Liputan6.com, Jakarta - Kinerja keuangan emiten BUMN karya bervariasi sepanjang kuartal I 2024. Sejumlah emiten membukukan rugi yang membengkak, dan ada juga yang meraup laba.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (12/5/2024), PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatat kinerja keuangan beragam sepanjang kuartal I 2024. Perseroan meraup pendapatan usaha Rp 2,63 triliun sepanjang kuartal I 2024. Pendapatan itu turun 1,21 persen dari periode sama kuartal I 2023 sebesar Rp 2,66 triliun.
Advertisement
Sementara itu, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 20,14 persen menjadi Rp 10,15 miliar hingga kuartal I 2024. Pada periode sama tahun sebelumnya, laba Perseroan tercatat Rp 8,45 miliar.
Selain itu, Perseroan mencatat ekuitas naik menjadi Rp 9,23 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 9,21 triliun. Liabilitas turun menjadi Rp 30,79 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 31,27 triliun. Aset Perseroan turun menjadi Rp 40,21 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 40,49 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara sebesar Rp 6,42 triliun hingga kuartal I 2024.
Sementara itu, PT PP Tbk (PTPP) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang kuartal I 2024. PT PP Tbk meraup pendapatan usaha Rp 4,61 triliun. Pendapatan pereroan naik 5,68 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,36 triliun.
Selain itu, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 176,43 persen sepanjang kuartal I 2024. Laba Perseroan tercatat Rp 94,60 miliar dari periode kuartal I 2023 sebesar Rp 34,22 miliar.
Ekuitas Perseroan naik menjadi Rp 15,31 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 15,14 triliun. Liabilitas turun tipis menjadi Rp 41,32 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 41,38 triliun.
Aset Perseroan naik menjadi Rp 56,64 triliun hingga Maret 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 56,52 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas turun menjadi Rp 3,94 triliun hinggga 31 Maret 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 4,17 triliun.
Rugi Membengkak
Di sisi lain, sejumlah emiten BUMN karya mencatat peningkatan rugi pada kuartal I 2024. Salah satunya PT Waskita Karya Tbk (WSKT). PT Waskita Karya Tbk membukukan pendapatan usaha Rp 2,177 triliun hingga kuartal I 2024. Pendapatan turun 20,27 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,73 triliun.
Perseroan mencatat beban penjualan naik menjadi Rp 46,07 miliar hingga kuartal I 2024 dari kuartal I 2023 sebesar Rp 29,92 miliar. Beban umum dan administrasi bertambah menjadi Rp 365,93 miliar hingga kuartal I 2024 dari kuartal I 2023 sebesar Rp 325,65 miliar.
Beban keuangan naik menjadi Rp 1,09 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 703,96 miliar.
Perseroan mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak 150,59 persen menjadi Rp 939,55 miliar hingga kuartal I 2024 dari kuartal I 2023 sebesar Rp 374,93 miliar.
Ekuitas Perseroan naik menjadi Rp 10,62 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 11,60 triliun. Total liabilitas turun menjadi Rp 81,57 triliun hinggga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 83,99 triliun. Aset Perseroan susut menjadi Rp 92,20 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 95,59 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas menjadi Rp 2,85 triliun hingga Maret 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 1,34 triliun.
Advertisement
Wijaya Karya
Peningkatan rugi juga dialami PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatat pendapatan bersih Rp 3,53 triliun hingga kuartal I 2024, turun 18,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,34 triliun.
Rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk membengkak 117,31 persen menjadi Rp 1,13 triliun hingga kuartal I 2024. Pada kuartal I 2023, rugi Perseroan tercatat Rp 521,25 miliar. Ekuitas Perseroan turun menjadi Rp 8,37 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 9,57 triliun.
Liabilitas turun menjadi Rp 56,24 triliun hingga akhir Maret 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 56,40 triliun. Aset Perseroan susut menjadi Rp 64,62 triliun hingga kuartal I 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 65,98 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar Rp 1,95 triliun pada 31 Maret 2024 dari Desember 2023 sebesar Rp 3,23 triliun.
Kata Analis
Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono menuturkan, emiten BUMN Karya yang mencatat rugi seiring beban utang dan kewajiban pelunasan lebih besar dari pendapatan. Ia menilai, arus kas, utang dan restrukturisasi utang dan lainnya harus diperbaiki oleh emiten. Hal ini karena berdampak terhadap dividen emiten. “Penyehatan keuangan jadi PR utama. Dampaknya bisa membuat dividen gagal atau ditunda pembagiannya,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Seiring kinerja keuangan yang belum positif yang dialami sejumlah emiten BUMN Karya, Wahyu melihat emiten BUMN tidak masuk daftar investor. Ia menyarankan memilih emiten yang fundamental lebih baik dan menjanjikan antara lain di sektor perbankan, konsumer, dan energi.
Jika masuk saham emiten BUMN Karya, Wahyu menilai lebih spekulatif buying karena jenuh jual.Ia pun memilih saham ADHI dan PTPP untuk dicermati. “Kalau pun masuk lebih karena spekulatif buying yang didukung harga yang sudah oversold dan emiten jaminan pemerintah,” kata dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement