Liputan6.com, Jakarta RHB Research mengumumkan peluncuran edisi ke-14 dari Buku RHB Indonesia Small Cap Jewels, yang menandai tonggak penting seiring perayaan jubileum ke-20 sejak pertama kali diluncurkan di Malaysia. Publikasi ini menjadi contoh komitmen RHB Research dalam mengidentifikasi peluang menjanjikan di segmen small-cap.
Dalam edisi terbaru ini, RHB Research mengungkapkan 20 perusahaan dengan kapitalisasi pasar di bawah USD 500 juta, meliputi berbagai sektor mulai dari produk makanan ringan hingga perbankan digital dan energi terbarukan hingga layanan taksi.
Advertisement
Sekitar setengah dari pilihan saham dalam edisi ini adalah penambahan emiten baru, mencerminkan dedikasi kami untuk tetap selaras dengan dinamika pasar yang terus berkembang.
Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya mengatakan, tim melakukan pemilihan saham di buku RHB Indonesia Small Cap Jewels dengan cermat menggunakan metodologi top-down dan bottom-up.
"Publikasi ini menjadi contoh komitmen RHB Research dalam mengidentifikasi peluang menjanjikan di segmen small-cap," tutur Andrey dalam keterangannya, Rabu (15/5/2024).
Menurutnya, dalam pemilihan terdapat 20 perusahaan atau emiten yang meliputi berbagai sektor mulai dari produk makanan ringan hingga perbankan digital dan energi terbarukan hingga layanan taksi.
Sekitar setengah dari pilihan saham dalam edisi ini, kata Andrey, penambahan emiten baru, mencerminkan dedikasi kami untuk tetap selaras dengan dinamika pasar yang terus berkembang.
"Saham terkait minyak dan pertambangan menyumbang 20 persen dari seleksi kami, didukung oleh perkiraan harga minyak Brent yang baru direvisi naik untuk tahun 2024 dan 2025 karena risiko geopolitik yang meningkat," tuturnya.
Ia mengatakan, performa dari 20 perusahaan small-cap Indonesia teratas untuk tahun 2023 memberikan hasil sebesar 11,4%, melampaui Indeks Komposit Jakarta (JCI) sebesar 5,7% dan Indeks Likuid IDX Small Mid Cap sebesar 17,5%, menegaskan keefektifan proses seleksi yang dilakukan.
Berburu Saham Big Cap Murah, Intip Strategi Investasinya
Saham-saham dengan kapitalisasi besar (big cap) masih mengalami tekanan. Mengutip data RTI, IHSG melemah tipis 0,22 persen ke posisi 7.083,76 pada penutupan Selasa, 14 Mei 2024. Indeks LQ45 susut 0,33 persen ke posisi 892,58. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.
Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan aksi jual saham oleh investor asing. Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan setidaknya ada tiga sebab terjadinya outflow.
Pertama, perubahan ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga The Fed. Yang kedua adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup volatile di dua bulan terakhir. Dan yang ketiga adalah penyesuaian ekspektasi pasar terhadap potensi pertumbuhan IHSG, terutama di saham big caps.
"Untuk faktor pemicu outflow pertama, valuasi sebenarnya sudah di level yang menarik. Tapi ini growth-nya reset menjadi lebih rendah dan ada ekspektasi risk Fed rate-nya mungkin gak jadi turun, risk premium-nya jadi naik. Tapi sudah mulai di-repricing oleh pasar. Ekspektasi sudah berubah dari awalnya mungkin bisa lebih dari tiga kali, menjadi hanya satu kali untuk rate cutting cycle-nya," kata Joezer, dikutip Rabu (15/5/2024).
Selain dari sisi perubahan ekspektasi The Fed, Joezer mengatakan memang repatriasi dividen sudah hampir selesai. Di mana beberapa big cap sudah melakukan pembayaran dividen. Sehingga harapannya permintaan untuk dolar secara domestik bisa perlahan-lahan turun.
Bersamaan dengan itu, beberapa harga komoditas juga tampaknya mulai mengalami perbaikan, seperti batu bara dan kelapa sawit.
Advertisement
Laju Ekspektasi IHSG
Lalu untuk ekspektasi IHSG, Joezer mencatat meskipun valuasi masih tergolong sudah murah di level sekarang, tapi mungkin growth-nya ini akan cukup challenging. Sampai pada saat kebijakan bisa lebih ke pro-growth. Dengan asumsi penurunan suku bunga terjadi pada kuartal IV 2024, maka sekarang adalah saat yang tepat untuk masuk pasar saham.
"Kalau kita base case-nya benar, jadi harusnya di posisi di periode di kuartal II ini seharusnya bisa mulai pelan-pelan masuk ke pasar saham sebenarnya cukup menarik," kata Joezer.
Dari sisi sektornya, Joezer mengatakan untuk 3-6 bulan ke depan, pertumbuhan IHSG akan lebih akselerasi ada di sektor yang non-perbankan. Menurut dia, sektor non-perbankan mulai menunjukkan perbaikan pertumbuhan pada tahun ini setelah mengalami tekanan pada periode sebelumnya.
"Saya rasa untuk 12 bulan positioning sebenarnya terutama untuk fundamentalist, itu sudah mulai menarik ya di level sekarang. Tapi kita melihat mesti memang jangka panjang investment horizon-nya. Dengan harapan bahwa memang rate cutting cycle itu paling nggak terjadi di kuartal IV tahun ini, atau paling tidak di awal tahun 2025, harusnya secara 12 bulan positioning di saham bisa menarik lagi," pungkas Joezer.