Liputan6.com, Jakarta - Sorban adalah sehelai kain panjang yang biasanya dililitkan di kepala sebagai penutup atau pelindung. Sorban memiliki berbagai bentuk dan gaya tergantung pada tradisi budaya dan daerah.
Di dunia Islam, sorban sering dipakai oleh laki-laki, baik sebagai bagian dari pakaian sehari-hari maupun dalam konteks keagamaan dan sosial tertentu.
Secara historis, sorban telah digunakan sejak zaman kuno oleh masyarakat di Timur Tengah dan sekitarnya, termasuk oleh bangsa Arab sebelum dan sesudah kedatangan Islam.
Dalam kisah Islam di Indonesia, sorban ulama memiliki nilai tersendiri. Salah satunya adalah sorban Kiai Wahab Hasbullah, Tambakberas, Jawa Timur.
Diketahui, Mbah Wahab Tambakberas bukan sosok ulama biasa. Beliau diyakini adalah seorang wali yang tentu memiliki berbagai karomah.
Konon sorban Sang Kiai ini memiliki kekuatan, dengan izin Allah, seseorang yang diusap sorban ini memiliki kekuatan luar biasa. Bahkan musuhnya yang dukun santet atau jawara sekalipun, akan lari terbirit-birit.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Mbah Wahab Senantiasa Mengenakkan Sorban
Mbah Wahab lahir di Jombang pada 31 Maret 1888. Dia merupakan anak dari pasangan KH Hasbullah Said, pengasuh Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, dengan Nyai Latifah.
Selama masa pembentukan NU tahun 1926, kiai yang juga mengidentifikasi diri sebagai penerus perjuangan Pangeran Diponegoro karena selalu mengenakan sorban yang disebutnya sebagai serban Diponegoro ini, selalu tampil di depan.
Menukil Hidayatuna.com, kisah mengenai sorban sakti Mbah Wahab Hasbullah Tambakberas, Jombang, Jawa Timur ini hanya satu dari diantara banyak karomahnya. Sebagai seorang ulama yang ‘alim, beliau memiliki banyak karomah dan keilmuan yang matang.
Kisah-kisah mengenai karomah beliau dituturkan turun menurun, salah satunya adalah kisah mengenai sorban sakti Mbah Wahab yang akan diceritakan berikut ini.
Alkisah, beberapa tahun sebelum wafatnya Kiai Wahab, ada seseorang yang luar biasa bencinya kepada KH. Afandi Abdul Muin Syafi’i atau lebih dikenal dengan Abah Afandi.
Pada masa itu masih banyak para jawara yang sakti dengan ilmu-ilmu hitam dan penganut setan. Terlampau bencinya mereka pada Abah Afandi sehingga segala macam cara dilakukan oleh orang tersebut untuk mencelakakan Abah Afandi.
Advertisement
Kiai Wahab Menggosok Sorban ke Wajah Abah Afandi Muda
Pernah mereka mengadang di jalan dengan senjata tajam bahkan mengajak duel namun alhamdulillah Allah SWT memenangkan dan menyelamatkan Abah Afandi meskipun Abah Afandi bertangan kosong tanpa senjata.
Akan tetapi hal tersebut justru membuat si pembenci itu semakin menjadi-jadi bencinya kepada Abah Afandi. Sering pula Abah Afandi mendapat kiriman benda- benda aneh di tengah malam, yang orang awam menyebutnya santet.
Sampai akhirnya almarhum KH. Fathoni (senior Abah Afandi saat di Pesantren Tebuireng, asal Penganjang Indramayu) memberi tahu Abah Afandi bahwa orang tersebut sedang menyiapkan sejumlah jawara dan setiap malam mereka melakukan ritual ilmu hitam dengan tujuan ingin membunuh Abah Afandi.
Kiai Fathoni pun menegaskan,
“Ini saya menelusuri sendiri kebenaran berita tersebut dan saya pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri setiap malam mereka berada di sebuah rumah tua kosong mengadakan ritual ilmu hitam untuk membunuh Njenengan (Abah Afandi), mereka sedang mencari waktu yang tepat.” ujar Kiai Fathoni.
Mendengar penjelasan Kiai Fathoni tersebut Abah Afandi pun langsung meluncur sowan pada gurunya KH Wahab Hasbullah, Saat itu Kiai Wahab selesai mengimami jamaah di masjid Pesantren Tambakberas. Abah Afandi langsung menceritakan masalahnya pada Kiai Kiai Wahab di ruang tamunya.
Kiai Wahab berpesan aqar Abah Afandi memperbanyak membaca Hizib Nashor yang memang sudah lama di ijazahkan Kiai Wahab pada muridnya dari Indramayu tersebut.
Kiai Wahab lantas melepaskan sorban yang melilit di kepalanya seraya berdoa sebentar kepada Allah SWT, kemudian Kiai Wahab menggosok-gosokkan sorban yang biasa melingkar di kepala beliau tersebut ke wajah Abah Afandi muda, seraya berkata,
“Sudah Afandi mulai sekarang orang tersebut tidak akan lagi mengganggumu.”
Jawara Bersimpuh
Pulang dari sowan Kiai Wahab di tengah jalan Abah Afandi dihadang oleh orang tidak dikenal, Abah Afandi pun ekstra hati-hati karena gelagat orang tersebut tampak mencurigakan.
Namun yang terjadi orang tersebut justru bersimpuh dan minta maaf pada Abah Afandi. Abah Afandi pun terheran-heran karena memang tidak kenal dengannya.
“Saya ketuanya jawara dari Kalimantan ang dibayar oleh ‘Si Fulan’ (nama samaran), dia membayarku dan teman-temanku untuk membunuhmu. Semula saya dan teman teman sudah siap dan bertekad akan membunuhmu. Namun tiba-tiba hari ini saya dan teman-teman merasakan takut yang luar biasa, terus terang saya tidak berani mengganggumu , teman-teman saya pun sudah pulang ke daerahnya,” tutur jawara tersebut.
“Dan saya ini juga disuruh mewakili orang yang membencimu untuk meminta maaf,” tambah sang jawara tersebut.
Menyaksikan hal itu Abah Afandi pun berkata,
“lya sudah saya maafkan, bilang pada yang menyuruhmu jangan mengganggu saya lagi.”
Abah Afandi pun meninggalkan orang itu sambil bersyukur pada Allah SWT seraya bergumam,
“Alhamdulilah doa Kiai Kiai Wahab memang mustajab, langsung dikabulkan oleh Allah SWT.”
Demikian secuil kisah mengenai sorban sakti Kiai Wahab Chasbullah. Wallahu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement