Mengintip Pengelolaan Canggih Sampah di 4 TPST Kota Bandung

Ritasi ke TPS Sarimukti kini mengalami penurunan karena Kota Bandung dinilai memiliki program pengelolaan sampah yang cukup efektif seperti penerapan RDF.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 16 Mei 2024, 10:00 WIB
TPST Ence Azis, Kota Bandung.

Liputan6.com, Bandung - Kota Bandung kini memiliki total 27 Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang tersebar di berbagai wilayah. Pemerintah Kota Bandung pun menerapkan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) dalam pengelolaan sampah. Teknologi RDF diketahui diujicobakan di beberapa Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST).

Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono menyampaikan, empat TPST yang menerapkan teknologi RDF itu yakni Babakan Siliwangi (Baksil), Jalan Indramayu, Ence Azis, dan Batununggal.

Bambang mengklaim, ritasi ke TPS Sarimukti kini mengalami penurunan karena Kota Bandung dinilai memiliki program pengelolaan sampah yang cukup efektif seperti penerapan RDF.

“Dengan adanya teknologi RDF ini, ritasi sampah Kota Bandung ke TPS Sari Mukti berkurang,” kata Bambang dalam keterangannya di Bandung (13/5/2024).

RDF yang dihasilkan dari teknologi ini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil dalam berbagai industri.

Selain mengurangi dampak lingkungan dari sampah, penerapan RDF juga diklaim membantu memanfaatkan sumber daya secara efisien.

Teknologi RDF merupakan proses pengolahan sampah meliputi pengeringan untuk mengurangi kadar airnya menjadi kurang dari 25 persen.

Kemudian dicacah menjadi ukuran 2-10 cm agar nilai kalor meningkat. Hasilnya adalah serbuk-serbuk atau potongan-potongan seragam yang siap digunakan sebagai bahan bakar.


Kirim RDF

Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin melepas pengiriman 16 ton RDF sampah dari Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Santiong, Kota Cimahi, pada 22 April 2024 lalu. Pengiriman untuk pabrik semen PT Indocement itu dilakukan persis pada peringatan Hari Bumi Internasional.

Bey mengklaim, pengiriman tersebut adalah bagian langkah nyata Pemprov Jabar untuk menyelamatkan bumi. Hasil RDF juga akan didorong agar dimanfaatkan oleh industri-industri yang ada di Kota Cimahi.

"Hari ini pengelolaan sampah yang baik itu telah ditunjukkan oleh TPST Santiong, dan telah menjadi pusat inovasi pengelolaan sampah dengan teknologi canggih dan pengolahan berkelanjutan," kata Bey dalam keterangan, Senin (22/4/2024)

Dikutip dari siaran pers Humas Pemprov Jabar, TPST Santiong merupakan infrastruktur pengolahan sampah di DAS Citarum kawasan Bandung Raya yang masuk program Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP).

Selain mengolah sampah plastik jadi RDF, TPST Santiong juga mengolah sampah organik menggunakan magot (magotisasi). Magot yang dikembangbiakkan untuk mengurai sampah di TPST Santiong jenis black soldier fly, selain menjadi pupuk kompos, larva tersebut juga dapat dijadikan pakan ternak.

TPST Santiong punya kapasitas pengolahan sampah 50 ton per hari. Namun pada tahap awal, saat ini baru dicoba sekira 30 ton per hari dan akan dimaksimalkan menjadi 50 ton jika sudah ada kesesuaian pada kinerja mesin dan para pekerjanya.

Secara signifikan, TPST Santiong diyakini dapat mengurangi sampah di Cimahi yang jumlahnya mencapai 226 ton per hari. Pemerintah Kota Cimahi disebut tengah mendorong agar penyerapan hasil RDF bisa digunakan beberapa industri yang berlokasi di Kota Cimahi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya