Liputan6.com, Jakarta Guna meningkatkan kinerja dan keberlanjutan bisnis, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjalin kerja sama dengan ExxonMobil. Kedua pihak pun menandatangani Pre-Liminary Agreement dalam Indonesia Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA CONVEX) ke-48 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang, Rabu (15/6/2024).
Pre-Liminary Agreement ini merupakan salah satu perjanjian turunan dari Head of Agreement (HoA) antara pihak ExxonMobil - Pertamina – PHE yang telah dilaksanakan pada tahun 2022 lalu.
Advertisement
Melalui kerja sama ini, PHE dan ExxonMobil akan mematangkan dan menyiapkan rancangan model komersial untuk pengembangan hub CCS/CCUS regional di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatera (PHE OSES) dengan potensi menyimpan CO2 domestik dan internasional melalui Asri Basin Project CCS Hub yng berada di Wilayah Kerja PHE OSES.
Direktur Pengembangan & Produksi, Awang Lazuardi mengatakan bahwa PHE dan ExxonMobil (esso Indonesia) akan melakukan pengeboran Appraisal dalam rangka pengambilan data yang akan menjadi acuan untuk pengembangan CCS Hub Asri Basin.
"Pre-Liminary Agreement ini berisikan tentang kegiatan pendahuluan sebelum pengeboran Appraisal well dilakukan," katanya.
"Sebelumnya, Studi bersama Pertamina dan ExxonMobil berhasil menemukan potensi penyimpanan karbon dioksida (CO2) dengan kapasitas hingga 3 giga ton yang ditemukan di lapangan migas Pertamina dengan nilai investasi mencapai USD 2 billion," jelas Awang.
Ia menyebut, kapasitas penyimpanan CO2 besar ini mampu untuk menyimpan secara permanen CO2 emisi seluruh Indonesia pada rata-rata saat ini, hingga 16 tahun ke depan.
Peluang Bisnis Dekarbonisasi
Awang menjelaskan, pengembangan CCS Hub Asri basin Bersama ExxonMobil merupakan potensi penyimpanan CO2 dan peluang bisnis baru dalam program Dekarbonisasi di Asia tenggara.
"Atas dasar itulah Pertamina dan ExxonMobil memperkuat kerja sama pengembangan CCS Hub Asri Basin dalam upaya penurunan emisi karbon sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi melalui investasi, pembukaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi negara," jelasnya.
Awang menyebut, teknologi CCS/CCUS merupakan tren baru dalam menghadapi transisi energi demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) global.
"Dengan semangat kebersamaan dalam menghadapi tantangan yang ada, implementasi CCS/CCUS di Indonesia diyakini akan dapat mendukung peningkatan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK)," sebutnya.
Sedangkan, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, langkah CCS/CCUS ini merupakan salah satu upaya dekarbonisasi emisi untuk mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) Indonesia.
"PHE sebagai subholding upstream Pertamina memiliki peran besar dalam pencapaian dekarbonisasi Pertamina," katanya.
"Kerja sama ini diharapkan dapat membangun strategi CCUS yang efektif dan sesuai dengan target," jelas Fadjar.
Sebagai informasi, pengembangan teknologi CCS/ CCUS sendiri sejalan dengan komitmen Pertamina untuk menerapkan Environmental, Social, & Governance (ESG) di semua lini bisnis perusahaan, untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan.
(*)
Advertisement