Liputan6.com, Jakarta - Sejatinya mencari rezeki tidak hanya sekadar menjalankan profesi. Lebih dari itu, ia juga bernilai ibadah sehingga kita diperintahkan untuk bekerja mencari rezeki yang halal dan baik.
Sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur'an maupun hadis bahwa sebaik-baiknya makanan adalah hasil kerja sendiri. Sebaliknya, telah berdosa seorang kepala rumah tangga yang menyia-nyiakan nafkah anak-istrinya.
Namun, perlu kita sadari bahwasanya mudah atau tidaknya rezeki datang, hanya Allah SWT yang menentukan. Karena itu, tak heran jika Islam juga memberikan penjelasan terkait kunci pembuka rezeki.
Baca Juga
Advertisement
Habib Muhammad bin Alawi bin Umar al-'Aidarus (1351-1432 H) secara spesifik menulis karya terkait hal ini. Tepatnya adalah kitab yang berjudul Kaifa Takunu Ghaniyan.
Di dalam kitab tersebut, dijelaskan ada tiga hal pembuka rezeki yang jarang disadari. Apa saja itu? Berikut penjelasannya dirangkum dari laman NU Online.
Saksikan Video Pilihan ini:
1. Baik Budi Pekerti
Terpancar dalam muka berseri. Tidak cemberut dan bermuka masam. Terbiasa bertutur kata dengan terukur. Tidak mudah menghakimi. Atau pun menghardik dan menyudutkan orang lain.
Alih-alih menebar ujaran kebencian atau pun berita bohong. Dalam paparan Habib Muhammad bin Umar, perangai ini akan membuat seseorang mudah diterima. Sedikit memiliki permusuhan dan memiliki banyak jaringan dan pertemanan.
Tak aneh jika dia akan dimudahkan rezekinya. Banyak orang di sekelilingnya yang menaruh kepercayaan. Persis di titik inilah, pintu-pintu rezeki terbuka. Sebagaimana ditandaskan oleh Kanjeng Nabi Muhammad shallaallahu ‘alaihi wasallam, baik pekerti akan memperkuat kesejahteraan dan memanjangkan usia. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (164-241 H) dalam Kitab Musnad.
Advertisement
2. Mencari Rezeki di Pagi Hari
Tidak tidur setelah subuh. Secara khusus, Baginda Nabi mendoakan keberkahan umatnya yang memulai aktivitas pagi. Doa ini termaktub dalam hadis shahih riwayat Imam Abu Dawud (202-275 H).
Dulu, ketika memberangkat pasukan perang, Nabi selalu memilih waktu pagi. Selain itu, untuk mendapatkan berkah doa Nabi, serta rasa cinta mengikuti jejak Nabi, banyak sahabat yang memulai berdagang di waktu pagi.
Salah satunya adalah Sayyidina Shakhr bin Wada'ah al-Ghamidi. Ulama salaf-saleh generasi berikutnya, dengan tegas melarang tidur setelah subuh. Lebih dari itu, tidur di waktu ini diklaim sebagai penyebab kefakiran.
3. Menghormati dan Menyuguhi Tamu
Dalam banyak redaksi hadis, baginda Nabi menekankan umatnya menghormati tamu. Ketika tamu berkunjung, dia membawa rezeki bagi tuan rumah. Pamit pulang membawa dosa shahibul bait.
Dengan kata lain, kunjungannya dapat menghapus dosa. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Dailami (509 H) dalam Kitab Musnad al-Firdaus.
Lebih dari itu, Nabi SAW juga menegaskan bahwa salah satu ciri orang yang sempurna imannya terhadap Allah dan Hari Akhir adalah mereka yang suka menghormat tamu. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H) dan Imam Muslim (204-261 H).
Secara nalar, setiap tamu pasti memiliki keperluan datang ke rumah seseorang. Jika seseorang menyambutnya dengan baik. Menjamunya sesuai kadar, pasti tamu akan merasa nyaman dihormati kedatangnnya.
Dengan demikian, dia akan berusaha membalasnya. Baik materi ataupun nonmateri. Dalam waktu seketika atau pun di kesempatan lain. Termasuk hal ini, adalah terkait dengan relasi ekonomi.
Advertisement