Namun, saat baru saja mau membaca kitab, tiba-tiba Syekh Abdul Qadir berkata, “Pergi mandi dulu kau.“ 

Ia menyadari bahwa sang guru mengetahui jika dirinya belum sempat bersuci setelah mimpi basah. Saat itu juga si santri langsung pergi keluar masjid untuk mandi.

Jadi meskipun tidak diberitahu, Syekh Abdul Qadir tetap tahu apakah kondisi santrinya dalam keadaan suci atau tidak.

 Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah jangan sekali-kali mengelabui seorang guru. Meski nyatanya tidak semua guru bisa mengetahui apa-apa yang tidak terlihat dari diri kita. Namun, alangkah baiknya sebagaimana sikap seorang santri, kita harus memuliakan guru-guru kita salah satunya dengan selalu menjaga adab terhadapnya. Wallahu a’lam. 

 Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya