Cek Fakta: Tidak Benar Stroke Dipicu Minum Air Dingin saat Gelombang Panas Melanda Indonesia

Beredar di media sosial klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia, lalu bagaimana faktanya? Simak artikel penelusuran berikut ini.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Mei 2024, 15:00 WIB
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia, informasi tersebut diunggah salah satu akun Facebook, pada 3 Mei 2024.

Klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia berupa tulisan sebagai berikut:

"Indonesia juga kena "Heatwave "

Bahaya gelombang panas Peringatan bagi warga Indonesian dan sekitarnya Malaysia/Singapura *Bersiaplah untuk gelombang panas berikutnya* Antara 40 dan 50 °C. Selalu minum air bersuhu ruangan secara perlahan. Hindari minum air dingin atau es !

Saat ini negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, dan Singapura sedang mengalami “gelombang panas”. Ini adalah hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan:

*1. Dokter menganjurkan untuk tidak minum air yang terlalu dingin saat suhu mencapai 40°C, karena pembuluh darah kecil kita bisa pecah.* Menurut laporan, seorang teman dokter pulang ke rumah pada hari yang panas - dia berkeringat banyak dan ingin segera menenangkan diri - dan dia segera membasuh kakinya dengan air dingin... Tiba-tiba, dia pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

*2. Saat suhu luar ruangan mencapai 38℃, sesampainya di rumah jangan minum air dingin, cukup minum air hangat secara perlahan.* Jika tangan atau kaki Anda terkena sinar matahari, jangan langsung mencuci tangan atau kaki Anda. Tunggu setidaknya setengah jam sebelum mencuci atau mandi.

*3. Ada yang ingin menghindari panas dan segera mandi. Usai mandi, pria tersebut dilarikan ke rumah sakit karena rahang kaku dan stroke.*

*Tolong dicatat

Saat cuaca panas atau jika Anda sangat lelah, hindari segera minum air yang terlalu dingin karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah atau pembuluh darah yang dapat berujung pada stroke. *Tolong sebarkan peringatan ini kepada orang lain !*"

Benarkah klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.


Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia, sebelumnya informasi tersebut telah dikonfirmasi dengan menghubungi Dokter relawan Covid-19, dr Muhammad Fajri Addai.

dr Fajri mengatakan, tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan stroke itu disebabkan suhu panas lalu meminum air dingin.

"Enggak ada. Stroke ada dua jenisnya pendarahan atau stroke pembukaan darah, kedua stroke ini prosesnya jauh hari, setahun dua tahun prosesnya," kata Fajri saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurutnya, untuk mengatasi cucanya panas memang harus minum air agar terhindar dari dehidrasi, namun tidak ada saran yang menyatakan harus minum air panas

"Tidak ada yang menyarankan untuk mengatasi suhu panas minum air hangat, enggak ada, biasa saja, tapi bahwa harus minum iya mencukupkan dehidrasi tubuh kita betul," ujarnya.

Fajri melanjutkan, minum air dingin dengan jumlah sedikit diperbolehkan untuk menstabilkan suhu panas. Sebab jika sedang dalam cuaca panas minum air panas akan membuat panas tubuh.

"Kalau lagi panas, jangan minum air panas, nanti tambah panas tubuh kita," katanya mengakhiri.

Terkait dengan gelombang panas, Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim Indonesia memasuki fase gelombang panas, penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Indonesia Tidak Diterjang Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG" yang dimuat situs Liputan6.com, pada 6 Mei 2024.

Dalam artikel Liputan6.com, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave. Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkap Dwikorita kepada wartawan, Senin (6/5/2024).

Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Suhu panas yang terjadi, kata Dwikorita, adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Sama halnya dengan kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

Hal tersebut, kata dia, juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," paparnya.

 Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi, Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan, suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu. Suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0°C, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8°C, serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8°C.

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, kata Ardhasena, hingga awal Mei 2024 menunjukkan bahwa baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Wilayah yang telah memasuki periodemusim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara. Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulauJawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

"Meskipun demikian, sekitar 76 % wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," imbuhnya.

 


Kesimpulan

Hasil penelusuran Cek Fakta Liputan6.com klaim stroke dipicu minum air dingin saat gelombang panas melanda Indonesia tidak benar.

Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan stroke itu disebabkan peralihan suhu panas ke dingin pada tubuh.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave. Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

Banner Cek Fakta: Salah (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya