Waspada Potensi Kekeringan dan Karhutla di Kabupaten Bandung

BPBD Kabupaten Bandung mengingatkan masyarakat mewaspadai potensi kekeringan dan kebakaran saat kemarau.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 20 Mei 2024, 02:00 WIB
Adapun sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Bandung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mewaspadai potensi kekeringan dan kebakaran hutan atau lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten Bandung.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama menyampaikan, musim kemarau diperkirakan berlangsung pada Mei sampai September 2024 ini meski hujan masih kerap turun di Kabupaten Bandung.

"Belum sepenuhnya musim kemarau karena sewaktu-waktu masih ada turun hujan di beberapa wilayah di Kabupaten Bandung. Seperti pada Kamis (16/5)2024), sempat turun hujan di Cimaung, Banjaran, Cangkuang, Soreang, Katapang dan daerah lainnya," katanya lewat keterangannya di Bandung (17/5/2024).

Uka mengaku telah menerima laporan bahwa sejumlah desa mulai kesulitan air, di antaranya di wilayah Kecamatan Arjasari. Masyarakat, kata Uka, mulai meminta suplai air bersih ke wilayahnya.

"Kebutuhan air yang ada di desa tersebut bergantung pada curah hujan. Terutama yang bersumber dari sumur gali atau air tanah. Ketika ada turun hujan, sumur gali mereka ada airnya," katanya.

Uka Suska juga mengimbau masyarakat supaya menghemat penggunaan air bersih saat musim kemarau. "Dengan harapan persediaan air bersih bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama," imbuhnya.

BPBD juga mengingatkan masyarakat untuk waspada akan potensi kebakaran. Kewaspadaan itu, misalnya, dengan tidak membuang atau menumpuk sampah sembarangan. Tumpukan sampah bisa turut memicu kebakaran saat musim kemarau.

"Jangan buang sampah sembarangan atau bakar sampah sembarangan. Masyarakat harus bijak mengelola sampah, secara ramah lingkungan," katanya. "Apalagi sampah rumah tangga, khususnya sampah organik bisa digunakan untuk pupuk organik tanaman," tandasnya.

BPBD diaku melibatkan para relawan yang ada di masing-masing desa dan kelurahan guna mendapatkan informasi dan respons cepat dalam setiap kemungkinan kejadian yang tidak diharapkan.

"Kita juga berharap ada proaktif atau respons cepat dari desa maupun kecamatan dalam setiap melaporkan situasi dan kondisi kejadian. Misalnya, terjadi kekeringan atau banjir," tuturnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya