68.000 Lansia di Jepang Bakal Meninggal Sendirian di Rumah Tahun 2024

Seiring Jepang menghadapi penuaan populasi, dukungan bagi orang-orang yang hidup dan menua sendirian menjadi prioritas yang semakin penting dalam kebijakan negara.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 20 Mei 2024, 19:10 WIB
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Liputan6.com, Tokyo - Mulai dari Januari hingga Maret 2024, sebanyak 21.716 orang di Jepang tercatat meninggal sendirian di rumah.

Hampir 80% di antaranya berusia 65 tahun atau lebih, kata National Police Agency (NPA) atau Badan Kepolisian Nasional pada Senin (15/5) saat merilis penghitungan resmi mengenai kematian soliter untuk pertama kalinya, melansir dari Japan Times, Senin (21/5/2024).

Berdasarkan data mencakup mereka yang meninggal karena bunuh diri, jumlah lansia yang meninggal sendirian di rumah diperkirakan mencapai 68.000 setiap tahun, kata pejabat NPA Kazuhito Shinka selama sesi komite Majelis Rendah pada hari yang sama.

Adapun Shinka menjawab pertanyaan dari Akira Nagatsuma, mantan menteri kesejahteraan dari Partai Demokrat Konstitusional Jepang.

Seiring Jepang bergulat dengan penuaan populasi yang cepat, kebijakan pemerintah semakin berfokus untuk mendukung mereka yang hidup dan menua sendirian.

Menurut statistik pemerintah, persentase rumah tangga satu orang mencapai 36% pada tahun 2020, dengan persentase yang diperkirakan tetap tinggi di masa yang akan datang.

Persentase mereka yang berusia 65 tahun ke atas adalah 28,6% pada tahun 2020, dan juga diperkirakan akan meningkat lebih lanjut.

Selain itu, menurut National Institute of Population and Social Security Research, jumlah orang di atas 65 tahun yang tinggal sendirian diperkirakan akan melonjak dari 7,38 juta pada tahun 2020 menjadi 8,87 juta pada tahun 2030, lalu 10,84 juta pada tahun 2050.

Jumlah orang yang meninggal sendirian tanpa diketahui oleh siapa pun dan karena alasan mengabaikan diri sendiri juga dikhawatirkan akan meningkat, meskipun masalah ini sudah lama ada di Jepang.


Koritsushi atau Kematian Terisolasi

Ilustrasi orang meninggal. (BBC)

Frasa koritsushi, atau yang memiliki makna kematian terisolasi, termasuk ke dalam leksikon populer di Jepang setelah Gempa Hanshin yang cukup besar pada tahun 1995, di mana banyak orang tua yang kehilangan tempat tinggal mereka dan terpaksa tinggal di perumahan sementara untuk jangka waktu yang lama.

Beberapa dari mereka kemudian mengabaikan diri sendiri, di mana mereka menolak untuk merawat diri sendiri atau menerima perawatan yang diperlukan dari orang lain.

Para ahli mengatakan bahwa demensia, permasalahan daya ingat, dan penyakit mental sering memicu keadaan tersebut, mencatat bahwa meskipun orang menolak untuk menerima perawatan dari orang lain, pemerintah perlu menemukan cara untuk membantu mereka agar dapat hidup lebih baik.

Dampak sosial dari kematian soliter terhadap orang-orang yang ditinggalkan, seperti tetangga dan anggota keluarga, juga harus dipertimbangkan, kata mereka.


Akan Diselidiki Lebih Lanjut

Ilustrasi kota Tokyo, Jepang. (Unsplash/agafapaperiapunta)

Laporan tahun 2011 oleh NLI Research Institute tentang koritsushi dan pengabaian diri menunjukkan bahwa 70% pemerintah daerah di seluruh negeri tidak mengumpulkan data mengenai kasus kematian soliter, sementara 85% bahkan tidak memiliki definisi yang jelas tentang kematian semacam itu.

Dengan latar belakang ini, Kantor Kabinet pada bulan Agustus lalu meluncurkan kelompok kerja ahli untuk menyelidiki situasi saat ini yang berkaitan dengan kematian soliter sebagai bagian dari langkah-langkah untuk merancang kebijakan yang diperlukan.

Dalam laporan sementara yang dirilis pada bulan Desember 2023, para ahli mendefinisikan koritsushi sebagai "cara kematian di mana seseorang meninggal tanpa dirawat oleh siapa pun dan tubuhnya ditemukan beberapa waktu kemudian". 

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya