9 Langkah Sembuhkan Trauma Akibat Pelecehan Seksual

Korban pelecehan dan kekerasan seksual mungkin berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan makan, dan kecemasan.

oleh Arie Nugraha diperbarui 20 Mei 2024, 04:00 WIB
Ilustrasi kekerasan seksual. (dok. Pexels/Josie Stephens)

Liputan6.com, Bandung - Trauma akibat pelecehan seksual dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan mental korban.

Tidak hanya pemerkosaan, tetapi juga omongan, sentuhan, atau menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain termasuk dalam pelecehan seksual.

Menurut dr. Sheila Amabel dicuplik dari laman Dokter Sehat, Jumat, 17 Mei 2024, menjadi korban tindak kekerasan seksual dapat memberikan dampak yang besar pada hidup seseorang.

"Selain memengaruhi kondisi psikologis, hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fisik. Hal inilah yang membuat penanganannya membutuhkan dukungan dan kesabaran yang kuat," jelas Sheila.

Sheila menuturkan korban pelecehan dan kekerasan seksual mungkin berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan makan, dan kecemasan.

Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah penanganan untuk meredam efek buruk yang ditimbulkannya. Berikut ini berbagai cara untuk menangani trauma akibat pelecehan seksual, di antaranya:

1. Mencari Support System yang Tepat

Seseorang yang mengalami kekerasan seksual akan lebih banyak diam. Tindakan diam dilakukan karena korban merasa tertekan sehingga yang bisa dilakukan hanyalah merenungi keadaan.

Enggan membicarakan masalah yang dihadapi dengan orang lain, ada kemungkinan terjadi masalah di kemudian hari termasuk trauma yang parah.

Ceritakan masalah yang terjadi pada orang-orang terdekat. Bangun sistem pendukung yang baik sehingga rasa sakit di hati dan trauma berlebihan bisa diatasi.

Sementara jika hal ini terjadi pada anak di bawah umur, orang tua harus mengenali tanda anak mengalami pelecehan seksual. Dukungan yang besar dari orang-orang sekitar bermanfaat untuk menghilangkan trauma.

2. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Seseorang yang mengalami kekerasan seksual di masa lalu akan sulit memercayai siapa saja, meskipun itu pasangan sendiri. Cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah memberikan rasa percaya pada pasangan perlahan-lahan.

Tanamkan dalam diri kalau pasangan tidak akan menyakiti dan memberikan rasa nyaman yang besar. Sejalan dengan itu, pasangan juga berusaha membuat rasa percaya dari yang mengalami trauma jadi lebih tinggi.

Hal ini dilakukan dengan memperlakukannya dengan baik, tidak memaksa, dan selalu mengerti dengan keadaan.

3. Melakukan Latihan untuk Menenangkan Diri

Seseorang yang merasa pikirannya selalu kacau setiap saat khususnya kalau berhubungan dengan sesuatu yang terkait dengan aktivitas seksual, sepertinya membutuhkan latihan khusus.

Latihan meditasi bisa dilakukan dengan menenangkan diri. Saat keadaan sudah, seseorang akan merasa lebih nyaman dan membuang rasa sakit yang dimiliki.

Selanjutnya, imbangi juga meditasi dengan melakukan olahraga. Lakukan olahraga tertentu dan membuat tekanan di kepala reda.

Aneka olahraga jenis kardio bisa dilakukan atau melakukan yoga dengan teratur untuk membuat ketenangan tubuh berjalan lebih lancar.

Sebaiknya istirahatlah saat Anda lelah dan hindari godaan untuk kehilangan diri sendiri dengan melakukan aktivitas.

Hindari melakukan apa pun secara kompulsif, termasuk bekerja. Jika Anda kesulitan bersantai dan lengah, Anda bisa melakukan teknik relaksasi seperti meditasi dan yoga.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Kesehatan Seksual hingga Meditasi

4. Mendapatkan Kepuasan Seksual dengan Nyaman

Di dalam memori korban pelecehan seksual, segala macam aktivitas seks adalah sesuatu yang menyakitkan. Agar pandangan tentang seks bisa hilang dan berganti dengan yang baru, seseorang harus merasakan kenikmatannya terlebih dahulu.

Pasangan bisa melakukan seks dengan santai dan rutin. Kenikmatan harus didapatkan oleh kedua belah pihak.

Pada wanita, kenikmatan mungkin akan susah didapatkan. Namun, kenyamanan juga akan membuat kondisi trauma perlahan membaik.

5. Selalu Melakukan Seks dengan Kesepakatan

Pasangan disarankan melakukan seks secara rutin dan setiap akan melakukannya harus ada konsensus atau kesepakatan bersama.

Pasangan harus tahu atau menanyakan mana saja bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh. Dengan mempelajari hal-hal yang kecil, aktivitas bercinta bisa berjalan lancar dan pasangan akan lupa sendiri dengan trauma masa lalunya.

Lakukan komunikasi dengan pasangan sebelum melakukan seks. Bicarakan apa saja membuatnya takut dan bimbang. Selanjutnya selesaikan hal itu bersama-sama.

6. Melakukan Terapi Seksual

Memiliki trauma dengan tingkat keparahan tertentu mungkin masih bisa diatasi dengan dukungan orang terdekat.

Namun, kalau depresi sudah cukup parah, perlu adanya sesi terapi seksual atau terapi diri agar trauma yang dihadapi bisa segera dieliminasi perlahan-lahan.

Ketika melakukan sesi terapi umumnya terapis akan mengidentifikasi penyebab yang membuat Anda jadi trauma.

Setelah itu, terapis akan mengajari cara untuk lepas dari hal itu secara perlahan-lahan. Setiap orang memiliki kondisi trauma yang berbeda-beda.

Setiap kondisi itu dihadapi dengan hal yang berbeda pula. Kadang ada yang sangat cepat dan kadang ada yang lambat yang penting terapi dilakukan secara rutin agar penyembuhan berjalan lancar.

7. Meditasi Mindfulness

Anda dapat berlatih meditasi mindfulness di mana saja, bahkan saat sedang berjalan atau makan. Cukup fokus pada apa yang Anda rasakan dalam gerakan saat ini, termasuk sensasi dan emosi tubuh apa pun. Tujuannya adalah mengamati tanpa menghakimi.

8. Berusaha Melakukan Apa Saja yang Bermanfaat

Trauma yang terjadi pada seseorang bisa membuat hidup tidak teratur. Bahkan untuk hal lain sekali pun, trauma bisa saja memengaruhi.

Kalau Anda tidak mau mengalami kekacauan yang berlebihan ada baiknya untuk memilah mana saja yang sekiranya positif dan bisa dilakukan setiap harinya.

Trauma membuat seseorang terjebak dengan hal-hal yang tidak berguna dan membuat hidup jadi lebih berantakan. Mulailah untuk menerima kondisi dan mulai bangkit.

Jangan terlalu menyiksa diri atau terlalu keras dengan pikiran. Meski kejadian tidak akan mungkin bisa diubah, Anda masih bisa hidup dengan lebih baik lagi.

9. Menjaga Kesehatan Fisik

Penting untuk selalu konsumsi makan bergizi, olahraga secara teratur, dan perbanyak tidur—terutama saat sedang dalam masa penyembuhan dari trauma.

Olahraga khususnya dapat menenangkan sistem saraf yang mengalami trauma, menghilangkan stres, dan membantu merasa lebih kuat dan mengendalikan tubuh.

Meski cara di atas mungkin tidak serta-merta menghilangkan luka di masa lalu, tapi paling tidak bisa mengatasinya perlahan-lahan hingga akhirnya seseorang bisa merasa nyaman untuk menjalani aktivitas sehari-hari.


Dosen Unpar Dinonaktifkan karena Dugaan Kekerasan Seksual

Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, Dosen Luar Biasa (DLB) Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, SM, dinonaktifkan setelah diduga melakukan kekerasan seksual terhadap sejumlah korban perempuan.

Secara resmi, Unpar telah mengeluarkan surat pemberitahuan terkait kasus yang menyeret dosen Mata Kuliah Filsafat Sosial dan Politik itu, pada 13 Mei 2024.

"Sejak munculnya beragam unggahan di media sosial yang menyatakan bahwa SM sebagai pihak yang terduga melakukan tindakan kekerasan seksual, yang bersangkutan sudah tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan apapun tidak terbatas pada kegiatan akademik dan non-akademik di lingkungan Unpar yang diselenggarakan baik secara daring maupun luring per 13 Mei 2024," dikutip dari surat tersebut, diterima Liputan6.com, 14 Mei 2024.

Pihak Unpar menyatakan, penonaktifan itu dilakukan untuk memberi kesempatan proses pemeriksaan dan proses pelaporan, serta upaya mencegah agar tidak terulang dan tidak meluas.

"Dengan demikian, sejak tanggal tersebut, seluruh kegiatan yang dilakukanoleh yang bersangkutan (jika ada) di luar Universitas Katolik Parahyangan tidakterafiliasi dengan Universitas Katolik Parahyangan".


Tampung Aduan

Selain itu, pihak Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Unpar membuka saluran aduan. Semua pihak yang mengalami kekerasan seksual oleh SM diminta melapor melalui Layanan Pengaduan Kekerasan Seksual di Lingkungan UNPAR.

Pihak Unpar memastikan, aduan atau laporan yang masuk melalui Satgas PPKS Unpar akan direspons secara normatif dan administratif. Aduan yang masuk akan menjadi dasar bagi Unpar untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap SM.

"Unpar akan terus mengawal kasus ini, sesuai dengan komitmen UNPAR untuk menjamin kampus aman tanpa kekerasan seksual. Apabila diperlukan, UNPAR jugaakan memberikan pendampingan bagi sivitas akademika UNPAR yang menjadi korban," dikutip dari surat edaran.

Pesan Pengakuan

Sebelumnya, sebuah tulisan mengatasnamakan Syarif Maulana yang diunggah melalui akun media sosial @syarifmaulini, menyampaikan pengakuan atas tindakan kekerasan seksual.

Berikut kutipan dari unggahan tersebut pada 10 Mei 2024 pukul 11.31 WIB:

"Nama saya syarif maulana. Menyikapi postingan yang beredar di X dan media sosial lainnya, saya memohon maaf sebesar-besarnya dan menyampaikan pengakuan sebagai berikut:

Saya mengaku bersalah atas perbuatan mengirimkan pesan lewat Whatsapp, DM X, atau Instagram pada sejumlah orang yang saya kenal langsung atau sebatas mutual di media sosial, yang berisi pesan genit dan flirting seperti permintaan foto diri (PAP), ajakan untuk bertemu, ajakan untuk berelasi, dan dalam kasus tertentu berujung pada pengiriman pesan mesum, tidak sopan dan tidak senonoh hingga ajakan untuk berhubungan seksual, yang menyebabkan perasaan tidak nyaman dan bahkan trauma pada korban.

Saya mengaku bersalah atas perbuatan yang dilakukan pada saat pertemuan tatap muka dengan sejumlah orang yang saya kenal langsung, yang menunjukkan dan menyampaikan pesan genit dan flirting, yang dalam kasus tertentu berujung pada pesan mesum, tidak sopan dan tidak senonoh berupa ajakan berelasi hingga ajakan berhubungan seksual, yang menyebabkan perasaan tidak nyaman dan bahkan trauma pada korban.

Terkait postingan di X perihal kasus kekerasan seksual saat saya bekerja di T**kom (antara tahun 2013 2017), saya bersedia diperiksa oleh tim investigasi dan bekerjasama penuh mengikuti segala proses yang diperlukan. Saya memohon maaf sebesar-besarnya pada para korban. Saya juga memohon maaf pada para pihak yang telah dirugikan akibat perbuatan saya ini, termasuk diantaranya teman-teman Kelas Isolasi, komunitas, jejaring, para penerbit, toko buku, penyelenggara acara, kampus, dan pihak-pihak lainnya yang pernah dan sedang bekerjasama dengan saya.

Terkait masalah pinjol dan keterlambatan pengiriman buku yang telah dipesan selama hampir dua bulan (sebagaimana dituliskan juga dalam sejumlah postingan di X), akan saya selesaikan secepatnya dan segera menghubungi pihak-pihak yang dirugikan.

Perbuatan yang saya lakukan ini adalah murni kesalahan saya pribadi dan tidak ada sangkut pautnya dengan komunitas, jejaring, dan pihak-pihak lain yang pernah dan sedang bekerjasama dengan saya. Saya meminta maaf, sangat menyesal atas perbuatan-perbuatan tersebut, berjanji untuk tidak mengulanginya, dan bersedia menerima segala konsekuensi, bekerjasama penuh dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh tim investigasi, serta bertanggung jawab menanggung seluruh biaya dan menjalankan langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka pemulihan psikis para korban."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya