Fenomena Gelombang Panas Berefek Positif ke Produksi Industri Hasil Tembakau

Kejadian fenomena gelombang panas yang terjadi di sebagian wilayah Asia berimplikasi positif bagi pelaku industri hasil tembakau (IHT).

oleh Tim News diperbarui 09 Mei 2024, 08:23 WIB
Direktur PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian fenomena gelombang panas yang terjadi di sebagian wilayah Asia berimplikasi positif bagi pelaku industri hasil tembakau (IHT)

Direktur PT Nojorono Tobacco International Arief Goenadibrata mengatakan pengaruh iklim panas bagus untuk produksi.

“Cuaca kalau panas bagus gitu saja, kalau kebanyakan air justru nikotinnya kurang,” kata Arief.

Kondisi ini, papar dia, membuat serapan ke tingkat petani akan lebih baik.

Arief menyatakan optimistis akan peluang pertumbuhan dan melakukan ekspansi bisnis pada tahun 2024.

Sebagai pemain IHT selama lebih dari 9 dekade, perusahaan secara konsisten menunjukkan keseriusan dalam mendukung bergeraknya industri padat karya dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Secara keseluruhan pasar IHT tahun ini diproyeksikan akan menghadapi tantangan dan perubahan baik dari segi regulasi, kenaikan cukai, maupun dinamika pasar.

Arief menyebut pihaknya berkomitmen terus berusaha menggairahkan industri dengan mengedepankan prinsip berbakti pada negeri.

“Kami tetap melihat adanya peluang pertumbuhan dan ekspansi. Nojorono Kudus tetap akan melakukan inovasi produk dalam beberapa kategori sigaret, terutama untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang mengikuti selera juga kebutuhan pasar di pertengahan tahun 2024,” papar Arief.


Tantangan

Salah satu tantangan yang dihadapi tahun ini adalah adanya kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) yang merupakan langkah penting dalam upaya mengurangi dampak buruk merokok bagi kesehatan masyarakat dan meningkatkan penerimaan negara.

Penyesuaian cukai terjadi di setiap kategori rokok secara merata.

Hanya saja kenaikan cukai yang lebih rendah terjadi pada kategori SKT, didasarkan pada pertimbangan bahwa SKT masuk dalam sektor padat karya.

Ketika menyoroti kebijakan tersebut, Arief menegaskan bahwa Nojorono Kudus selaku pelaku IHT turut mematuhi setiap peraturan yang ditetapkan negara.

“Kami optimis bahwa melalui langkah-langkah strategis, perseroan akan tetap dapat berkontribusi memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan tanggung jawab sosial yang selama ini kita pegang teguh,” tambahnya.

Menjawab tantangan inovasi produk tembakau heat not burn (HNB), Nojorono Kudus juga akan mengembangkan dalam waktu dekat.

Namun demikian, Arief menyebut belum sampai kepada tahap teknologi apa yang akan dipakai untuk jenis HNB.

“Masih dalam pembicaraan tetapi ke depan kita akan membuat tembakau heat not burn,” katanya.

 

Infografis Macam-Macam Alat Musik Tradisional. (Liputan6.com/Triyasni)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya