Lolos dari Resesi, Ekonomi Inggris Tumbuh 0,6% di Kuartal I 2024

Secara bulanan, perekonomian Inggris tumbuh sebesar 0,4% di bulan Maret 2024, menyusul ekspansi 0,2% di bulan sebelumnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Mei 2024, 18:00 WIB
Orang-orang melintasi distrik perbelanjaan Regent Street dengan bendera Union tergantung menandai Platinum Jubilee untuk 70 tahun kepemimpinan Ratu Elizabeth II, di London, Rabu (18/5/2022). Tingkat inflasi Inggris naik ke level tertinggi dalam 40 tahun pada bulan April karena invasi Rusia ke Ukraina memicu kenaikan lebih lanjut dalam harga makanan dan bahan bakar. (AP Photo/Matt Dunham)

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Inggris berhasul keluar dari resesi, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara itu sebesar 0,6% pada kuartal pertama 2024.

Seperti diketahui, Inggris sempat memasuki resesi dangkal pada paruh kedua tahun 2023 lalu, karena inflasi yang terus-menerus terus merugikan perekonomian negara itu.

Meskipun tidak ada definisi resmi mengenai resesi, pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut secara luas dianggap sebagai resesi teknis.

Melansir CNBC International, Jumat (10/5/2024) sektor produksi Inggris meningkat sebesar 0,8% pada periode Januari hingga Maret 2024, sementara sektor konstruksi turun sebesar 0,9%.

Secara bulanan, perekonomian Inggris tumbuh sebesar 0,4% di bulan Maret 2024, menyusul ekspansi 0,2% di bulan sebelumnya.

Dalam hal output, sektor jasa, yangmenjadi sektor penting bagi perekonomian Inggris tumbuh untuk pertama kalinya sejak kuartal pertama tahun 2023, menurut Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris.

Pertumbuhan sektor jasa Inggris sebesar 0,7% ini terutama didorong oleh industri jasa transportasi yang mengalami tingkat pertumbuhan kuartalan tertinggi sejak tahun 2020.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, yang Partai Konservatifnya baru-baru ini menderita kekalahan besar dalam pemilu lokal, menyambut baik data ekonomi tersebut.

"Perekonomian telah berubah arah," tulis PM Rishi Sunak dalam sebuah postingan di platform media sosial X.

"Kami tahu segala sesuatunya masih sulit bagi banyak orang, namun rencana tersebut berhasil, dan kami harus menaatinya," tambah PM Rishi Sunak.


Konsumen Lebih Hati-hati

Sebuah tanda menampilkan harga pakaian saat pembeli melihat-lihat barang di kios pasar di Walthamstow Market, London, Minggu (22/11/2021). Inflasi Inggris telah mencapai level tertinggi 10 tahun karena tagihan energi rumah tangga meroket, menurut data minggu lalu. (Tolga Akmen/AFP)

Suren Thiru, direktur ekonomi di ICAEW, sebuah kelompok profesional untuk akuntan, memberikan nada yang lebih terukur.

Dia mengatakan dampak positif dari melemahnya inflasi Inggris dapat dibatasi dengan kembalinya kehati-hatian dalam berbelanja di tengah ketidakpastian politik, menjelang pemilihan umum yang diharapkan akhir tahun ini.

"Keluarnya Inggris dari resesi adalah sebuah kemenangan yang hampa karena gambaran besarnya masih berupa perekonomian yang sedang berjuang melawan stagnasi, karena produktivitas yang buruk dan tingginya ketidakaktifan perekonomian membatasi potensi pertumbuhan kita," kata Thiru.

 


Pemangkasan Suku Bunga BOE Semakin Dekat?

Sebelumnya, Komite Kebijakan Moneter Bank of England pada hari Kamis memperingatkan indikator-indikator inflasi yang terus-menerus tetap tinggi, dan memilih untuk mempertahankan suku bunga utamanya di 5,25%.

Bank sentral memperkirakan inflasi umum mendekati 2% dalam waktu dekat, namun memperkirakan sedikit peningkatan pada akhir tahun ini karena dampak penurunan tajam harga energi sudah berkurang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya