Direksi Bank Mandiri Borong Saham BMRI saat Harga Turun

Direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan pembelian sejumlah saham BMRI pada periode 2-3 Mei 2024. Aksi beli ini dilakukan bertepatan dengan harga saham BMRI yang sedang dalam tren turun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Mei 2024, 15:22 WIB
Tampak gedung Bank Mandiri. (Foto: Shutterstock)

Liputan6.com, Jakarta Direksi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan pembelian sejumlah saham BMRI pada periode 2-3 Mei 2024. Aksi beli ini dilakukan bertepatan dengan harga saham BMRI yang sedang dalam tren turun.

Merujuk data RTI, saham BMRI berada di zona merah pada perdagangan 2-3 Mei 2024. Pada Kamis, 2 Mei 2024, saham BMRi ditutup turun 8,33 persen ke posisi 6.325. Sedangkan pada 3 Mei 2024, saham BMRI ditutup turun 2,77 persen ke posisi 6.150

BMRI mampu kembali ke zona hijau pada Senin, 6 Mei 2024 dengan kenaikan 2,03 persen ke posisi 6.275. Hingga penutupan Rabu, 8 Mei 2024, saham BMRI parkir di posisi yang sama atau mengalami perubahan 0,00 persen.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/5/2024), Direktur Keuangan Bank Mandiri, Sigit Prastowo memborong 1,3 juta saham BMRI pada 2 Mei 2024. Rinciannya, sebanyak 800 ribu lembar dibeli dengan harga Rp 6.325 per saham atau total senilai Rp 5,06 miliar. Kemudian 500 ribu lembar lainnya dibeli pada harga Rp 6.350 per saham atau total senilai Rp 3,18 miliar.

Selanjutnya, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri, Riduan melakukan pembelian saham BMRI pada 3 Mei 2024. Jumlah saham yang dibeli yakni 100 ribu lembar. Rinciannya, sebanyak 50 ribu lembar dibeli dengan harga Rp 6.175 per saham atau total senilai Rp 308,75 juta. 50 lembar lainnya dibeli dengan harga Rp 6.225 per saham atau totalnya senilai Rp 311,25 juta.

Pada hari yang sama, Direktur Informasi dan Teknologi Bank Mandiri, Timothy Utama memborong 150 ribu saham BMRI dengan harga Rp 6.250 per saham. Dengan demikian, Timothy merogoh kocek Rp 937,5 juta dalam aksi ini.


Rapor Kinerja Bank Besar Kuartal I-2024, Siapa Paling Moncer?

(Foto: Liputan6.com)

Bank-bank besar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja kuartal I 2024 yang berakhir pada 31 Maret 2024. Bank-bank besar tersebut antara lain, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

Dari sisi laba, BCA mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 11,7 persen yoy menjadi Rp 12,9 triliun pada kuartal I 2024. Pertumbuhan laba BCA jauh meninggalkan bank-bank besar lainnya yang tumbuh di kisaran 1-2 persen pada periode yang sama.

BRI membukukan laba Rp 15,98 triliun atau naik 2,45 persen. Disusul BNI dengan kenaikan laba 2 persen menjadi Rp 5,33 triliun. Sementara pertumbuhan laba Bank Mandiri paling tipis yakni 1,13 persen menjadi Rp 12,7 triliun pada kuartal I 2024.

Penyaluran Kredit

Dari sisi penyaluran kredit, Bank Mandiri mencatatkan pertumbuhan paling tinggi yakni 19,1 persen atau mencapai Rp 1.435 triliun pada kuartal I 2023. Disusul BCA dengan pertumbuhan 17,1 triliun mencapai Rp 835,7 triliun pada periode yang sama.

Kredit BRI tumbuh 10,89 persen mencapai Rp 1.308,65 triliun pada kuartal I 2024. Sementar ayang lain tumbuh double digit, kredit BNI tumbuh single digit atau sebesar 9,6 persen mencapai Rp 695,16 triliun pada periode yang sama.

 

 


Himpun Dana

Ilustrasi Bank BRI/Istimewa.

Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) konsolidasi Bank Mandiri tumbuh 13 persen menjadi Rp 1.572 triliun di akhir kuartal I 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh tabungan yang naik 10,6 persen YoY menjadi Rp 607 triliun secara konsolidasi.

Selanjutnya, BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 1.416,21 triliun atau tumbuh 12,80 persen yoy hingga akhir Maret 2024. Dana murah masih mendominasi portofolio simpanan dengan pertumbuhan 7,80 persen secara yoy.

DPK BCA naik 7,9 persen menyentuh Rp 1.121 triliun per Maret 2024. Dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh sekitar 7,3 persen mencapai Rp 904,5 triliun.

Terakhir, DPK BNI pada kuartal I 2024 mencapai Rp 780,23 triliun atau tumbuh 4,9 persen. Kontribusi dana murah masih mendominasi sebesar Rp 543,50 triliun atau 69,66 persen dari total DPK.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya