Begini Skenario Pelayanan di Armuzna Agar Masalah Saat Puncak Haji Tak Terulang

Menag Yaqut bertemu dengan Masyariq untuk membahas skenario pelayanan jemaah selama pelaksanaan puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Menag tidak ingin, upaya mitigasi yang disiapkan menghadapi berbagai persoalan di Armuzna hanya sebatas teori.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 09 Mei 2024, 04:59 WIB
Menag juga meninjau fasilitas tambahan berupa mobil golf yang disiapkan untuk membantu proses mobilitas dan evakuasi jemaah haji Indonesia. Menag dan jajarannya lalu menjajal mobil golf tersebut. Fasilitas ini penting untuk berbagai keperluan jemaah selama di Arafah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dalam kunjungan kerjanya ke Arab Saudi menggelar pertemuan dengan Masyariq. Pertemuan ini membahas persiapan layanan bagi jemaah haji Indonesia, khususnya saat berada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada puncak haji.

Masyariq adalah perusahaan atau pihak ketiga yang menjalin kerja sama dengan Kementerian Agama dalam menyiapkan layanan bagi jemaah haji Indonesia di Armuzna. Pertemuan antara Menag dan Masyariq berlangsung di Kantor Urusan Haji, KJRI Jeddah, Selasa (7/5/2024).

Pertemuan diawali dengan paparan dari Amin Indragiri selaku pimpinan Masyariq. Amin Indragiri memaparkan sejumlah layanan yang telah disiapkan, antara lain penerapan smart card, penyelesaian kontrak layanan, perluasan tenda misi haji di Arafah, pembaruan sejumlah tenda di Mina dengan bahan gipsum.

“Infrastruktur 75% sudah siap. Akan ada penambahan pendingin juga. Juga akan ada tambahan kamar mandi di Arafah,” terang Amin di Jeddah, seperti dikutip dari Kemenag.go.id.

“Kami akan meratakan dan mengeraskan tanah dalam tenda di Arafah. Sedang mengajukan izin dan mendapat persetujuan dari Kidanah,” sambungnya.

Amin juga menjelaskan bahwa di Muzdalifah akan ada penambahan kamar mandi dalam jumlah yang cukup banyak.

Sementara terkait layanan makanan cepat saji, Amin menjelaskan bahwa itu akan diberikan enam kali selama jemaah di Masyair saat puncak haji. Makanan itu sudah dalam perjalanan dan untuk kiriman pertama akan tiba pada 8 Mei 2024.

“Semua sudah melalui proses inkubasi. Terakhir pengiriman 20 Mei dengan kargo pesawat terbang,” sebutnya.

“Tahun ini, kami juga akan memberikan makanan Albaik. Kami sudah kontrak dengan empat cabang perusahaan di Makkah. Ada 230.000 porsi yang akan diberikan ketika jemaah haji meninggalkan Makkah,” lanjutnya.

 


Mitigasi Pergerakan Jemaah di Muzdalifah

Menag Yaqut Cholil Qoumas menggelar pertemuan dengan pihak Masyariq untuk membahas skenario pelayanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Menag berharap skenario pelayanan jemaah saat ibadah puncak haji tidak sekedar teori. (Foto: Humas Kemenag)

Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo secara khusus menanyakan langkah antisipasi yang disiapkan Masyariq agar masalah Muzdalifah seperti pada musim haji tahun lalu tidak terulang. Masyariq pun menjelaskan sejumlah langkah antisipasi yang telah disiapkan.

Pertama, Amin menegaskan bahwa tahun ini Pemerintah Arab Saudi menerapkan aturan ketat dalam rangka penertiban jemaah dengan visa tidak resmi. Salah satu terobosannya adalah dengan menerapkan smart card.

Kedua, pintu bus pengantar jemaah haji dari hotel menuju Arafah pada 8 Zulhijjah akan disegel dengan stiker. Segel pintu tidak dibuka kecuali setelah jemaah tiba di Arafah, dan dibuka oleh keamanan umum. Jika segel terbuka sebelum masuk, maka bus tersebut tidak boleh masuk Arafah. Pihak yang melanggar ketentuan ini akan terkena denda 10 ribu riyal dan dideportasi.

 


Siapkan Pembatas Beton dan Kawat untuk Pejalan Kaki

Selanjutnya di Mina, jemaah haji akan melontar jumrah aqabah pada 10 Zulhijjah, dilanjutkan jumrah ula, wustha, dan aqabah pada hari-hari tasyrik. (Aaref WATAD/AFP)

Ketiga, Masyariq menyiapkan pembatas beton dan kawat setinggi dua meter sebagai pembatas jalan agar pejalan kaki tidak mengambil jalur bus Taraddudi. Masyariq juga menyiapkan 200 petugas untuk berjaga di sepanjang jalan.

Keempat, Masyariq sedang mengajukan permohonan agar ada penambahan bus jenis city bus yang digunakan di Masyair. Bus jenis ini selain kapasitas lebih banyak, bisa 75 orang, akses keluar masuknya juga lebih mudah dan ramah lansia.

Kelima, ada sejumlah maktab yang tidak turun dari bus saat di Muzdalifah. Mereka akan diberangkatkan dari Arafah sekitar jam 10 atau sebelas malam menuju Muzdalifah, lalu langsung ke Mina.

Keenam, menyiapkan 100 bus cadangan.


Menag Minta Upaya Mitigasi Tak Sekedar Teori

Menag Yaqut Cholil Qoumas menggelar pertemuan dengan pihak Masyariq untuk membahas skenario pelayanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Menag berharap skenario pelayanan jemaah saat ibadah puncak haji tidak sekedar teori. (Foto: Humas Kemenag)

Menag Yaqut Cholil Qoumas menilai positif mitigasi yang sudah disiapkan Masyariq. Menag berharap konsep mitigasi itu bisa diterapkan dengan baik saat puncak haji di Armuzna 1445 H/2024 M, tidak sebatas teori.

“Saya berharap dari konsep mitigasi yang disampaikan masyariq, pelayanan haji akan jauh lebih baik dari tahun lalu. Terima kasih beberapa hal krusial sudah diantisipasi. Namun, ini masih teori dan saya berharap ini bisa diaplikasikan dengan baik,” sebut Gus Men.

“Saya harap Masyariq bisa menyiapkan rencana darurat dengan baik. Sehingga, jika ada hal di luar jangkauan kita terjadi, sudah disiapkan skenario kedaruratannya,” tandas Gus Men. 

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya