Liputan6.com, Cilacap - Kondisi mencekam saat kiamat sebagaimana digambarkan Al-Qur'an ialah perihal langit digulung bak kertas. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Anbiya ayat 104.
Meskipun kengerian kiamat banyak diinformasikan dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi, namun secara umum manusia terbagi tiga dalam menyikapi kiamat.
Baca Juga
Advertisement
Golongan pertama yakni golongan yang iman dan meyakini datangnya hari kiamat, golongan kedua percaya dan iman namun kurang peduli, sementara yang ketiga sama sekali tidak mempercayainya.
Meski demikian, percaya atau tidak percaya dengan datangnya hari kiamat, namun kedatangannya merupakan sebuah keniscayaan.
Simak Video Pilihan Ini:
Lafal Surah Al-Anbiya Ayat 104
Adapun lafal selengkapnya surah Al-Anbiya ayat 104 adalah sebagai berikut:
يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَ ١٠٤
yauma nathwis-samâ'a kathayyis-sijilli lil-kutub, kamâ bada'nâ awwala khalqin nu‘îduh, wa‘dan ‘alainâ, innâ kunnâ fâ‘ilîn
(Ingatlah) hari ketika Kami menggulung langit seperti (halnya) gulungan lembaran-lembaran catatan. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. (Itu adalah) janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kami akan melaksanakannya.
Advertisement
Langit Digulung Bak Kertas
Menurut Tafsir Tahlili sebagaimana dinukil dari laman NU Online, maksud langit ayat di atas yakni orang-orang yang mendapat sambutan para malaikat itu tidak merasa gentar dan terkejut dengan datangnya hari Kiamat, di waktu langit dilipat dan diganti dengan langit yang lain, seakan-akan langit yang lama dilipat untuk disimpan dan langit yang baru dikembangkan.
Allah berfirman: Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. (az-Zumar/39: 67)
Demikianlah Allah membangkitkan manusia setelah mereka mati dan berada di dalam kubur, untuk dikumpulkan di padang mahsyar, agar dapat dihisab amal perbuatan mereka. Membangkitkan manusia setelah mati dan hancur menjadi tanah adalah mudah bagi Allah. Jika Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, tentulah mengulangi kembali menciptakannya adalah lebih mudah dari menciptakan pertama kali.
Membangkitkan manusia kembali untuk dihisab itu adalah suatu janji dari Allah yang pasti ditepati-Nya. Secara saintis, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat 30 dari surah ini, penciptaan alam semesta dimulai dari ketiadaan (keadaan singularitas: massa tak terhingga besarnya, volume tak terhingga kecilnya) yang kemudian meledak dahsyat dan kemudian membentuk alam semesta yang terus mengembang sampai dengan saat ini.
Bukti tentang alam semesta yang mengembang ini dapat ditemukan pada hasil pengamatan dengan teleskop yang menunjukkan bahwa dengan berjalannya waktu, jarak antara benda-benda langit semakin menjauh. Para ilmuwan mengatakan bahwa alam semesta akan terus mengembang sampai dengan dicapainya massa kritis alam semesta. Apabila massa kritis ini telah tercapai, maka gaya tarik menarik (gravitasi) antara massa berbagai benda langit akan menahan proses pengembangan alam semesta. Bahkan akan tercapai keadaan kontraksi alam semesta.
Alam semesta yang semula mengembang akan mengkerut (berkontraksi) mengecil dan suatu saat akan hancur dan kembali pada keadaan awal (singularitas); keadaan seperti inilah yang disebut hari kiamat. Hari kiamat dalam ayat ini digambarkan sebagai hari di mana Allah akan "menggulung langit", bagaikan menggulung lembaran-lembaran kertas, sebagaimana halnya awal penciptaan yang pertama. Istilah "menggulung langit" adalah ungkapan yang tepat, karena sesungguhnya alam semesta tidak bundar melainkan datar terdiri dari trilyunan galaksi yang membentuk "gulungan".
Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul