Satelit NASA yang Hilang Kembali Ditemukan Setelah 25 Tahun

Kejadian ini terjadi pada sebuah satelit yang diluncurkan NASA pada 1974.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Mei 2024, 03:00 WIB
NASA tabrakan satelit ke asteroid untuk lindungi Bumi. Dok: Twitter @NASA

Liputan6.com, Jakarta - Sejak eksplorasi luar angkasa mulai dilakukan para peneliti, ada ratusan hingga ribuan satelit dan wahana antariksa yang diluncurkan ke luar angkasa. Tentu tak semua satelit dan wahana antariksa sukses sampai di luar angkasa.

Beberapa satelit atau puing-puing yang tidak berfungsi sering kali hilang selama bertahun-tahun. Hal tersebut dapat membahayakan orbit bumi yang padat.

Kejadian ini terjadi pada sebuah satelit yang diluncurkan NASA pada 1974. Melansir laman Space pada Senin (13/05/2024), satelit ini menghilang dari sensor berbasis darat pada 1990-an, akhirnya ditemukan setelah 25 tahun.

Satelit yang hilang tersebut bernama Balon Kalibrasi Infra-Merah atau Infra-Red Calibration Balloon (S73-7). Satelit ini adalah bagian dari program uji Luar Angkasa Angkatan Udara Amerika Serikat.

Menurut data pelacakan dari Skuadron Pertahanan Luar Angkasa ke-18 Angkatan Luar Angkasa, satelit tersebut ditemukan kembali pada awal Mei 2024 setelah tidak terlacak selama 25 tahun terakhir. Setelah diluncurkan pada 10 April 1974, satelit yang disebut KH-9 Hexagon, mengeluarkan satelit selebar 26 inci (66 sentimeter).

Wahana antariksa ini meningkatkannya ke orbit melingkar 500 mil (800 kilometer. Satelit S73-7 seharusnya mengembang di orbit dan berfungsi sebagai target kalibrasi peralatan penginderaan jauh.

Namun penerapannya gagal dan menjadi sampah luar angkasa. Melansir laman X milik Jonathan McDowell, ahli astrofisika dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian pada Senin (13/05/2024), mengucapkan selamat pada tim yang berhasil menemukan satelit ini setelah 25 tahun.

“Satelit S73-7 telah ditemukan kembali setelah tidak terlacak selama 25 tahun. TLE baru untuk objek 7244 mulai muncul pada 25 April,” tulis McDowell.

Pelacakan satelit ini melibatkan jaringan sensor global yang mengidentifikasi lintasan objek yang mengorbit. Kemudian para ahli mencocokkannya dengan jalur penerbangan melingkar satelit.

Data ini kemudian diteruskan ke ringkasan satelit terkini dalam sistem. Data yang didapat berupa hasil pengawasan lebih dari 20.000 objek yang dilacak oleh Jaringan Pengawasan Luar Angkasa global milik Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

Meskipun penemuan satelit NASA ini tidak mempunyai nilai ilmiah, hal ini menyoroti semakin besarnya tantangan dalam melacak objek-objek yang tidak terhitung jumlahnya yang mengorbit bumi. Menurut McDowell penemuan ini menunjukkan meningkatnya masalah sampah luar angkasa.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya