Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mencatat baru ada 34 usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari total 800 emiten.
"Kami juga mendorong UMKM untuk Initial Public Offering (IPO) atau (penawaran saham perdana-red) dan melantai di bursa efek. Dari 800 emiten yang sudah listing di bursa, UMKM baru 34 unit," kata MenkopUKM dalam Rapat Koordinasi (Rakor) untuk menjaring masukan dalam upaya pengembangan koperasi, UMKM, dan kewirausahaan di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, dikutip Kamis (9/5/2024).
Advertisement
Namun, ia tidak merinci UMKM mana saja yang sudah melantai di Bursa Efek. Kendati begitu, menurutnya untuk mewujudkan itu, pentingnya inovasi dalam setiap program. Dalam arti, sebaiknya tidak menyusun program yang itu-itu saja sehingga terkesan sebagai rutinitas.
"Maka, menciptakan lapangan kerja berkualitas itu juga menjadi tugas kita. Mengubah UMKM yang tidak produktif menjadi UMKM yang produktif yang menggunakan teknologi modern dan lebih efisien. Itu perlu lompatan pemikiran," ujat Menteri Teten Masduki.
Jika tidak inovatif, Indonesia bisa gagal menjadi negara maju bahkan sulit mencapai cita-cita Indonesia Emas pada 2045. Oleh karena itu, peran KemenkopUKM itu penting, karena deindustrialisasi terus terjadi.
"Jadi, beban itu di UMKM, ada di kita. Dan program yang ingin didorong itu harus fokus pada keunggulan domestik dan membangun teknologi modern Rumah Produksi Bersama," kata MenkopUKM Teten Masduki.
Misi Lainnya
Selain mendorong banyak UMKM naik kelas ke BEI. KemenkopUKM juga memiliki misi lainnya, yakni membagi strategi pemberdayaan UMKM menjadi dua kelompok, yaitu, pendekatan high touch pada UMKM yang dapat menjadi katalisator bagi perekonomian nasional dan pendekatan low touch untuk usaha mikro dan subsisten yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Selanjutnya, untuk mendorong UMKM yang memiliki basis yang kuat agar dapat dieskalasi skala usahanya dengan menggunakan teknologi modern. Contoh, melalui korporatisasi petani dan nelayan, serta Rumah Produksi Bersama.
Adapun sektor yang menjadi fokus dalam pengembangan UMKM tahun 2025-2029 adalah sektor agriculture, aquaculture, dan creative economy. Keempat, mendukung secara penuh research and development (R&D) yang dapat dimanfaatkan UMKM.
"Perlu adanya linkage antara dunia pendidikan dan industri," kata MenkopUKM.
Advertisement
Kebijakan TKDN
Selanjutnya perlu dirumuskan skema kemitraan antara UMK dengan UMB. Menurut MenkopUKM Pemerintah dapat memanfaatkan kebijakan TKDN untuk menghubungkan UMKM dengan rantai pasok industri.
MenkopUKM merujuk Korea Selatan dan Jepang yang perekonomiannya juga didominasi pelaku UMKM. Bedanya, UMKM di kedua negara maju tersebut, sudah terhubung ke dalam rantai pasok industri. Suku cadang, bahan baku, dan produk turunan sebaiknya disuplai UMKM. Sehingga, industri brand besar elektronik, menjadi industri manufaktur saja.
Selanjutnya, KemenkopUKM akan memaksimalkan kebijakan 40 persen alokasi belanja pemerintah untuk UMKM, maka perlu mengawal data kebutuhan pemerintah yang tersedia di LKPP dan menjadikannya sebagai basis perencanaan agar mendukung pengembangan UMKM di bidang tersebut.
"Ini upaya kita untuk mendapatkan kepastian buyer, sesuai UU Cipta Kerja," kata MenkopUKM.
Selain itu, yang tak kalah penting, pihaknya akan tetap mendorong akses perbankan untuk UMKM. Selain itu, saat ini sedang dikaji skema Credit Scoring sebagai salah satu usulan alternatif strategi untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan bagi UMKM yang tidak memiliki agunan.
Menteri Teten Bidik 10 UMKM Masuk BEI hingga 2024
Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) membidik 10 usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pihaknya menargetkan 10 UMKM melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di BEI hingga 2024.
"Kami dengan bursa menarget 10 perusahaan UMKM yang listing, kita ada kerja sama untuk inkubasi mereka. Hari ini senang Teguk sudah masuk (BEI) dan respons marketnya luar biasa jadi kita optimislah perusahan-perusahaan kecil menengah yang go public," kata Teten saat ditemui BEI, Senin (10/7/2023).
Dengan demikian, Kemenkop UKM bakal terus mendorong UMKM mencatatkan sahamnya di pasar modal. Ini mengingat, struktur ekonomi Indonesia ini masih dominan dari mikro sampai 96 persen.
"Kita perlu terus memperkuat struktur ekonomi kita terutama untuk menambah usaha di level menengah dan besar," kata dia.
Dalam rangka mencapai targetnya, Kemenkop UKM pun ingin gandengan dengan SCF untuk yang menyiapkan listing dari UMKM.
"Crowdfunding baru dampingi 10 (UMKM). Besarlah harapan kita ada perubahan struktur ekonomi kita. Supaya yang menengah ini makin besar," ujar dia.
Dia bilang, jumlah perusahaan terbuka dari segmen UMKM masih tergolong kecil. Maka sebab itu, ia optimistis mendorong UMKM naik kelas ke bursa.
"Pokoknya kita target sampai 2024, sejak papan akselerasi dibuka 2020 baru 33 (UMKM), sekarang 35 masih terlalu kecil," ujar dia.
Oleh sebab itu, Kemenkop UKM bersinergi dengan BEI menjemput bola agar menambah jumlah UMKM yang menggalang dana di pasar modal.
"Kami dengan bursa coba jemput bola kita inkubasi juga kita koneksikan dengan pembiayaan SCF mudah-mudahan dengan seperti itu ada percepatan," kata dia.
Terkait sektor yang kuat dari UMKM, Teten menilai sektor makanan dan minuman memiliki pasar yang besar di Tanah Air.
Advertisement