Dermaga Terapung Buatan AS di Jalur Gaza Mulai Beroperasi, Konvoi Pengangkut Bantuan Telah Melintas

Konvoi pengangkut bantuan pertama kalinya melintasi dermaga terapung di Jalur Gaza itu pada Jumat (17/5/2024) pagi.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 17 Mei 2024, 14:00 WIB
Gambar yang disediakan oleh Komando Pusat AS menunjukkan tentara Angkatan Darat AS yang ditugaskan di Brigade Transportasi ke-7 (Ekspedisi), pelaut Angkatan Laut AS yang ditugaskan di Batalion Konstruksi Amfibi 1, dan Pasukan Pertahanan Israel menempatkan Dermaga Trident di pantai Jalur Gaza pada hari Kamis (16/5/2024). (Dok. Komando Pusat AS via AP)

Liputan6.com, Gaza - Amerika Serikat (AS) melabuhkan dermaga terapung di Jalur Gaza pada hari Kamis (16/5/2024) untuk meningkatkan pengiriman bantuan. PBB mengaku mereka masih menyelesaikan rencana operasional untuk menangani distribusi bantuan setelah bantuan tersebut turun dari dermaga.

Kantor berita AP pada Jumat (17/5) melaporkan bahwa sejumlah truk pengangkut bantuan telah melintasi dermaga terapung tersebut untuk pertama kalinya hari ini. Komando Pusat militer AS mengakui kabar tersebut dengan mengatakan bantuan pertama menyeberang ke Jalur Gaza pada pukul 09.00 waktu setempat. Dikonfirmasi tidak ada tentara AS yang mendarat dalam operasi tersebut.

Bagaimanapun, PBB dan badan-badan kemanusiaan mengatakan masih ada tantangan yang harus diselesaikan.

"Jika Anda menghadapi zona perang aktif seperti Jalur Gaza … keamanan distribusi internal sangat sulit, ditambah dengan kurangnya bahan bakar," kata kepala bantuan PBB Martin Griffiths kepada Reuters pada hari Kamis.

Presiden Joe Biden mengumumkan dermaga tersebut pada bulan Maret ketika PBB meminta Israel untuk meningkatkan akses pasokan bantuan ke Jalur Gaza melalui jalur darat. Dengan membuka jalur pengiriman bantuan melalui laut, AS berharap dapat memerangi krisis kemanusiaan yang telah menyebabkan ratusan ribu orang berisiko kelaparan.

Proyek dermaga terapung ini mahal dan lambat. Cuaca buruk telah menunda penempatan dermaga yang diperkirakan menelan biaya USD 320 juta dan melibatkan 1.000 tentara AS.

PBB bersikukuh bahwa akses maritim bukanlah pengganti daratan.

"Untuk mencegah kengerian kelaparan, kita harus menggunakan rute tercepat dan paling jelas untuk menjangkau masyarakat Gaza – dan untuk itu, kita memerlukan akses melalui darat sekarang," kata wakil juru bicara PBB Farhan Haq pada hari Kamis.

"Membawa bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di dalam dan di seluruh Gaza tidak dapat dan tidak boleh bergantung pada dermaga terapung yang jauh dari tempat yang paling membutuhkan."

PBB dan kelompok bantuan telah lama mengeluhkan bahaya dan hambatan dalam memasukkan bantuan dan mendistribusikannya ke seluruh Jalur Gaza.

PBB sejauh ini telah kehilangan 191 staf – termasuk staf asing pertamanya pada hari Senin (13/5) – selama lebih dari tujuh bulan perang Israel Vs Hamas di wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu.

"Dalam beberapa hari pertama operasi seperti ini akan ada banyak trial and error," kata seorang pejabat PBB yang tidak mau disebutkan namanya. "Dan kami hanya berharap trial and error ini tidak berakhir dengan terbunuhnya seseorang."

Perang terbaru di Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober dengan serangan Hamas ke Israel selatan yang diklaim menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang. Sementara itu, otoritas Kesehatan Jalur Gaza menyebutkan bahwa serangan balasan Israel ke Jalur Gaza telah membunuh lebih dari 35.000 warga Palestina.


Distribusi Bantuan Pakai Pihak Ketiga

Anak-anak menunggu sambil memegang panci kosong bersama pengungsi Palestina lainnya untuk mendapatkan makanan menjelang berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan, di Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 16 Maret 2024. (SAID KHATIB/AFP)

PBB mengatakan dibutuhkan 500 truk setiap hari untuk memasuki Jalur Gaza. Pada April, disebutkan bahwa volume tertinggi pasokan kemanusiaan dan komersial yang masuk ke Jalur Gaza sejak perang dimulai adalah rata-rata 189 truk per hari.

Namun, akses bantuan telah berkurang sejak Israel memulai operasi militer di Rafah, Gaza Selatan.

Kekurangan bahan bakar yang parah di Jalur Gaza telah memaksa PBB memperingatkan bahwa operasi bantuan bisa dihentikan.

"Tidak peduli bagaimana bantuan itu datang, baik melalui laut atau darat, tanpa bahan bakar, bantuan tidak akan sampai ke orang-orang yang membutuhkannya," tegas Haq.

Militer Israel, kata seorang sumber yang mengetahui operasi ini, setuju untuk menyediakan pasokan bahan bakar yang cukup "secara teratur dan dapat diprediksi".

Bantuan untuk Jalur Gaza sendiri akan dikirim dari Siprus, di mana pihak Israel akan memeriksanya terlebih dahulu. Pasukan AS yang mengoperasikan dermaga tersebut tidak akan mendarat di Jalur Gaza.

Setibanya di darat, bantuan yang datang dari dermaga akan melalui jalur yang menantang dan masih belum pasti untuk menjangkau warga sipil Jalur Gaza.

Menurut para pejabat AS dan PBB, pihak ketiga akan mengambil bantuan dari dermaga, membawanya dalam jarak dekat dan kemudian menurunkannya untuk diambil oleh PBB. Pejabat PBB mengatakan pihak ketiga lainnya – yang dikontrak oleh PBB – akan memuat bantuan tersebut ke dalam truk dan membawanya ke titik distribusi di seluruh Jalur Gaza.

Pejabat PBB menyebutkan bahwa ada rencana menempatkan staf PBB di dekat dermaga untuk mengawasi dan mengarahkan truk bantuan ke titik distribusi di seluruh Jalur Gaza, namun rencana tersebut belum disetujui oleh Departemen Keselamatan dan Keamanan PBB.

Sebuah tim PBB yang mengunjungi lokasi dermaga akhir bulan lalu harus berlindung di bunker setelah daerah tersebut diserang. PBB memastikan netralitas dengan menjaga jarak yang tepat dari militer Israel, yang akan memberikan dukungan keamanan dan logistik untuk dermaga tersebut.

Pejabat PBB itu mengatakan "tidak akan ada" kontak antara militer Israel dan staf PBB.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya