Diskon Saham Big Cap, Bagaimana Strateginya?

Ketegangan geopolitik Timur Tengah rupanya berdampak terhadap pasar modal Indonesia, membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Mei 2024, 12:00 WIB
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Ketegangan geopolitik Timur Tengah rupanya berdampak terhadap pasar modal Indonesia, membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot dari 7.286 sebelum libur Lebaran ke 7.164 pada 7 Mei 2024 setelah Lebaran.

Pasca serangan balik Iran ke Israel, rupiah juga terpuruk hingga menembus Rp 16.170 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, pelemahan Rupiah mengikuti tren pelemahan mata uang negara-negara berkembang di tengah ketidakpastian global yang mencapai puncak tertingginya.

Saham-saham berfundamental bagus yang sempat merangkak naik sejak akhir 2023, langsung anjlok akibat meningkatnya ketidakpastian. Begitu pula saham-saham non Bank berkapitalisasi besar.

“Faktor Timur Tengah telah membuat saham-saham berguguran, tidak hanya saham medioker tetapi juga saham-saham berkapitalisasi besar penopang index lintas sektor seperti perbankan, energi, manufaktur dan telekomunikasi,” kata Piter Abdullah, dikutip Kamis (16/5/2024).

Saham BBCA misalnya yang sebelum libur lebaran sempat menembus angka Rp 10.325 per saham, jatuh ke harga Rp 9.475 pasca serangan Iran ke Israel (16/4), dan mencapai harga terendah Rp.9.350 pada 22 April 2024. Hal yang sama terjadi pada saham BMRI, BBRI, dan BBNI.

Padahal, jika dilihat fundamental emiten-emiten tersebut memiliki kinerja solid selama kuartal I 2024. Bank BCA mencatatkan keuntungan Rp 12,9 triliun selama kuartal I 2024, atau naik 11,7% year on year. Bank Mandiri juga mencetak laba 12,7 triliun (naik 1,13% yoy), BRI mendapatkan laba Rp 15,88 triliun (naik 2,45% yoy) dan BNI mendapatkan laba Rp 5,33 triliun (naik 2% yoy).

“Artinya penurunan harga saham sama sekali tidak berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan (emiten),” jelas Piter.

 


Saham Non-Bank

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sama dengan harga saham emiten non-perbankan lainnya, harga saham Telkom (TLKM) juga mengalami tekanan. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Telkom terkikis 12,6%, sementara kalau dihitung sejak awal tahun atau year to date (ytd) harga saham Telkom turun 12,1%.

Kalau dilihat, kinerja keuangan atau fundamental Telkom, menurut Piter Abdullah sangat baik. Pada kuartal I-2024, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp 37,4 triliun atau tumbuh 3,7% year on year. Sementara EBITDA Telkom tumbuh sebesar 2,2% year on year menjadi Rp 19,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 6,1 triliun.

Piter melihat kinerja Telkom didukung oleh kinerja anak-anak perusahaannya. Pada kuartal I 2024, Telkomsel masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Telkom. Menurut Piter, meskipun sama-sama mampu menjaga tingkat keuntungan, kinerja Telkom di industri telekomunikasi patut diapresiasi bila dibandingkan dengan bank BCA ataupun bank-bank himbara.

"Kemampuan Telkom menjaga pertumbuhan pendapatan dan juga tingkat keuntungan di kala Telkom sedang melakukan strategi transformasi di tengah gelombang disruption industri telekomunikasi patut dihargai. Proses transformasi di Telkom dilakukan saat perusahaan masih sehat dan berlangsung cukup mulus," kata dia.

 


Performa IHSG

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer menilai performa saham big caps masih sejalan dengan performa IHSG yang terbilang cukup volotaile di awal tahun ini. Kinerja IHSG sendiri masih banyak dipengaruhi oleh perubahan ekspektasi pasar terkait dengan penurunan suku bunga The Fed.

Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup volatile di dua bulan terakhir. Dan yang ketiga adalah penyesuaian ekspektasi pasar terhadap potensi pertumbuhan IHSG, konflik geopolitik juga turut berpengaruh banyak khususnya pada harga komoditas global.

"Kami kira di semester depan pertumbuhan IHSG akan lebih banyak di konstribuskan oleh saham-saham non perbankan seperti saham komoditas. Dengan situasi serta sentimen yang ada di market sekarang hal ini cenderung akan menguntungkan bagi saham komoditas dalam negeri, terlebih lagi emiten komoditas yang fokus pada bisnis crude oil, coal, and natural gas," kata Khaer kepada Liputan6.com.

Pada kondisi ini, Khaer merekomendasikan trading buy pada saham MEDC dengan TP 1.410, ADRO Hold, dan trading buy PTBA dengan TP 3.030.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya