Liputan6.com, Jakarta PT Perta Life Insurance mencetak laba bersih sebesar Rp 96 miliar sepanjang 2023. Jumlah ini meningkat dari tahun buku 2022 dimana perusahaan hanya mencetak laba bersih sebesar Rp 72 miliar.
Direktur Utama PT Perta Life Insurance Hanindio W. Hadi menjelaskan, pencapaian perusahaan tiga tahun terakhir merupakan pencapaian terbaik sejak pendirian perusahaan di 1985.
Advertisement
“Pencapaian tiga tahun terakhir merupakan pencapaian terbaik yang dicapai perusahaan sejak pendiriannya di tahun 1985” ujar Hanindio W. Hadi, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
“Tahun ini jumlah laba bersih kita naik menjadi Rp 96 miliar dari tahun kemarin yang hanya mendapatkan Rp 72 miliar,” tambah Direktur Keuangan dan Investasi Perta Life Insurance Yuzran Bustamar.
Posisi keuangan Perta Life Insurance berada di posisi yang sehat dengan pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan dengan Risk Based Capital perusahaan yang meningkat menjadi 303,12% dibanding tahun sebelumnya yang berada di tingkat 276,92%, jauh dari minimal yang diatur di POJK no. 5 Tahun 2023, yaitu 120%.
“Secara keseluruhan, kinerja keuangan PertaLife Insurance sepanjang 2023 menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan dengan posisi keuangan yang sehat. Hal itu tercermin pada beberapa rasio keuangan di atas ketentuan minimum yang berlaku” jelas Yusran.
Target Naik Kelas
Dalam mencapai target untuk mencapai status sebagai salah satu Kelompok Perusahaan Perasuransian berdasarkan Ekuitas (KPPE) 2, PT Perta Life Insurance meluncurkan berbagai strategi agar mencapai modal yang dibutuhkan untuk mencapai status ini.
Dalam meningkatkan ekuitas, Hanindio W. Hadi mengatakan akan melakukan top-up pendapatan perusahaan dengan meningkatkan pendapatan premi di kalangan Pertamina dan pendapatan non-captive.
“Yang pertama adalah kita melakukan top-up pendapatan dengan meningkatkan pendapatan premi dari Pertamina grup dari non-captive income” ujar Hanindio
Untuk merealisasikan upaya tersebut, Perta Life Insurance akan meningkatkan kepercayaan Pertamina itu sendiri karena perusahaan ini masih belum menjadi penyedia asuransi utama.
“Kami akan meningkatkan trust dari Pertamina itu sendiri karena kemarin Pertamina masih kurang percaya akibat proses klaimnya lambat. Ini diakibatkan karena sistem birokrasinya yang memang masih rumit, bukan karena perusahaan berada di posisi default dimana kami tidak bisa membayar klaim” jelas Hanindio.
Dengan meningkatnya kepercayaan Pertamina, Hanindio berharap komitmen tinggi Pertamina untuk menjadikan PT Perta Life insurance menjadi penyedia asuransi utama bagi pegawainya.
Advertisement