UAH: Hati-Hati dengan Maksiat, Kita akan Meninggal Sesuai Kebiasaan

Ustadz Adi Hidayat menyebutkan kita akan diwafatkan berdasarkan kebiasaan, nah kalau meninggal saat maksiat bagaimana?

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mei 2024, 04:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat - UAH (Tangkapan Layar Youtube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Pendakwah muda Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, sesungguhnya kita akan meninggal dengan apa yang menjadi kebiasaan kita.

Maka wajib hati-hati dan meninggalkan maksiat, lantaran bahaya jika meninggal dengan kebiasaan maksiat semacam itu.

Dalam channel Youtube @ceramahklip, UAH mencontohkan, ada seorang laki-laki yang memiliki kebiasaan datang ke masjid saat subuh, kebetulan meninggal saat melaksanakan sholat tersebut, sebenarnya itu adalah wasilah saja.

"Seorang lelaki usia 65 tahun datang ke masjid dengan kebiasaannya dan benar kata Nabi, seorang akan diwafatkan berdasarkan kebiasaannya. Maka datang dia ke masjid menunaikan sholat subuh didapati kemudian terjatuh itu wasilah saja dan dia berpulang dengan panggilan yang sangat indah," kata UAH, dalam majelisnya.

Kemudian UAH menyitir surat Al-Fajr: 27-28, Ya ayyuhan nafsul muthmainnah, irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah (wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai-Nya),”

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ini Pesan UAH

Ilustrasi Kematian. (Photo copyright by Freepik)

"Saya tidak tahu kita akan wafat dalam keadaan seperti apa," tambahnya.

"Tapi ingat pesan saya biasakan yang baik-baik karena dengan itu kita akan diwafatkan," ujarnya.

"Kalau terpikir Anda berbuat maksiat, maka tolong ingat saat mengerjakan itu mungkin Anda akan wafat," ucapnya.

Dengan demikian menurutnya Insyaallah selalu akan terjaga dalam kemuliaan dan wafat dalam keadaan khusnul khotimah insyaAllah.

Menukil lampung.nu.or.id, kematian yang husnul khotimah merupakan tolok ukur yang paling hakiki apakah seseorang sukses dalam hidupnya atau tidak. Karena itu sebagai manusia kita harus selalu mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat, karena kita tidak tahu kapan kematian itu tiba.


Bagaimana Mengupayakan Husnul Khotimah

Ilustrasi seseorang sedang menjalani proses kematian. (Sumber Pixabay)

Ketika ajal menjemput, tak ada satu pun yang bisa menghindar darinya. Kematian merupakan awal perpindahan dari alam dunia ke alam barzah. Ruh manusia yang wafat akan tinggal di alam barzah hingga kebangkitan manusia dari kuburnya saat kiamat kelak.

Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 102 berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Dilansir dari Empat Ikhtiar Meraih Husnul Khatimah, dalam ayat di atas Allah SWT mengingatkan kita semua agar kelak ketika ajal tiba, kita meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Allah. Inilah yang disebut dengan husnul khotimah.

Husnul khotimah harus selalu diusahakan dan diupayakan oleh siapa saja yang menginginkan surga dan menetap di sana untuk selamanya.

Cara kita mengupayakan husnul khotimah itu adalah selalu bertakwa kepada Allah SWT, kapan pun dan di mana pun berada. Husnul khatimah tidak hanya harus diupayakan secara terus menerus, tetapi harus pula selalu dimintakan kepada Allah swt agar diberi husnul khotimah. Untuk menggapai husnul khatimah sesungguhnya tidak mudah karena setan bisa saja mengambil kesempatan di saat akhir menjelang kematian seseorang. Setan bisa saja berusaha sekuat tenaga untuk menyesatkan dengan segala cara.

Agar terhindar dari upaya penyesatan oleh setan yang akan menjerumuskan kita, maka Rasulullah saw memberikan tuntunan kepada kita berupa doa memohon kepada Allah agar senantiasa menetapkan iman sampai akhir hayat kita. Doa tersebut sebagaimana termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 8, sebagai berikut:

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). Di saat setan terus melakukan berbagai godaan dan penyerupaan menjelang kematian seseorang, hanya Allah yang dapat menjaga dan menyelamatkan iman orang tersebut.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya