Lalat Invasi 20 Kota di Spanyol, Apakah Perubahan Iklim Penyebabnya?

Laporan dari Federasi Kotamadya dan Provinsi Galicia, menyatakan bahwa hingga 20 daerah di seluruh Pontevedra, Lugo, A Coruña, dan Ourense sedang mengalami ledakan jumlah lalat.

oleh Fitria Putri Jalinda diperbarui 25 Mei 2024, 18:35 WIB
Ilustrasi lalat. (Gambar oleh jggrz dari Pixabay)

Liputan6.com, Madrid - Di beberapa daerah di Spanyol, lalat membuat hidup masyarakat terasa seperti di neraka.

Tomiño, sebuah kotamadya di Provinsi Pontevedra di komunitas otonom Galicia, mengalami peningkatan mendadak jumlah lalat biasa. Begitu menetas, lalat-lalat ini langsung mencari makanan dan sering tertarik pada bau dari rumah-rumah penduduk.

Wali Kota Sandra González menyampaikan kepada media lokal setempat bahwa meskipun serangga ini tidak menyebarkan penyakit, dan dianggap "merusak kesehatan psikologis" orang-orang yang menderita akibat wabah hama ini.

Sandra juga menambahkan bahwa situasi ini memerlukan respons terkoordinasi dari otoritas di daerah tersebut untuk mengatasi penyebab di balik invasi lalat ini. 

Laporan dari Federasi Kotamadya dan Provinsi Galicia, seperti dikutip dari Euro News, Jumat (25/5/2024), menyatakan bahwa hingga 20 daerah di seluruh Pontevedra, Lugo, A Coruña, dan Ourense sedang mengalami ledakan jumlah lalat

Namun, beberapa wali kota dari kota-kota itu menyangkal bahwa ada masalah di daerah yang menyebabkan klaim bahwa skala masalah ini dilebih-lebihkan. 

Apa yang menyebabkan kawanan lalat di Galicia?

Meskipun saat ini tidak ada cara untuk menghubungkan kawanan lalat di berbagai kota tersebut, para ahli memiliki beberapa teori.

Sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok riset dari Universitas Vigo menujukkan bahwa perubahan iklim dan praktik pertanian yang buruk bisa menjadi dua faktor yang mendorong peningkatan jumlah lalat. 

Hujan deras yang diikuti oleh cuaca panas dan kelembapan tinggi dikombinasikan dengan bahan organik seperti pupuk yang membusuk di ladang, terciptalah lingkungan yang sempurna bagi lalat untuk bertelur, dan larva mereka menetas serta tumbuh dengan cepat 

 


Pupuk jadi Tempat Kembang Biak Lalat

ilustrasi lalat/https://unsplash.com/philip veater

Pertanian di Tomiño, menurut penduduk setempat, sekarang lebih sering dipupuk untuk meningkatkan produksi pangan. Mereka juga mengatakan pupuk disemprotkan langsung ke tanah di mana jejaknya tetap berada selama berminggu-minggu, menyediakan tempat berkembang biak bagi lalat.

Lalat juga mengalami dormansi di musim dingin ketika suhu turun di bawah nol derajat. Namun, musim dingin yang tidak biasa dan hangat menyebabkan mereka bereproduksi sepanjang sebagian besar tahun.

Badai memperlambat proliferasi mereka, mengurangi kawanan lalat, tetapi segera kombinasi kondisi iklim dan pertanian ini kembali dan bersama dengan itu serangga-serangga ini.

Para ilmuwan mengatakan bahwa meskipun ada ledakan jumlah lalat yang tidak proporsional, ini tidak bisa disebut wabah. Di kotamadya seperti Tomiño, bagaimanapun, serangga ditemukan dalam beberapa kasus dalam "kepadatan yang benar-benar tidak dapat ditoleransi."

Mereka percaya bahwa jika lebih banyak masyarakat kota yang mengeluh, penelitian lebih lanjut juga diperlukan di seluruh wilayah untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang situasi di berbagai wilayah - beberapa di antaranya berjarak ratusan kilometer.


Apa yang Bisa Dilakukan

photo copyright by Barnaby Chambers (Shutterstock)

20 dewan kota telah bersatu untuk menuntut tindakan terkoordinasi dari pemerintah daerah terkait masalah ini.

Mereka menginginkan kolaborasi komunitas untuk mengurangi kondisi yang menyebabkan jumlah lalat yang ekstrem.

Para ahli mengatakan pedoman untuk membersihkan praktik pertanian guna mencegah proliferasi mereka bisa sangat membantu - sesuatu yang dapat disediakan oleh pemerintah daerah melalui pedoman.

Beberapa kota juga sedang mempelajari cara untuk meningkatkan populasi burung dan kelelawar yang memakan serangga tersebut sebagai upaya untuk mengurangi jumlah lalat di daerah yang sangat terdampak.


Kawanan Lalat Serang 8 Desa di Aceh

ilustrasi lalat/https://unsplash.com/sandhiya

Fenomena lalat yang menyerang kota-kota ini juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya di daerah Aceh.

Masyarakat dari delapan desa di Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) Provinsi Aceh merasa resah dengan munculnya kawanan lalatyang menyerang permukiman mereka.

"Masyarakat mulai khawatir dengan serangan kawanan lalat tersebut karena dapat membawa bakteri yang menyebabkan dan bisa terjangkit penyakit," kata Syamsuddin Ismail, warga Kuala Batee, Abdya di Blangpidie, Selasa (18/5/2021) dilansir Antara.

Delapan desa yang mengalami serangan lalat tersebut yakni Desa Ie Mameh, Rumoh Panyang, Alu Pisang, Lhok Gajah, Muka Blang, Krueng Batee, Lama Muda, dan Gampong Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya.

a mengatakan gangguan lalat menyerang permukiman membuat warga tidak nyaman. Selain beterbangan di pekarangan dan tempat umum, lalat juga telah memasuki rumah warga.

"Ngeri kita melihatnya, kalau berkerumun tampak menghitam karena jumlahnya banyak sekali," ujar Syamsuddin.

Menurut Syamsuddin, penyebab banyaknya kawanan lalat itu diduga berasal dari tempat usaha peternakan ayam milik sebuah perusahaan yang diperkirakan berjarak 60 meter dari pemukiman warga.

Infografis 6 Hewan Peliharaan Populer (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya