Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengakui telah melakukan uji coba rudal balistik taktis yang dilengkapi dengan sistem navigasi otonom baru. Hal itu dikonfirmasi media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Sabtu (18/5/2024), di mana Kim Jong Un berjanji untuk meningkatkan kekuatan nuklir negaranya.
"Kim Jong Un mengawasi peluncuran uji coba rudal pada hari Jumat (17/5) ke Laut Timur dalam misi mengevaluasi akurasi dan keandalan sistem navigasi otonom," ungkap KCNA, seperti dilansir CNA.
Advertisement
Peluncuran itu adalah yang terbaru dari serangkaian uji coba yang lebih canggih yang dilakukan Korea Utara, yang telah menembakkan rudal jelajah, roket taktis, dan senjata hipersonik dalam beberapa bulan terakhir.
Peluncuran hari Jumat terjadi beberapa jam setelah saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, membantah tuduhan Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) bahwa pihaknya mengirimkan senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.
Militer Korea Selatan pada hari Jumat menggambarkan uji coba tersebut sebagai benda terbang yang diduga merupakan rudal balistik jarak pendek dari wilayah Wonsan timur Korea Utara ke perairan lepas pantainya.
"Rudal diduga meluncur sejauh 300 km sebelum jatuh di perairan antara Korea Selatan dan Jepang," kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Sementara itu, KCNA menyebutkan, "Keakuratan dan keandalan sistem navigasi otonom telah diverifikasi melalui uji coba tersebut."
Kim Jong Un dilaporkan menyatakan "kepuasan besar" atas uji coba pada Jumat.
Desakan Kim Jong Un
Dalam laporan terpisah yang dirilis pada hari Sabtu, KCNA mengatakan Kim Jong Un mengunjungi fasilitas produksi militer pada hari sebelumnya dan mendesak untuk "lebih cepat memperkuat kekuatan nuklir" negara tersebut "tanpa ragu-ragu".
Selama kunjungan tersebut, menurut KCNA, Kim Jong Un mengatakan, "Musuh akan takut dan tidak berani bermain api hanya ketika mereka menyaksikan postur tempur nuklir negara kita."
Kim Jong Un disebut menambahkan bahwa kekuatan nuklir Korea Utara akan menghadapi perubahan yang sangat penting dan menempati posisi strategis yang sangat tinggi ketika rencana produksi amunisinya, yang ditargetkan selesai pada tahun 2025, dapat dilaksanakan.
Advertisement
Agar Dilirik Putin?
Peluncuran rudal Korea Utara pada hari Jumat terjadi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin berada di China, hari terakhir kunjungannya yang bertujuan mempromosikan perdagangan dan mendapatkan dukungan yang lebih besar atas upaya perangnya di Ukraina.
"Uji coba senjata terbaru Korea Utara kemungkinan besar dimaksudkan untuk menarik perhatian Putin ketika dia berada di China," kata Ahn Chan-il, seorang pembelot yang menjadi peneliti yang menjalankan Institut Dunia untuk Studi Korea Utara.
"Korea Utara akan mendapatkan keuntungan besar bila Putin kunjungi Pyongyang dan mereka ingin negara mereka digunakan sebagai basis logistik militer selama perang yang sedang dilakoni Rusia (di Ukraina)."
Rektor Universitas Studi Korea Utara di Seoul Yang Moo-jin menilai, "Penanganan tidak bertanggung jawab China dan Rusia terhadap Korea Utara, yang memanfaatkan dinamika Perang Dingin yang baru, semakin mendorong persenjataan nuklir Pyongyang."
Hubungan antar-Korea berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, di mana Korea Utara telah menyatakan Korea Selatan sebagai musuh utamanya.
Korea Utara telah menyingkirkan lembaga-lembaga yang berdedikasi pada reunifikasi dan mengancam perang atas pelanggaran teritorial, bahkan 0,001 mm sekalipun.