Liputan6.com, Jakarta Mahasiswa merupakan golongan muda yang punya potensi besar untuk mewujudkan Indonesia Emas pada 2045. Namun, sederet masalah membayangi langkah mereka untuk bisa sukses. Mulai dari kurangnya pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan dunia kerja hingga perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang sehat.
Semua isu tersebut mengemuka dalam kuliah umum bertajuk “Optimizing Your Career Path with Smart Financial Choice” yang berlangsung di Auditorium KRT Fadjar Notonegoro Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Airlangga.
Advertisement
Yova Shera Sianturi, Career & HR Content Creator PT Chrishera Consulting Group dalam kesempatan tersebut mengingatkan para generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk tidak hanya fokus pada urusan akademik tetapi juga harus aktif mempelajari berbagai keahlian yang dibutuhkan para pemberi kerja.
”Kebanyakan perusahaan itu tidak peduli berapa IPK kalian tapi skill apa yang bisa dikontribusikan,” ujar Yova.
Setidaknya ada tiga keterampilan utama yang menurut Yova harus dipelajari dan dimiliki oleh setiap mahasiswa untuk bisa sukses berkarir di dunia kerja. Pertama, kemampuan berkomunikasi secara efektif. Kedua, adaptif atau mampu beradaptasi dengan perubahan yang cepat. Ketiga, berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving). “Selain top 3 skill tadi, pengalaman tidak bisa bohong,” tandasnya.
Pemateri lainnya, financial planner yang juga Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Ninnasi Muttaqiin mengungkapkan sejumlah permasalahan keuangan yang kerap menghambat atau bahkan menggagalkan kesuksesan generasi muda, antara lain kurangnya pengetahuan dan perencanaan keuangan, pengambilan keputusan keuangan yang terlalu cepat dan terkadang tanpa pikir panjang. Kemudian perilaku konsumtif dan kurang bijaksana dalam berbelanja, serta tidak menyadari akan resiko keuangan.
“Untuk itu penting bagi anak muda untuk melek keuangan. Belajarlah mengelola keuangan yang baik dengan membuat skala prioritas atau goals sejak dini. Mulailah dengan berpikir positif tentang uang, lalu mulailah investasi untuk diri sendiri, dan yang tidak kalah penting adalah pandai memilih gaya hidup dan lingkungan pergaulan,” tutur Ninna.
Selain perguruan tinggi, salah satu entitas yang juga melakukan riset untuk mencari solusi dari berbagai permasalahan keuangan masyarakat, khususnya generasi muda, adalah PT Bank Jago Tbk.
Teknologi AI
Value Proposition Manager Bank Jago Muhammad Pandu menjelaskan, Bank Jago dengan dibantu oleh teknologi kecerdasan buatan atau AI (Augmented Intelligence), melakukan penelitian dan menganalisis ribuan permasalahan keuangan masyarakat guna menghasilkan solusi keuangan berbasis teknologi.
“Isu yang paling banyak muncul antara lain belum tanggal tua uang sudah habis, pengeluaran lebih besar dari pemasukan, dan ada uang dulu atau atur uang dulu?” ungkap Pandu.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, lanjut Pandu, Bank Jago kemudian merancang produk dan layanan berbasis aplikasi yang dapat tertanam dalam ekosistem digital serta dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan hidup manusia. Aplikasi Jago juga memiliki fitur Kantong dan laporan keuangan yang tak hanya membantu penggunanya mengatur keuangan secara rapi tetapi juga membangun budaya tertib anggaran.
“Setiap orang punya kebutuhan hidup dan masing-masing punya cara sendiri untuk mengatur keuangan. Itulah kenapa Aplikasi Jago dirancang agar nasabah bisa fleksibel mendesain solusi keuangannya sendiri secara mudah dan seamless. Karena Aplikasi Jago terhubung dengan kekuatan ekosistem digital, seperti Gopay, Gojek, Tokopedia, serta Bibit dan Stockbit untuk investasi,” papar Pandu.
Advertisement
Kedewasaan Finansial
Berdasarkan riset Bank Jago, terdapat empat level kedewasaan finansial manusia yang diukur berdasarkan fokus keuangannya. Level pertama adalah financial security, yakni aman secara finansial untuk membiayai kebutuhan dasar pribadi, seperti untuk makan, bayar sewa hunian, atau bayar listrik dan telepon.
Level kedua adalah financial resilience, yakni memiliki ketahanan keuangan yang lebih baik karena penghasilannya tak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga tersedia dana siaga ketika menghadapi kejadian tak terduga.
“Level berikutnya adalah financial control atau memiliki kendali finansial. Punya penghasilan sendiri sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain. Biasanya, mulai punya tabungan jangka panjang,” jelas Pandu.
Level terakhir adalah financial freedom atau memiliki kebebasan secara finansial. “Pada level ini umumnya masalah finansial sudah teratasi, punya dana pensiun dan dapat membahagiakan orang sekitar,” tandasnya.