3 Cara Dapat Pahala Tanpa Beramal, Emang Bisa?

Dalam Islam, Allah Ta’ala menunjukkan kasih sayang-Nya dengan menyediakan banyak cara bagi hamba-Nya untuk mengumpulkan pahala, bahkan tanpa melakukan amal fisik secara langsung.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2024, 10:30 WIB
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperoleh pahala.

Liputan6.com, Jakarta - Konsep beramal dalam Islam mencakup segala perbuatan baik yang dilakukan dengan niat ikhlas untuk memperoleh ridha Allah

Amalan ini bisa berupa ibadah langsung seperti sholat, puasa, zakat, dan haji, maupun perbuatan baik lainnya seperti membantu sesama, bersedekah, dan menjaga lingkungan. Setiap amal baik yang dilakukan oleh seorang Muslim, sekecil apapun, memiliki potensi untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Pahala sendiri merupakan ganjaran atau balasan dari Allah atas amal perbuatan baik yang dilakukan oleh seorang hamba. Dalam Al-Quran dan Hadis, dijelaskan bahwa Allah melipatgandakan pahala bagi amal baik yang dilakukan dengan ikhlas dan niat yang benar.

Petanyaannya, dapatkah mendapatkan pahala, sedangkan kita tidak beramal? Mungkinkah dapat pahala tanpa beramal?

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ini Cara Dapat Pahala Tanpa Beramal

Memberikan informasi tentang bersedekah, salah satu mendapat pahala tanpa beramal. Credit: freepik.com

Menukil Muslim.or.id, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ternyata, selain dengan beramal, kita bisa mendapatkan pahala yang banyak seperti hadis di atas walau tidak beramal dengannya. Berikut beberapa cara agar kita bisa mendapatkan pahala walau tidak dengan beramal.

1. Menjadi sebab seseorang untuk beramal

Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan (kepada orang lain), maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim).

Maka, siapa saja yang menginformasikan suatu ilmu agama, atau poster kegiatan agama, donasi, wakaf, sedekah, dan semisalnya, tatkala ada orang yang beramal dengan sebab mengetahui informasi tersebut dengan mengamalkan ilmu agama yang diperoleh, datang ke pengajian, atau menyalurkan hartanya di jalan Allah, ia akan mendapatkan pahala walau tidak melakukannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ جَهَّز غَازِياً فِي سَبِيلِ الله فَقَد غَزَا، وَمَنْ خَلَّف غَازِياً في أهلِه بخَير فقَد غزَا

“Siapa yang mempersiapkan bekal untuk orang yang berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah (ikut) berperang. Dan barangsiapa yang mengurus keluarga orang yang berperang di jalan Allah, maka ia dianggap benar-benar telah (ikut) berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim).


2. Bertekad kuat mengerjakan suatu amal

Membaca Al-Qur’an pahalanya akan dilipatgandakan.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Orang dengan keadaan kedua ini, ia mampu mengerjakan suatu amal. Akan tetapi, karena suatu hal, terhalangi untuk beramal.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

“Barangsiapa yang berniat (bertekad kuat) melakukan kebaikan lalu tidak (jadi) mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan (pahala) yang sempurna.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah niat dengan tekad yang kuat dan jujur, bukan sekedar angan-angan belaka. Misalnya, ada orang yang berniat memberikan infak ke masjid. Qadarullah sampai di masjid ia lupa membawa atau terjatuh dompetnya di perjalanan. Maka, ia sudah dicatat pahalanya di sisi Allah Ta’ala.

Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

“Barangsiapa yang berdoa pada Allah dengan jujur agar bisa mati syahid, maka Allah akan memberinya kedudukan syahid walau nanti matinya di atas ranjangnya.” (HR. Muslim)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنِ امْرِئٍ تَكُونُ لَهُ صَلاَةٌ بِلَيْلٍ فَغَلَبَهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَجْرَ صَلاَتِهِ وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ

“Tidaklah seseorang bertekad untuk bangun melaksanakan salat malam, namun kantuk mengalahkannya (sehingga tertidur), maka Allah tetap mencatat pahala salat malam untuknya dan tidurnya tadi dianggap sebagai sedekah untuknya.” (HR. An-Nasai no. 1784)

3. Berangan-angan yang jujur untuk beramal

Orang dengan keadaan ketiga ini berbeda dengan jenis yang kedua tadi. Jika yang kedua ia memang mampu untuk beramal namun terhalangi, sedang yang ketiga ini memang dari awal tidak memiliki kemampuan dari segi harta dan ilmu, tetapi berkeinginan jika mempunyai salah satunya, dia akan beramal dengannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِى مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ لاَ يَتَّقِى فِيهِ رَبَّهُ وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَلاَ يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ لِى مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ

“Dunia telah diberikan pada empat orang:

Orang pertama, diberikan rezeki dan ilmu oleh Allah. Ia kemudian bertakwa dengan harta tadi kepada-Nya, menjalin hubungan dengan kerabatnya, dan ia pun tahu kewajiban yang ia mesti tunaikan pada Allah. Inilah sebaik-baik kedudukan.

Orang kedua, diberikan ilmu oleh Allah, namun tidak diberi rezeki berupa harta oleh Allah. Akan tetapi, ia punya keinginan sembari berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku akan beramal seperti si fulan.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Pahalanya pun sama dengan orang yang pertama.

Orang ketiga, diberikan rezeki oleh Allah berupa harta, namun tidak diberikan ilmu. Ia akhirnya menyia-nyiakan hartanya tanpa dasar ilmu. Ia pun tidak bertakwa dengan harta tadi pada Rabbnya dan ia juga tidak mengetahui kewajiban yang mesti ia lakukan pada Allah. Orang ini menempati sejelek-jelek kedudukan.

Orang keempat, tidak diberikan rezeki oleh Allah berupa harta maupun ilmu. Dan ia pun berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berfoya-foya dengannya.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Dosanya pun sama dengan orang ketiga.” (HR. Tirmidzi no. 2325)

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya