Liputan6.com, Jakarta - Gempa melanda Garut, Jawa Barat pada Minggu 28 April 2024 lalu. Gempa magnitudo 6,5 itu merusak 110 unit bangunan. Di tengah bencana tersebut, muncul hoaks yang menyebut gempa Garut mengakibatkan longsor di Banjarwangi.
Advertisement
Tetapi faktanya, peristiwa longsor di Kampung Sirnagalih Desa Talagajaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat terjadi pada 25 April 2024, sedangkan gempa di Garut terjadi pada 27 April 2024.
Konten hoaks lain pernah muncul saat Tuban dilanda gempa magnitudo 5,9 pada 22 Maret 2024 lalu. Ketika itu beredar sebuah video yang menampilkan kondisi jalanan terbelah dan bangunan rumah yang hancur.
Dalam video tersebut terdapat narasi yang diklaim kondisi terkini akibat gempa magnitudo 5,9 di Tuban. Video berdurasi 14 detik itu memperlihatkan kondisi jalanan terbelah dan bangunan rumah yang ambruk diduga akibat gempa. Namun faktanya, video tersebut merupakan peristiwa gempa yang melanda Cianjur, Jawa Barat pada November 2022.
Ada juga konten hoaks berisi ramalan atau prediksi tentang adanya bencana besar yang melanda suatu daerah. Bahkan, hoaks tersebut mencatut lembaga resmi seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Contohnya yaitu konten berisi prediksi tsunami yang bakal menerjang Sumatera pada 2024. Konten tersebut mencatut pernyataan dari Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.
Namun setelah ditelusuri, Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, unggahan tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut dia, konten tersebut sebagai bentuk pesan kewaspadaan terhadap keberadaan sumber gempa Sesar Sumatra sebagai sumber ancaman gempa di darat, bukan prediksi atau ramalan bencana.
Ciri-ciri Hoaks Bencana yang Beredar di Media Sosial
Salah satu motif yang mendorong pembuat dan penyebar hoaks bencana yakni menciptakan suasana yang tidak kondusif di tengah masyarakat. Berikut ciri-ciri konten hoaks terkait bencana.
1. Prediksi Waktu Gempa
Peristiwa gempa bumi belum bisa diprediksi oleh siapa pun, kapan, di mana, dan berapa kekuatannya. Jika menemukan informasi berisi ramalan gempa besar melanda suatu daerah, dapat dipastikan itu hoaks.
2. Mencatut Nama Lembaga Tertentu
Pesan berisi ramalan bencana tak jarang mencatut nama lembaga tertentu, misalnya BMKG. Hati-hati jika menemukan konten tersebut, ada baiknya mengecek terlebih dahulu ke pihak atau lembaga yang namanya dicatut dalam pesan tersebut.
3. Gambar atau Video yang Tidak Sesuai
Tak jarang konten hoaks terkait bencana berisi video dan foto. Contohnya, konten video atau foto bencana yang sudah lalu disebarkan lagi dan viral. Kemudian diberi narasi seakan-akan video atau foto tersebut merupakan peristiwa bencana yang terjadi saat ini.
4. Tak Ada Nomor Kontak
Ciri-ciri konten hoaks lainnya yaitu tidak ada lembaga maupun nomor kontak yang bertanggungjawab atas informasi itu sendiri. Jika menemukan informasi semacam ini, ada baiknya tidak disebar dan dicek ke saluran resmi milik pemerintah.
Advertisement
Tips Terhindar dari Hoaks Seputar Bencana
Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk terhindar dari informasi palsu atau hoaks saat terjadi bencana. Berikut langkah-langkahnya.
1. Pantau Akun Medsos Resmi dari Lembaga Pemerintah terkait Bencana
Akun media sosial resmi milik pemerintah seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wajib dipantau jika ingin mengetahui informasi terbaru seputar bencana. Ketika gempa terjadi di suatu daerah, BMKG melalui akun media sosial resminya, langsung memposting peristiwa tersebut. Mulai dari lokasi, kekuatan, kedalaman gempa, hingga potensi tsunami.
Berikut akun media sosial resmi milik BMKG
- Website: bmkg.go.id
- Facebook: @infoBMKG
- X: @infoBMKG
- YouTube: @infoBMKG
- TikTok: @infoBMKG
Selain BMKG, masyarakat juga perlu memantau akun media sosial resmi milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lembaga yang dipimpin Letjen TNI Suharyanto itu kerap mengunggah penanganan bencana yang terjadi di beberapa daerah lewat media sosialnya.
- Website: bnpb.go.id
- Instagram: @bnpb_indonesia
- X: @BNPB_indonesia
- Facebook: @InfoBencanaBNPB
2. Ketahui Sumber Informasi
Mengecek sumber informasi yang diterima di media sosial wajib dilakukan agar tidak menjadi korban hoaks saat terjadi bencana. Jika sumber tesebut bukan berasal dari media atau instansi resmi, maka kebenaran dari informasi tersebut patut dipertanyakan.
3. Perbanyak Literasi tentang Bencana Alam
Dengan banyak membaca dan mencari tahu tentang suatu bencana, maka akan memperkaya informasi, sehingga risiko memercayai berita hoaks akan semakin minim.
4. Cari Informasi Melalui Media Massa
Informasi tentang suatu bencana alam pasti disiarkan oleh media massa. Karena media massa memiliki peran dalam menyiarkan informasi terkait bencana dari suatu lembaga atau organisasi pemerintah.
5. Hubungi Nomor Darurat
Jika terjadi bencana sebaiknya masyakat langsung menghubungi nomor darurat. Selain untuk mitigasi, nomor ini bisa digunakan untuk mencari informasi terkait bencana. Berikut ini beberapa nomor telepon darurat yang perlu diketahui.
- Layanan Panggilan Darurat: 112
- BMKG: 196
- Nomor Kepolisian: 110
- Pemadam Kebakaran: 113 atau 1131
- Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas): 115
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB): 117
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement