China dan Kamboja Gelar Latihan Militer Tahunan Naga Emas

China menggambarkan persahabatannya dengan Kamboja sangat kuat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Mei 2024, 17:03 WIB
Ilustrasi China (Dok. AFP/STR)

Liputan6.com, Phnom Penh - Kamboja dan China memulai latihan militer Naga Emas atau Golden Dragon tahunan mereka pekan ini untuk memperkuat kerja sama dan bertukar pengalaman militer.

"Sebanyak 1.315 personel militer dari Kamboja dan 760 dari China akan berpartisipasi dalam latihan selama 15 hari, yang didukung oleh tiga kapal perang China dan 11 kapal Kamboja," kata juru bicara militer Kamboja Mayjen Thong Solimo pada hari Senin (13/5/2024), seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (14/5).

Dia menambahkan latihan tersebut, yang dimulai pada Kamis (16/5), bertujuan untuk melatih melawan terorisme dan memberikan bantuan kemanusiaan di kedua negara serta di kawasan.

Latihan tahunan Golden Dragon dimulai pada Desember 2016, tidak lama setelah Kamboja membatalkan latihan serupa dengan Amerika Serikat (AS) yang disebut Angkor Sentinel.

Kamboja adalah sekutu terdekat China di Asia Tenggara, sedangkan China adalah sekutu dan pemberi dana terpenting Kamboja, yang memiliki pengaruh kuat terhadap perekonomiannya.

Kamboja memiliki banyak proyek yang didanai China, khususnya infrastruktur, termasuk bandara dan jalan raya. Selain itu, proyek swasta seperti hotel, kasino, dan pengembangan properti juga termasuk.

Lebih dari 40 persen utang luar negeri Kamboja sebesar USD 10 miliar berasal dari China.


Picu Kekhawatiran

Ilustrasi Kamboja. (Dok. Jorono/Pixabay)

Dukungan China memungkinkan Kamboja untuk mengabaikan sorotan Barat mengenai catatan buruknya dalam isu hak asasi manusia dan politik, dan pada gilirannya Kamboja secara umum mendukung posisi Beijing mengenai isu-isu kebijakan luar negeri seperti klaim teritorialnya di Laut China Selatan.

Kamboja baru-baru ini menegaskan kembali tekadnya untuk melanjutkan proyek Kanal Funan Techo sepanjang 180 kilometer senilai USD 1,7 miliar yang dibiayai China di empat provinsi di bagian selatan negara itu untuk menghubungkan ibu kota, Phnom Penh, ke Teluk Thailand.

Rencana itu telah menimbulkan kekhawatiran dari negara tetangganya, Vietnam, di mana beberapa analis mengatakan kanal dengan lebar 100 meter dan kedalaman 5,4 meter dapat memudahkan China mengirim pasukan militer ke arah selatan, dekat dengan pantai selatan Vietnam.

Keterlibatan China di Pangkalan Angkatan Laut Ream Kamboja di Teluk Thailand juga menimbulkan kekhawatiran, di mana AS dan beberapa analis keamanan internasional mengatakan pangkalan tersebut kemungkinan akan menjadi pos strategis bagi Angkatan Laut China.

Pada 7 Desember, dua kapal angkatan laut China menjadi kapal pertama yang berlabuh di dermaga baru yang didanai China di pangkalan itu, bertepatan dengan kunjungan pejabat tinggi pertahanan China ke Kamboja.

Pada April, Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan kunjungan tiga hari ke Kamboja untuk menegaskan hubungan kedua negara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya