Konflik Laut China Selatan: Filipina Kirim Kapal ke Wilayah Sengketa

Langkah Filipina dapat memperdalam keretakan bilateral dengan China, yang semakin menjadi-jadi belakangan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Mei 2024, 08:11 WIB
Kapal Garda Pantai China menghalangi penjaga pantai Filipina BRP Cabra saat kapal tersebut mencoba menuju Second Thomas Shoal di Laut China Selatan yang disengketakan pada 22 Agustus 2023. (AP)

Liputan6.com, Manila - Filipina mengatakan pada hari Sabtu (11/5/2024), mereka mengerahkan kapal ke wilayah sengketa di Laut China Selatan, di mana mereka menuduh China membangun pulau buatan.

"Penjaga pantai mengirim sebuah kapal untuk memantau aktivitas ilegal China, menciptakan pulau buatan," kata kantor Presiden Ferdinand Marcos Jr menambahkan dua kapal lainnya ditempatkan secara bergilir di wilayah tersebut, seperti dilansir CNA, Minggu (12/5).

Secara terpisah, juru bicara Penjaga Pantai Filipina Komodor Jay Tarriela menuturkan bahwa telah terjadi reklamasi skala kecil di Sabina Shoal, yang disebut Manila sebagai Escoda Shoal. China, ujarnya, adalah pihak yang paling mungkin melakukan reklamasi.

Sebelumnya, pada Jumat (10/5), penasihat keamanan nasional Filipina menyerukan pengusiran diplomat China atas dugaan kebocoran percakapan telepon dengan seorang laksamana Filipina mengenai sengketa maritim.

Menurut salinan yang dirilis harian Manila Times, laksamana itu menyetujui proposal China, di mana Filipina akan menggunakan lebih sedikit kapal dalam misi pengiriman logistik untuk pasukan yang ditempatkan di Second Thomas Shoal yang disengketakan, dan terlebih dulu memberitahu Beijing mengenai misinya.

China dan Filipina terlibat perselisihan sengit selama setahun terakhir mengenai klaim mereka di Laut China Selatan, jalur perdagangan senilai USD 3 triliun terjadi setiap tahunnya.


Kehadiran Jangka Panjang

BRP Sierra Madre, kapal Perang Dunia II yang diubah menjadi pos militer Filipina di Laut China Selatan. (Dok. Ritchie B. Tongo, Pool/AFP)

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk bagian yang diklaim oleh Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. Pengadilan Arbitrase Permanen memutuskan pada tahun 2016 bahwa klaim Beijing tidak memiliki dasar berdasarkan hukum internasional.

China dilaporkan telah melakukan reklamasi lahan secara besar-besaran di beberapa pulau di Laut China Selatan, membangun angkatan udara dan fasilitas militer lainnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran di AS dan kawasan sekitarnya.

"Sebuah kapal Filipina telah berlabuh di Sabina Shoal untuk menangkap dan mendokumentasikan pembuangan karang yang hancur di atas gundukan pasir," sebut Tarriela, mengutip kehadiran puluhan kapal China, termasuk kapal penelitian dan angkatan laut.

Tarriela menyatakan kehadiran kapal China di atol yang berjarak 200 km dari Provinsi Palawan, Filipina, bertepatan dengan ditemukannya tumpukan karang mati dan hancur oleh penjaga pantai.

Penjaga pantai akan membawa ilmuwan kelautan ke daerah tersebut untuk menentukan apakah tumpukan karang merupakan kejadian alami atau disebabkan oleh campur tangan manusia.

Tarriela menambahkan pihaknya bermaksud memiliki kehadiran jangka panjang di Sabina Shoal, sebuah titik pertemuan bagi kapal-kapal Filipina yang melakukan misi pasokan untuk pasukan Filipina yang ditempatkan di Second Thomas Shoal, tempat Filipina dan China sering terlibat perselisihan maritim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya