Liputan6.com, Jakarta - Salah satu rangkaian acara Waisak, yaitu perjalanan para bhikku thudong menuju Borobudur, telah dimulai pada Selasa, 14 Mei 2024. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dipilih sebagai titik awal perjalanan para bhikku menuju acara puncak di Magelang.
Berbeda dengan tahun kemarin saat para bhikku memulai perjalanan dari Thailand, tahun ini perjalanan akan lebih singkat. Hal tersebut dikemukakan oleh YM Bhikkhu Dhammavudho Thera selaku Wakil Ketua Panitia Nasional Waisak.
Advertisement
Banthe Victor, lebih akrabnya, mengatakan bahwa ada perubahan rute di tahun, yaitu para bhikku akan memulai perjalanan dari Jakarta ke Semarang menggunakan bus, lalu berjalan kaki ke Candi Borobudur hingga perayaan puncak Waisak di 23 Mei 2024.
Selanjutnya, para bhikku akan menyambangi kawasan Candi Muaro Jambi menggunakan transportasi udara pada 26 Mei 2024. Beliau menyampaikan bahwa ada beberapa alasan perubahan rute perjalanan bhikku thudong tahun ini.
"Tahun ini sebenarnya kami diundang langsung oleh Gubernur Jambi untuk membawa pesan tentang promosi Muaro Jambi tetapi masalahnya satu, kalau langsung ke Jambi tentunya kan lebih bagus ke Borobudur dulu," sebutnya saat ditemui di acara Pelepasan Bhikku Tudhong di Taman Mini Indonesia Indah, Selasa 15 Mei 2024.
Untuk mengefisienkan waktu yang singkat dan jangkauan daerah yang luas tersebut, jarak jalan kaki dipersingkat. Selain soal waktu, Banthe Victor juga mengatakan bahwa persiapan bhikku thudong tahun ini pun cukup singkat.
"Kemarin panitia masih agak ragu karena masih tahun politik sedangkan persiapan tidak hanya satu dua bulan saja," tambahnya.
Ia menuturkan bahwa persiapan acara ini baru terlaksana pada Februari 2024 sehingga hanya akan ada waktu dua minggu dalam perayaan Waisak di tahun ini hingga 26 Mei 2024 di Muaro Jambi.
Pantangan untuk Para Bhikku
Banthe Victor mengatakan bahwa tidak ada pantangan khusus selama thudong untuk para Bhikku. Mereka tetap menjalankan peraturan dasar sebagai seorang pertapa.
"Cuma ada peraturan tetap yang kita jalankan, misal makan di bawah jam 12, tidak boleh bersentuhan dengan wanita, ya seperti muslim kan sebutannya bukan muhrim," tutur Banthe Victor.
Untuk makanan dan bekal, para bhikku diperbolehkan untuk membawa sendiri, namun kebanyakan sudah disiapkan oleh para panitia. Makanan pun bisa didapat dari vihara-vihara yang disinggahi atau diberikan oleh umat Buddha di sepanjang perjalanan.
Terkait kegiatan di Muaro Jambi, para bhikku awalnya hendak berjalan kaki dari Palembang hingga ke Muaro Jambi selama sepuluh hari. Namun karena acara di Jambi akan dilaksanakan pada 26 Mei, sedangkan acara di Candi Borobudur baru selesai pada 24 Mei, rencana tersebut tertunda dan digantikan dengan kegiatan Waisak Festival. Dalam acara tersebut, para bhikku akan berjalan kaki dari rumah Gubernur Jambi menuju vihara, yang kemudian akan disambut masyarakat umum.
Advertisement
Makna Tudhong
Banthe Victor juga menjelaskan makna simbolis dari thudong. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membiasakan pelepasan duniawi dan melatih kesabaran para bhikku.
"Jadi makna paling gampang adalah hidup itu harus melepas. Kehidupan kita sampai tua pun kita harus lepas. Ketika kematian, kita akan melepas semuanya," sebutnya.
Para banthe ini akan berlatih, misal pada awal mereka akan membawa perbekalan dan tenda dengan tas seberat 20-30 kilogram. Lalu, dalam perjalanan mereka akan melepas itu sedikit demi sedikit hingga tersisa jubah dan sandal yang mereka pakai.
"Dalam Buddhisme, kebahagiaan itu dari hati sendiri bukan dari yang dipakai di luar," sebut Banthe Victor.
Pada awalnya, Panitia Waisak 2024 merencanakan hanya 25 peserta thudong, namun karena besarnya antusias para bhikku, saat ini jumlahnya ada 44 peserta, bahkan ada yang baru sampai dari Thailand beberapa hari yang lalu. Diketahui dari 44 bhikku yang mengikuti thudong, hanya seorang bhikku berkewarganegaraan Indonesia dan delapan bhikku Thailand yang lama menetap di sini.
Acara Pelepasan di TMII dengan Doa Bersama 6 Agama dan Pradaksina Keliling Danau Archipelago
Acara Pelepasan Bhikku Thudong di TMII terlaksana pada Selasa, 14 Mei 2024. Kegiatan tersebut meliputi doa bersama oleh pemuka agama dari enam agama besar Indonesia, pelepasan hewan, dan kegiatan pradaksina (berjalan memutar sambil membaca mantra) keliling Danau Archipelago.
Pada kegiatan doa bersama juga dibawakan pesan perdamaian dan toleransi umat serta doa untuk para korban musibah di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan. Setelah pembacaan doa, burung merpati dilepas ke alam liar dan dilanjutkan dengan sesi pertunjukan dancing fountain yang menampilkan cerita rakyat Indonesia kepada para bhikku dan tamu yang menghadiri acara.
Kegiatan ditutup dengan pradaksina. Umat Buddha, didahului oleh para bhikku, berjalan mengitari jalan setapak di pinggir Danau Archipelago sambil membawa lampion larung bertuliskan harapan.
Setelah ini, rombongan bhikku akan melanjutkan perjalanan mereka ke Semarang menggunakan bus, sebelum berjalan kaki menuju Candi Borobudur untuk mengisi puncak Waisak yang jatuh pada 23 Mei 2024, pukul 20.52 WIB. Dalam acara puncak nanti juga akan diadakan penerbangan lampion serta meditasi seraya memanjatkan doa untuk perdamaian dunia.
Advertisement