Militer Israel Buka Penyeberangan Kerem Shalom untuk Masuk Bantuan ke Gaza

Beredar video memperlihatkan truk-truk memasuki area penyeberangan sepanjang 1 kilometer tempat muatan diturunkan di penyeberangan Kerem Shalom.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 09 Mei 2024, 11:35 WIB
Gambar satelit yang diperoleh dari Planet Labs PBC dan diambil pada tanggal 3 Mei 2024, menunjukkan pemandangan luas perbatasan Kerem Shalom antara Israel dan Jalur Gaza. (AFP)

Liputan6.com, Rafah - Penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza, terminal utama masuknya bantuan kemanusiaan yang ditutup pada akhir pekan telah dibuka kembali oleh militer Israel pada Rabu (8/5/2024).

Pihak Israel mengatakan pembukaan kembali dilakukan usai penutupan akibat serangan roket Hamas menewaskan empat tentara Israel di dekatnya.

Laporan VOA Indonesia, Kamis (9/5) menyebut COGAT, badan pertahanan Israel yang bertugas memfasilitasi bantuan ke Gaza, merilis sebuah video pada hari Rabu (8/5) yang menunjukkan truk-truk bantuan memasuki penyeberangan Kerem Shalom.

Masih belum jelas apakah bantuan tersebut benar-benar didistribusikan di Gaza.

Video tersebut memperlihatkan truk-truk memasuki area penyeberangan sepanjang 1 kilometer tempat muatan diturunkan.

Setelah bantuan diturunkan, pengemudi Palestina dari sisi lain penyeberangan harus mengambil bantuan tersebut dan mengantarkannya ke tujuan distribusi di Gaza.

Bantuan yang diperiksa oleh Israel terkadang menunggu semalaman, sebelum dapat diteruskan ke lokasi distribusi.

PBB mengatakan mereka menghentikan semua operasi pada pukul 16.30 waktu setempat untuk tujuan keamanan karena gangguan ketertiban umum dan serangan udara pada malam hari.

Penyeberangan penting Gaza di Rafah tetap ditutup pada hari Rabu (8/5) setelah pasukan Israel merebutnya sehari sebelumnya.

Rafah telah menjadi saluran penting bagi bantuan kemanusiaan sejak awal perang dan merupakan satu-satunya tempat di mana orang dapat masuk dan keluar.


Israel Kendalikan Seluruh Perbatasan di Gaza

Warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel di Jalur Gaza berkumpul di sebuah kamp tenda di Rafah, Jalur Gaza selatan, Senin (4/12/2023). Ratusan ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka ketika Israel melancarkan serangan darat terhadap kelompok militan Hamas yang berkuasa. (AP Photo/Fatima Shbair)

Israel kini mengendalikan seluruh penyeberangan perbatasan Gaza untuk pertama kalinya sejak menarik pasukan dan pemukim dari wilayah tersebut hampir dua dekade yang lalu.

Perang di Gaza telah mendorong sekitar 80% dari 2,3 juta penduduk wilayah tersebut meninggalkan rumah mereka dan menyebabkan kerusakan besar pada apartemen, rumah sakit, masjid dan sekolah di beberapa kota.

Adapun jumlah korban tewas di Gaza telah melonjak menjadi lebih dari 34.500 orang, menurut pejabat kesehatan setempat yang dikelola Hamas.

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 lainnya. Israel mengatakan militan masih menyandera sekitar 100 orang dan jasad lebih dari 30 orang lainnya.


AS Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel Lantaran Khawatir Akan Dipakai Serang Rafah

Asap mengepul di Rafah setelah serangan udara Israel di Jalur Gaza Selatan. (SAID KHATIB/AFP)

Di sisi lain, Amerika Serikat pekan lalu menghentikan pengiriman bom ke Israel karena kekhawatiran akan dilakukannya operasi darat besar-besaran di Rafah, Gaza selatan, kata seorang pejabat senior pemerintah.

Pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon, kata pejabat tersebut kepada CBS News.

Israel belum sepenuhnya merespons kekhawatiran AS mengenai kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah, kata pejabat itu.

Israel tidak segera memberikan komentar.

“Posisi AS adalah bahwa Israel tidak boleh melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah, di mana lebih dari satu juta orang mengungsi tanpa punya tempat lain untuk pergi,” kata pejabat pemerintahan Gedung Putih, dikutip dari laman BBC, Rabu (8/5/2024).

"Kami telah terlibat dalam dialog dengan Israel dalam format Kelompok Konsultatif Strategis tentang bagaimana mereka akan memenuhi kebutuhan kemanusiaan warga sipil di Rafah, dan bagaimana melakukan tindakan yang berbeda terhadap Hamas di sana dibandingkan dengan yang mereka lakukan di tempat lain di Gaza."

"Diskusi tersebut sedang berlangsung dan belum sepenuhnya menjawab kekhawatiran kami."

"Ketika para pemimpin Israel tampaknya mendekati titik pengambilan keputusan mengenai operasi semacam itu, kami mulai dengan hati-hati meninjau usulan transfer senjata ke Israel yang mungkin digunakan di Rafah."

"Sebagai hasil dari peninjauan tersebut, kami telah menghentikan satu pengiriman senjata pada minggu lalu. Pengiriman tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon dan 1.700 bom seberat 500 pon. Kami secara khusus berfokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon dan dampak yang dapat ditimbulkannya."

Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan bahwa untuk kasus-kasus tertentu lainnya di Departemen Luar Negeri, termasuk peralatan JDAM [Joint Direct Attack Munition], maka mereka akan terus melakukan peninjauan. Tak satu pun dari kasus-kasus ini melibatkan transfer dalam waktu dekat.

Pejabat tersebut juga menekankan bahwa tidak satu pun dari pengiriman senjata yang ada hubungannya dengan alokasi tambahan Israel. Namun ini diambil dari dana yang sebelumnya telah dialokasikan, beberapa tahun yang lalu.

 


Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Sebut Puncak Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Ilustrasi Bendera Indonesia yang telah melakukan kesepakatan dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan Kemitraan Strategis Komprehensif. (Pixabay/Mufid Majnun)

 

Bicara soal serangan serangan Israel ke Rafah, Indonesia mengecamnya.

"Indonesia mengecam keras serangan militer Israel atas Kota Rafah di Gaza serta penguasaan atas Perbatasan Rafah di sisi Palestina," kata Kementerian Luar Negeri melalui akun X @Kemlu_RI, yang dikutip Rabu (8/5/2024).

Serangan tersebut dilakukan kurang dari 24 jam setelah IDF mengeluarkan pernyataan yang memerintahkan 100.000 warga Palestina di area tersebut menyingkir.

"Setiap upaya pemindahan paksa atau pengusiran warga Palestina, termasuk dari Rafah, tidak dapat diterima karena tindakan tersebut merupakan puncak kejahatan terhadap kemanusiaan," jelas Kemlu RI.

Dalam pernyataannya, pihak Kemlu RI juga menyerukan agar disegerakan gencatan senjatan di Gaza. Mengingat Israel menolak usulan perjanjian damai dari mediator krisis yaitu Qatar dan Mesir. Sementara Hamas justru menerima upaya tersebut demi mengakhiri perang tujuh bulan itu.

"Indonesia menegaskan kembali seruan untuk segera mewujudkan gencatan senjata permanen di Gaza dan menghapuskan semua hambatan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan," tutur Kemlu RI.

Kemlu RI kemudian mendesak sejumlah pihak agar gencatan senjata yang disetujui kedua belah pihak bisa segera dilakukan, demi mencegah terjadinya bencana kemanusiaan.

"Komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, harus segera menghentikan kejahatan brutal Israel dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar," tegas Kemlu RI dalam pesan tertulisnya di akun resmi X.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya